Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Wednesday, June 22, 2011

khaniyaaaaa novel


     Khaniya menginjak pedal mobilnya kuat-kuat. Wajahnya kesal serta marah. Sementara handphonenya terus bernyanyi ada panggilan dari mamahnya. Tapi ia abaikan. Ia sudah menduganya kalau Mamah sudah pasti akan menelponya. Handphone itu tak kunjung bisu. Setelah panggilan pertama tidak ia jawab. next calling masuk. dan seterusnya. bahkan rekor Mamah untuk pernah menelponya sampai seribu panggilan. Wah pasti masuk rekor MURI tuh. berapa ribu kali pun Mamah menelponya. mustahil ia akan jawab.
     Wajahnya menunjukan kegeramanya. Tapi, setengah jam yang lalu Khaniya fine-fine aja kok. Tadi malah dia seneng karna dio, pacarnya ajak kaniya nge-date . siapa yang nolak diajak ngedate sama pacar? yakin deh, gak bakal ada yang nolak. Apalagi, klo dio yang ngajak ngedate pasti gak sembarangan milih tempat dio emang TE-O-PE BE-GE-TE deh!
    Benar saja!. sekitarnya terhiasi candle light yang amat romantis warna merah menjadi warna dominan suasana masih diselubungi oleh genre cinta. lagu puzzle of heart mengalun menyelubungi telinga kaniya. Dio menyambut kedatanganya dengan senyum sungringah yang mengembang diwajahnya Dio tidak hanya memilih tempat, menu, makanan nya pun sudah dipilih secara istimewa oleh Dio
     Hampir satu tahun mereka menjalin hunbungan dan kaniya akui saat ini kalau dia meleleh dibuatnya. Sungguh panorama yang sangat menakjubkan!. Sekaligus mendebarkan hati setiap yang merasakannya.
   “Sayang “
   “Ya “
   “Aku mau bicara “
   “Bicaralah, aku gak melarang kok“ kata Khaniya seraya melahap california roll-nya. yang berisi mayonnaise, kepiting dan sayuran, rasanya gurih dan segar.
   “ Tapi, kamu jangan marah ya “
   “Ya sayang”
   “Aku mau mutusin kamu!”
   “Hehehe..  kamu becanda aja deh, percuma tau akau gak bisa dibohongin!” tanggapnya dengan nada seolah tidak peduli kata–kata Dio barusan.
Wajah Dio kini serius.
   “Aku serius!” ujarnya
Khaniya berhenti menggelak. Bola matanya tidak lagi membelak malah kini lurus kedepan. Membulat memandangi orang didepanya.
   “Aku putusin kamu sekarang!”
   “Loh, kamu kok seenaknya sendiri? alasanya apa?“
   Ya..... aku rasa kita tuh gak cocok lagi.” Kata Dio.”Udah gak ada kemestri (chemistry) antara aku dengan kamu lebih baik kita end aja. kalau dilanjutin juga percuma“ katanya dengan nada santai. Tapi, cukup menusuk.
   “Oke kalau itu mau lo, gue akan mutusin lo!“ tandasnya tidak mau kalah. suasana menjadi berang. Bahkan lagu westlife yang masih diputar hampir tidak didengar lagi padahal dia udah bilang putus. Tapi, buat yang ini Khaniya gak mau kalah!. Enak aja bilang putus! Emang aku cewek apaan? Katanya dalam hati. Lalu meninggalkan Dio disana.
                                                          · · ·
    Ia tetap menginjak pedalnya kuat-kuat. Mengelakson mobil didepannya agar minggir. Khaniya tau Mamah mencemaskannya. Jelas saja cemas. Pertama, karena sudah hampir jam 10 malah ia belum samai rumah. Kedua, karena Khaniya meminjam mobil Mamahnya Tapi handphonenya tetap ia abaikan. Ia seperti orang yang minggat dari rumah. Ia tidak ingin kekesalannya hari ini meledak-ledak di rumah. Hingga membuat kegaduhan seisi rumah.
    Percuma saja Khaniya bela-belain berdandan seperti ini. Memakai dress merah jambunya. Hingga terlihat seperti putri kesasar. Ahhh! Khaniya mendesis kesal. Ia menepikan mobilnya di suatu tempat. Lalu ia beranjak turun dari mobinya. Tanpa menggubris handphonenya yang terus berteriak-teriak. (untung bukan teriak maling!).
    Ia duduk termangu di hadapan kolam berbentuk persegi panjang. Kolam itu tidak terlalu besar. Hanya berukuran 4x5 meter (bawa-bawa meteran nih). Kolam ini akan terlihat jernih airnya bila siang hari. Karena raja siang memantulkan cahayanya kedalamnya. Kini hanya lampu-lampu remang yang menyinari kolam itu.
     Kalo mau mitusin mah gk usah pake ngajak diner-dineran segala! Lewat telepon atau SMS bisa kan? Jadi Khaniya gak perlu repot-repot berdandan kayak gini. Memang belakangan ini hubungan mereka sudah tidak lagi baik. Walaupun setiap hari Khaniya di antar jemput ke sekolah. Menurutnya itu sudah menjadi kewajiban sang cowok!. Memang kalau sudah waktunya ending mah yaudahlah. Khaniya juga sudah capek dengan orang itu.
Sementara Mamah menelpon Dio untuk menanyai keberadaan Khaniya.
   “Kaniya udah pulang tante” jawab Dio ketika di tanyai oleh Mamah.
   Mamah sempat putus asa dengan jawaban Dio barusan. Kemudian ia berniat meminnta tolong.   “Nak Dio, tolong cari kaniya ya! Tante khawatir dengannya” kata Mamah bernada memohon. Berharap Dio mengiyakan permintaannnya.
   “Iya tante. Saya akan usahakan.” Dio segera mengambil kunci mobil dan mengeluarkan mobil di garasi yang baru saja menepi beberapa menit lalu.
     Khaniya seperti ini bukan lantaran sedih karena sakit hati. Wajahnya dibumbui rasa kekesalan yang hampir memuncak. Dasar cowok brengsek! Ngambil keputusan sepihak!. Geram hatinya. “BYUUUURRRRR!!!!” seperti tercebur kedalamnya. Membuyarkan semua lamunan Khaniya. Lalu sesuatu itu berenang kearahnya.
    Malam-malam gini kok ada yang berenang? Wah jangan-jangan SETAN KOLAM! Bulu kuduknya sempat memerang. Suasana disana memang hening. Bertolak belakang dengan hatinya yang menggebu-gebu. Hanya suara jangkrik yang terus berderik-derik. Dan hembusan napas Khaniya yang terpogoh-pogoh. Itu pun masih dalam frekuensi yang kecil.
   Semilir angin malam beberapa kali berhembus cukup kencang hingga menerpa wajahnya. Sesuatu kini muncul di hadapannya secara tiba-tiba. Khaniya kini masih diam dalam kebisuan. Kali ini ia ingin mengeluarkan jeritan paling kerasnya. Tapi entah urung di keluarkan. Lidahnya terlalu kelu. Hanya rasa ketakutannya saja yang menjadi-jadi.
    “ Plis, jangan bunuh gue! Besok gue masih harus ke sekolah, gue masih harus balikin kunci mobil nyokap, gue masih harus balikin gorengan geovana yang kemaren gue embat, dan yang harus gue lakuin lagi bales dendam! Makanya lo jangan bunuh gue dulu ya? Ya? Ya? Pliss dong” katanya dengan nada memohon dan ketakutan. Ia menjabarkan semuanya.
  Kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Ia tidak akan mau melihat wujud dari makhluk itu. Apapun bentuknya. Khaniya sudah membayangkan seperti kejadian-di film-film horror itu. Ada sosok makhluk menyeramkan yang menjadi penghuni danau. Dan siap menarik mangsanya kedalam danau lalu membunuh hanya dalam hitungan detik.
    “Gue bukan kanibal kok”
   Sedetik kemudian dari kemunculannya. Si setan tadi menetapkan statusnya kalo dia bukan termasuk kanibal. Kalo gak makan sesama emang Khaniya sejenis setan juga? Enggak kan? Berarti… dia manusia! Khaniya mulai membuka celah jemarinya. Untuk memastikan makhluk yang di depannya bukanlah setan, hantu, makhluk halus, ataupun sejenisnya.
     Ia menemukan sesosok cowok dihadapannya tersenyum sumringah. Ia bertelanjang dada dan setengah dari tubuhnya masih berada di dalam air. Lelaki itu naik ke atas. Menempatkan dirinya di samping Khaniya. Khaniya mennyorotinya dengan sorotan tajam dan penuh rasa waswas. Bahkan ia siap berlari sekencang mungkin. Bila ada sesuatu yang terjadi di luar kendalinya. Coba pikir deh, ngapain ada coeok gak jelas disini. Yang melem-malem nyebur ke kolam. Kalo bukan punya niatan jahat? Pasti ini cowo gak bener! Tandasnya dalam hati.
 “Gue gak akan ngapa-ngapain lo kok. Suwer deh!” katanya sedapati sorotan waswas Khaniya.
   Lalu Khaniya bersikap seperti biasa kembali. Lelaki itu pun tersenyum. Suasana kembali hening. Khaniya bisa merasakan hembusan napas dari lelaki disampingnya.
   “Kenapa malem-malem disini? Lo penghuni sini?” kali ini si cowok yang malah antusias.
Khaniya hanya menggeleng.
  “Pasti lo lagi punya masalah ya?” katanya.
  Dari mana cowok ini tau kalau Khaniya sedang dalam masalah? Tuh kan bener! Pasti ni cowok setan! Ya kalo bukan setan nyerempet dikit deh. Ceesannya setan. DUKUN!. Pandangan nya kembali waswas. Dari tadi Khaniya mengexpresikan raut wajah yang, gelisah, galau, waswas, dan tegang. Sampai akhirnya si cowok itu menyakinkan lagi. “gak bagus di pendam begitu. Mending cerita sama gue, yakin deh rahasia lo aman sama gue!”
  Sarannya membuat Khaniya tidak dalam ke waswasannya lagi. Dan ia kini yakin, kalau makhluk di depannya itu manusia!. Kemudia Khaniya meledak-ledak mencurahkan semua yang terjadi dengannya di cafe. Beberapa jam yang lalu.
  “Jadi lo diputusin?” Tanya lelaki itu.
  “Eh, enggak! enak aja! Gue yang mutusin” segrah Khaniya.
  “Apa bedanya? Toh sama-sama putus kan?”
  “Bedalah. Gue gak terima di putusin apalagi disini sepihak! Ya.. walaupun emang hubungan gue sama dia udah hambar. Tapi tetep aja gue gak mau di putusin. Kalo gue yang mutusin kan kesannya gak menderita-menderita amat!” tandasnya panjang lebar.
  Cowok itu malah tersenyum geli melihat expresi Khaniya yang mengebu-gebu, marah, serta kesal. Semuanya bercampur aduk membakar hatinya. Dan gak ada kata sakit hati buat Dio!
“Terus lo terima alesan cowok lo itu?”
“yaenggaklah! Mau mutusin gue terang terangan begitu. Kalo mau mutusin tuh cukup d isms, tlp atau di sekolah pun bisa. Gak usah pake ngajak gue dinner juga! Bikin gue nge-fly aja! Terus seenaknya gue dijatuhin! Ahh shitt banget tu orang! Dan jangan pernah bilang kalo dia cowok gue. Kami udah end! Oke!”
Kali ini cowok itu nyaris ketawa. Tapi, ia segera menghentikan tawanya ketika Khaniya melototinya.
“Lo sendiri ngapain disini? Malem-malem nyebur? Emang di rumah gak punya air? Kalo gak punya mandi aja di rumah gue!” kata Khainya berceloteh hingga tingkat khayalan menerobos langit ke tujuh. Kata-katanya sedikit berseloroh. Membuat cowok itu geli.
“hus! Elo tuh! Gue gak semaniak itu cantik!“katanya. Ngek? Cantik? Emang iya sih Khaniya cantik! Imut lagi. Hehe tapi jangan di omongin begitu juga. Khaniya kan jadi gak enak ati!
Cowok itu tertawa lagi (ketawa mulu, gila lo ya?) seraya membelalakan bola matanya.
“Terus lo ngapain disini? Kurang kerjaan banget kalo malem-malem mandi!”
Lelaki itu menyandarkan kepalanya di batang pohon. Sedikit mundur memerapa centimeter dari Khaniya. Ia membenarkan posisi kepalanya agar nyaman. Sebelum ia menjawab pertanyaan Khaniya. Barulah sedetik kemudian ia angkat bicara.
“Kalo gue punya masalah atau pikiran gue lagi kusut pasti gue kesini. Dan langsung nyebur. Bahkan gue gak kenal waktu. Malah menurut gue semakin melem gue nyebur makin terasa seger!”
    Khaniya menoleh ke belakang. Dengan wajah yang penasaran lalu kembali bertanya.
“gak dingin?”
Cowok itu tertawa lagi. Tapi, hanya dalam hitungan dua detik.

No comments:

Post a Comment