Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Wednesday, June 29, 2011

dairy rawat inap 3



  “Tidak!” jawabku ketus. Ini bukan di buat-buat. Tapi sungguh. Aku membencinya!
  “Mengapa kau menatapku seperti itu?”
  Aku bisa melihat matanya yang mengelang. Aku bungkam di buatnya. Bagai narapidana yang kehabisan kata-kata untuk membela dirinya saat duduk di meja hijau. Aku tau nada pertanyaannya tidak lagi bersahabat.
  “Aku tidak suka kau ada disini” hentakku geram. Ia malah mendekatiku lagi. Merapatkan giginya sehingga terbentuk rahang yang kokoh. Ia seperti Daddy yang lagi ngadain inspeksi besar-besaran kepada anak buahnya. Satelah itu aku malah gelagepan di buatnya. Ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannku.
CKLEK! Suara pintu terbuka. Ku temukan seorang lelaki yang ku bilang... ganteng tengah berdiri di ambang pintu.
  “DAVIII!” pekik ku bahagia.                   
  Mas Ari  lekas menengok ke arahnya. Aku bisa menebak tengokan di wajahnya terselimuti oleh senyum. Sehingga Davi membalas senyuman yang tak tampak olehku itu. orang itu kembali duduk di sofa dengan santainya. Seolah tidak ada apapun yang terjadi. Sebaliknya Davi menyerengitkan alisnya ketika menatapku. Ia bisa membaca raut wajahku . yang seperti baru meet sama malaikat izrail.
  “Apa yang terjadi sama lo?” Tanya davi mengintrogasiku.
Aku menggelang dan berusaha sebisa mungkin untuk menetralisir rasa cemasku.
  “Kesini kok gak bilang-bilang?” tanyaku sengaja mengkondisikan untuk pelencengan dari topic pembicaraan.
  “Gue udah sms lo kok” katanya dengan nada makin curiga. Aku lekas mencari-cari handphone ku . melihat inboxku yang terisi dengan I iten oleh davi. Aku tidak bisa berkata apapun. Kecuali    “Gue lupa” ku rasa itu alasan yang tepat untuk “Ngeles” saat ini. Tapi untungnya aku tidak seperti supir bajaj yang doyan ngeles.
  “Yakin lo gapapa?”
Aku mengangguk.
  “Lo udah makan?” Tanya Davi seraya mengeluarkan kotak sterofom.
  “Udah” jawabku.
  “Yah padahal gue udah bawain lo bubur.” Keluhnya patah semangat.
  “Wah makasih ya, nanti gue makan kok” kataku mencoba menghibur davi. Padahal aku gak suka bubur..
  Davi kembali tersenyum. Aku senang sekali davi ada disini. Yatuhan. Berikan davi untukku.  Ia menemaniku sampai aku terlelap dalam tidurku. Barulah ia panit pulang dapa mas ari yang masih berada di posisi sebelumnya. Seperti ada sekat di antara mereka..
  Mereka bersalaman layaknya cowok. Dan kemudian davi menghilang di balik pintu.
Kini mas ari yang mendekatiku. Walaupun aku sudah terlarut dalam mimpiku. Ia membenahi selimutku. Juga posisi bantalku. Hingga paginya aku tersadar  dan yakin yang melakukan semua ini adalah davi. Aku tersenyum di dalam hati.

   Senin, 22 november. Jadi begitu?
  Aku tau semuanya. Aku tau! Mommy emang jahat. Aku gak suka di giniin. Dati pagi sewaktu mommy mengunjungiku. Secara tidak sengaja aku mendengar perakapan mommy dengan teleponnya.
  “Iya, jeng. Ari baik-baik aja disini. Wah pokoknya Ari jagain Nana terus deh. Ya semoga seperti apa yang di liat ya jeng..”
  Berarti Mommy?  Belum selesai konflik ku pada Mommy kemarin sekarang aku harus marah lagi pada beliau. Oh Tuhan.. maafkan hambamu yang penuh dosa ini. Tapi tanpa menghiraukan dosa, aku bersikap selayaknya cewek normal jaman sekarang!. Aku gamau nasibnya kayak siti nurbaya. Atau nh.dini dalam bukunya pada sebuah kapal.
  Aku mau yang normal normal aja. Gak perlu yang sesar deh! (kayak orang ngelahirin) kalo minum masih pake batuk kelapa sih boleh di jodohin. Ini jaman hp layar sentuh masih pake adat begituan. Lagi juga kalo Jeremy tau aku di giniin. Pasti dia ketawa deh. Terus aku di bilang “Bego!”.
  Aku tuh mau nya kayak, ceritanya fhairis itu lho yang dapetin Davi (namanya sama) cerita yang di karang sama Kak Esti. Kalo enggak kayak Fraya, putus dari Albert dapet Edgar cerita yang di tulis Kak Stephanie Zen. Aku mau yang kayak gitu.
  Alhasil aku gak mau ngomong sama Mommy. Bodo lah. Mommy mau ngomong apa. Aku gak peduli. Mommy aja gak perduli denganku. Mommy jahat!
To : Keysha
Keyshaaa.. gw sdh bgt ni

Gak lama keysha membalasnya.

From : keysha
Sdh knp lu cing?

To : keysha
Nasib gw ky siti nurbaya di jaman kompeni!

Drrtt..drrtt…drrtt..

From: keysha
Enak tau klo ky si siti mah. G repot2 nyri jodoh

  Ternyata aku curhat sama orang yang salah. Keysha gak bikin penyelesaian.
  “Obat mu sudah di minum sayang?” tanya Mommy mendekatiku seltelah memutuskan teleponnya.
Aku tidak menjawab. Malah aku memalingkan wajahku dari mommy.
  “Lho kok ditanya malah begitu si?” tanya Mommy yang ternyata belom nyadar juga.
Aku biarkan mommy tertingdak semaunya. Sampai akhirnya mommy menginggalkanku untuk pergi ke kantor.
...
  “Dediiiiiii” teriakku pada Daddy yang muncul di ambang pintu.
Daddy segera menghampiriku dan memeluk putri kesayangannya ini. “bagai mana keadaanmu sayang?” tanya Daddy dengan senyum bersahabatnya.
  “I’m so fine dad... i’ll back to home
 “Nanti daddy akan bicarakan pada dokter” katanya dengan sangat bijak.
 “Really? Aku ingin cepat pulang dad”
 “Iya sayang daddy mengerti”
Daddy is my hero hehe. “ini Daddy bawakan makanan kesukaanmu. I’m sure your like”
Aaaa kue sussss..... yummy. Daddy emang ngerti banget apa yang aku mau. Ada yang mau? Hummm fla nya lumerr.. hehehe
  “Tengkyuuu daddy” seru ku.
Daddy rupanya baru datang dari tugas di poso. Namanya juga plokis. Pastinya tugas mulu. Aku dan Mommy sudah biasa di tinggal-tinggal seperti  ini. Ia tidak pulang ke rumah. Melainkan landing di bandara langsung ke rumah sakit ini untuk menemuiku pastinya.
 “ Siapa yang menjagamu disini?” tanya Daddy seraya menyalakan televisi di dalam kamar inapku.
 “Katanya si anaknya temen ,Mommy” jawabku sedikit ketus karena tidak suka membahas hal yang satu ini.
 “oh iya Daddy, tau. Yang namanya Ari ya?” mendengar namanya disebut seperti aku sedang di peluk gondoruwo. Ih!
 “he’eh”
 “sekarang arinya kemana?” Tanya daddy
 “gatau” jawabku sambil celingak-celinguk memastikan ari tidak berada di ruangan ini.
Gak ada topic lain apa? Zzzz…
Dan seperti setan tak di undang orangnya beneran dateng. Ia menghampiri daddy dan menyapanya.
 “Selamat siang om” dengan wajah termanisnya yang aku yakin pasti di buat-buat. Besok akan ku berikan gula biar tambah manis! Tapi gula biang!.
 “Heyy.. mas ari ya?” kata daddy memastikan.

“iya om.”jawabnya seraya meraih uluran tangan daddy sebagai jabat tangan.
  Hah malas melihat orang itu. Andaikan aku baik-baik saja. Pasti aku udah hangeout sama keysha dan davi di seven eleven. Toko kelontong yang pertama di dirikan di amerika oleh seven dan holdings co. kalo engga mampir di tea house daerah mampang pulang les musik.  Aku seperti tidak bergairah hidup. Sepanjang hari aku hanya berbaring. Berbaring dan berbaring. Tidak ada hal lain yang ku lakukan.
Selasa, 23 november.

Keysha bilang dalam pesan singkat yang di kirimkan padaku. Hari ini ada 400 peserta yang mengikuti Victory 2nd Piano Competition 2011 di balai sartini. Dan keysha menjadi salah satu finalisnya. Aku iri dengan keysha. Aku mau banget ikutan ajang itu. Tapi sayang tuhan gak mengizinkan ku untuk memperlihatkan ke mahiranku dalam menekan tuts-tuts pada chords piano. Dan Aku menyukai kunci kunci gitar yang telah di berikan olah kak Sandra. A.B.E.!@!#@%#

To : keysha

Wah selamat yaa. Semoga berhasil. Gue Cuma bisa bantu doa dri sni.

 Aku memang suka  bermain music sejak umurku 5 tahun. Dan waktu itu daddy langsung membelikanku  piano. Dan aku mulai suka menekan-nekan tutsnya. Dari c-d-e-f-g-a-b-c.

  Aku juga pernah mengikuti ajang pencet tuts. pada 9 April 2000 di Somerset Hotel - Surabaya, Kompetisi yang dimulai sejak 8:00am - 11:00pm diikuti oleh sekitar 400 peserta dari Surabaya, Jakarta, Bekasi, Tanggerang, Samarinda, Blora, Probolinggo, Mojokerto, Yogyakarta, Malang dan Sidoarjo.

   Penampilan penampilanku ini dinilai oleh dewan juri yang berpengalaman antara lain Bpk. Yusak Nugraha, beliau adalah guru musik lulusan Victor Academy Japan; Bpk. Alfred R. Situmorang, beliau adalah staf pengajar Conservatory of Music, Universitas Pelita Harapan Jakarta; dan Ibu Yuyun Yuniastuti, CT ABRSM. Alhasil aku masuk nominasi 5 besar. Sayangnya yang di ambil untuk di kirim ke jepang hanya nominasi 3 besar. Mulai dari situ aku akan memperdalam bakat ku ini. Semoga bias menjadi pianis sungguhan.

Ahh senangnya jadi keysha. Bias ikut lomba mem-waw-kan seperti itu.

Tiada hari tanpa konflik dengannya! Ia memaksaku makan. Dengan lauk yang benar- banar menjijikan. Beberapa halaman kebelakang aku sudah menceritakan kalau aku ini gak suka banget sama bubur!. Sekali lagi B-U-B-U-R. nah jelas kan sekarang. Ini jenis makanan yang aku tidak suka. Bahkan ogah untuk meliriknya. Cair, lembek, blenyet, dan semacamnya lah. Aku ini bukan orang sakit ataupun balita. Jadi plis deh jangan paksa aku untuk makan itu. Tapi.. orang gila yang satu ini gak ngerti. Dia tetap saja memaksaku.

“kalo kamu gamau makan nanti akan ku adukan pada ibumu!”  ancamnya.

“beraninya ngadu! Curang!”

“makanya. Buburnya di abisin!”

“gamau!”

“oke aku akan telepon ibumu sekarang!”

“jangan melakukan sesuatu yang konyol!”

“siapa yang ingin melakukan kekonyolan? Aku hanya ingin menelpon ibumu. Agar dia tau kalau kau melawanku”

Aku menghela napas.

“jangan paksa aku untuk melakukan hal yang tidak aku sukai!”

“tapi kau harus makan!”

“aku tidak suka bubur!” kataku seraya menepis mangkuk yang berisi bubur itu.  Alhasil buburnya belecetan kemana-mana. Aku membuatnya marah. Ia nelototiku dengan wajah sangar. Mirip Pak Raden yang mangganya di colongin sama usro.

Mati aku. Kalau orang itu benar-benarmarah padaku. Aku tidak bias berbuat apa-apa.

“mau mu apa sih?” Tanya nya mendongakan dagu yang kokoh itu.

Krek.. krekk. Ia mengadukan antara sederet gigi atas dan gigi bawahnya. Sepertinya ia geram malihatku.


Dia pikir aku takut?  Salah besar! Siapa dia disini? Sepupu bukan sodara bukan! Mending kalo bi inah yang setatusnya jelas pembantu di rumahku. Aku mendapat bonus pelototan dari dua buah bola matanya yang hamper copot. Kenapa gak sekalian copot aja si! Aku piker mommy salah milih orang untuk menjagaku. Yang ada bukannya aku sembuh malah aku akan mati pelan-pelan! Oleh monster jahat itu! Kalo lagi situasi seperti ini keadaan tidak aman. Siapa yang ingin menolongku? Kalo davi kan kemarin hanya suatu kebetulan saja. Daddy gak mungkin balik lagi. Dia masih ada urusan di kantor mommy apalagi jangan di Tanya deh!. Terus kalo misalnya dia akan membunuhnu gimana? God.. help me please ini lebih dari sekedar serangan rudal! Tapi seperti serbuan gajah Africa!
Mataku tak kalah melotot. Aku menetralkan expressi dari adegan pebunuhan di film horror yang biasa tayang tengah malam.
“aku gak suka sama cara mas ari!”
Mas ari masih diam tanpa raut wajah yang berubah sedikitpun.
“mas ari pikir dengan adanya Mas Ari di sini dan jagain aku kayak gini aku suka? Dan setuju dengan perjodohan itu? Heh.. mas ari salah! Aku gak suka sama perjodohan ala siti nurbaya itu!”
Kini mas ari tersenyum sinis menatapku. Dengan bola mata yang setengah membelak. Lalu ia tertawa menyeringis.
“emang kamu aja? Siapa bilang aku setuju? Tololnya aku kalau aku menyetujui hal konyol itu!”
“lalu kenapa kamu masih ada disini? Kenapa gak pergi aja?!” dengan nada yang sedikit tinggi. Tanpa ku sadari. Aku meyuruhnya pergi. Dan ia menghilang secepat kilat dari tempat ini. Dan biarkal aku tenang…  
Rabu 23 november.
Udah satu minggu aku bertapa disini. Maksudnya berdiam.emang kerjaannya diem aja.gak gegulingan. Sampe kapansih aku harus diem begini? Mending kalo nunggu mukzizat dari langit. Bang mikail ngejatohin segepok duit mah. Loading……. Lama-lama aku bias jadi si lola yang loading nya naujubile lebot buanget!.
“nanaaaaaaaa” teriak suara yang gak asing ku dengar.
“keysha!” hentakku sedikit kaget serta senang.  Keysha setengah belari memelukku.
“na.. gue menang!” histerisnya be happy banget.
Mataku kontan melotot dan gak percaya. “wah seneng banget lo.. dapet apa aja? Tropi? Berapa? Apa sertifikat? Duit? Bisa belo mobil lo!” kataku dengan cerewet sambil membayangkan kalo keysha membeli sebuah nissan skyline dan membawanya ke sekolah. Otomatis aku numpang dong.. dan membuat mata selurus siswa di sekolah kontan melotot serta mulut ternganga lebar. Eh ilernya jatoh ces. Ces.. ihh apaan si kok ceritanya jadi jorok gini?. Tapi aku tau keysha orangnya gak gadget kok. Berarti kuno dong? Enggak juga lah!.
“gue dapet sertifikat cing!, dan gue masuk filnalis tiga besar. Minggu depen gue take off ke Beijing buat jadi finalis macanegara.”
Ngeri, waw. Wahhh. Hebuat. Dan tepuk tangan. Cuma begitu doing experssiku saat mendengan rentetan cerita dari narasumber kita yaitu : keysha.
“gue dukung cong!” kataku bersamangat “hari apa lo take off?”lanjutku.
“minggu. Hehhe. Lo si gak sembuh-sembuh”
Andaikan aku gak sakit pasti aku juga akan seperti keysha. Aku ingin mengikuti kompetisi itu. Kali ini aku benar-benar menyesal. Ini kesalahanku! Ini karena motor itu! Senangnya jadi keysha.
“bukannya sembuh malah tambah parah gue disini”
“eh kok gitu?”
“iya lo udah tau kan, kalo gue mau di jadiin siti nurbaya?”
“ohh masalah siti nurbaya itu?” keysha ngangguk-ngangguk. “tapi gue belom pernah ngeliat orangnya si, cakep gak cing? Kalo cakep mah lo jadiin pacar aja?”
“bukan masalah cakepnya. Tapi gue ini kan idup di jaman modern” kataku
“terus dia gimana?”
“mana gue tau”
“gue mau liat dia dong?” kata keysha sambil celingukan.
“gue abis berantem sama dia”
“kok bisa?”
“bisa lah. Dia nyuruh gue makan bubur. Lo tau kan gue jijik banget sama yang namanya bubur?” kataku menyeringis.
Keysha manggut-manggut..

Orang itu beneran pergi..kemana ya? Apa sikap ku terlalu kasar? Tapi memang dia yang duluan si! Ah persetan dengannya aku gamau memikirkannya. Nanti juga dia balik lagi.atau paling dia bakal ngadu ke mommy.


masih adakah cinta untukku

tak akan pernah sirna
bayang tentang dirimu
mengharap kau kembali
ke dalam pelukan
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
hanya sisakan perih
luka yang semakin dalam
sampai kapan ku harus tangisi
rindu yang tak terbalas
reff:
masih adakah cinta untukku
walau hanya untuk kau kenang
andai harus kehilanganmu
kan ku bawa hatimu ke dalam jiwaku
kemana cinta ini
akan ku persembahkan
bila kesetiaanku
hanyalah bagimu kekasihku
repeat reff
luka dalam dada
semakin terasa pilu
adakah kesempatan
untuk memiliki
repeat reff


Source: http://liriklaguindonesia.net/a/ada-band/ada-band-masih-adakah-cinta/#ixzz1QeZSTgeq

Tuesday, June 28, 2011

dairy rawat inap 2

Minggu, 21 november. Rawat inap.
Dasar orang sinting! Lagi-lagi dia ngadu ke mommy. Kalau dia menemaniku semalam. Padahal ia entah ngabur kemana.
“aku tidak suka orang itu ada disini!” kataku beberapa menit setelah orang itu angkat kaki dari kamarku.
“hus, kamu gak boleh ngomong kayak gitu sama mas ari!”
“memang kenapa? Siapa si dia? Kok mommy ngebela dia mulu?, mommy tau gak! Dia tuh gak ngejagain aku disini!” emosiku meluap-luap.
Mommy malah tersenyum.
“mommy gak ngebela dia kok. Cuma kamu yang harus lebih sopan kalo ngomong sama dia” kata mommy halus.
Aku menghela napas. “mom. Plis deh. Aku gak suka di giniin. Seolah-olah aku tuh tahanan tau! Aku gak bebas ada dia. Dan pokoknya aku gak suka ada dia deh. Mommy nyari orang lain aja buat gantiin dia. Atau  keysha kek. Davi juga boleh”
“keyha itu kan cewek saying, lagi juga keysha masih sekolah. Davi? Siapa tu davi?” Tanya mommy menyerengitkan alisnya.
Astaga! Pake si debutin lagi.
“ee… anu. Davita, temen les musik aku mom” jawabku sekenanya.
“oooh”
Untung mommy Cuma beroh terus manggut-manggut.
“terus gimana mom? Boleh ya?davita disini?” padahal juga kalo bener di bolehin davi disini menemaniku. Masa harus pake rok mini. Terus nyamar jadi davita beneran. Ckck enggak deh.  Gak mungkin gebetanku jadi banci.
“enggak. Mommy gak ngijinin. Udah kamu sama mas ari aja deh. “
“mommy tuh gak ngerti banget si? Coba mommy jadi aku. Pasti mommy juga akan ngelakuin hal yang sama kayak aku.”
“tasya! Mommy gak suka kamu ngelawan”
eh.. kok mommy gak manggil aku nana? Apa jangan jangan…
“mommy jahat!”
“bukan mommy jahat saying, tapi..”
Aku menutup telingaku. Tuh kan terus aja mommy belain dia. Sebenernya yang jadi anak mommy aku atau mas ari sih?
“yaudah mommy mau ngantor dulu. take care of yourself well. I'll see you laterdan seperti biasa mommy mencium dahiku.
Siangnya. Aku menerima sms dari mommy.
Maaf y syang, dktr g mengizinkan kmu mkn nsi pdang!
Aku menghela napas kesal. Kenapa sih gak ada yang mengerti keinginan ku? Banhak ibuku sendiri seperti itu. Aku ingin kabur saja rasanya dari sini. Tapi, sangat beresiko. Apalagi aku gak pegang dompet dan kartu pelejar ku. Kalo aku nyasar gimana? Aku urungkan niatku untuk itu.
Aku tidak akan mau menghabiskan makanan bau itu. Aku hanya mengutak-atik handphoneku. Dan tidak perdulikan kedatangan orang sinting itu. Malah aku beranggapan tidak ada seorangpun diruangan ini kecuali aku. Tapi anggapanku cepat sirna. Karena om Rizal datang mengunjungiku. Ia menanyakan kondisiku. Ya.. beginilah aku. Terseok-seok seorang diri dengan  orang sinting dan ruangan yang tidak bersahabat. Om rizal mengarutkan kening. Lalu tersenyum geli melihat expressi kesal yang tergambar di wajahku.
“eng..ing..eng..” kata om rizal memamerkan sesuatu. “tebak om bawa apa?”
“apa itu om?” ia sukses membuatku penasaran.


Baunya seperti  shoyu. Alias kecap jepang. Aku tau. Aku tau itu pasti sushi!
“susi ,om!” tebakku lalu celingak celinguk takut kedengeran orang. Entar yang namanya sushi beneran nyamperin ke kamarku lagi.
Pasti buat aku! Om rizal kan emang sering banget ngajak aku ke sushi tei di Jakarta.
“nanti ketauan mommy di omelin lagi” kata om rizal membuatku langsung turun semangat. Padahal tadi wajahku sudah di kerumuni nafsu makan.
“aku gak bilang-bilang mommy deh” aku tau mommy pasti akan marah kalo tau aku makan sushi. Makan nasi padang aja di larang. Di tambah lagi tadi baru saja terjai perseturuan antara aku dengan mommy.
“ya? Om? Aku mau yang ituu..” rengekku  seperti bayi yang minta botol susunya.
“tapi janji ya jangan bilang mommy, kalo om yang ngasih” kata om rizal mewanti-wanti.
   Aku segera mengangguk secepat kilat. Dan merebut sushi dari tangan om rizal. Benar saja 3 potong inarizushi yang disirami wasabi. Krim dengan rasa pedas yang menyengat ke hidung ini terbuat dari umbi sejenis lobak yang tumbuh di Jepang. Dan gari alias manisan jahe berwarna merah muda, yang dapat mengurangi rasa amis ikan dan menetralkan indera perasa kita di antara berbagai rasa ikan. Benar-benar sangat menggiurkan *lapiler.
   Tanpa sadar aku malah melahap sushi itu secara brutal. Seperti orang gak gak prnah makan sushi berabad-abad. Aku juga tidak menghiraukan om rizal yang sedang bercengkrama dengan yang namanya mas ari-mas ari itu.
   Oh iya sembari aku menghabiskan sushi ini. (sorry gak bagi-bagi) laper nih! Aku mau cerita nih. Sejarahnya om rizal. Pada jaman dahulu kala (halah kelamaan) om rizal itu adik bungsunya mommy. Ia sama seperti daddy yaitu menjadi plokis alias polisi. Bedanya daddy  udah AKBP(ajun komisaris bersar polisi). Sedangkan om rizal masih IPTU(instruktur polisi tingkat satu) tragis kisah cinta yang di alami mengoleksi arloji itu.
   Dulu sekitar 10 tahun yang lalu. Kira-kira umurku masih 6 tahun. Om rizal punya pacar yang namanya tante maya.  She’s perfect!. Beauty, good looking. Kalo di gambarkan wajahnya…Tau dong gimana cuantiknya ledy day. (lady Diana) nah pokoknya begitu deh persisnya. Alibinya mereka akan menikah dalam waktu dekat ini. Karena dengar-dengar ih udah di beri lampu hijau dari kedua pihak.
   Sehari sebelum hari H pernikahan. (kenapa gak hari b, c atauz aja ya?) alkisan tante maya lagi jemput keluarganya di jawa.  Dan naasnya ia mengalami kecelakaan. Bukan kecelakaan seperti yang ku alami. Tapi kronologisnya mobil yang di bawa tante maya masuk ke dalam jurang. Begitu mendengar kabar bahwa calon istrinya telah di jempul sama malaikat izra’il
“ini gak adil! Kenapa kau ambil dia ya tuhan!” serunya. Dengan suara terseok-esok. Om rizal tidak terima dengan apa yang sedang menimpanya.
Apakah kehendak tuhan itu tidak bias di tawar?
Setelahnya otaknya di putar. Guna mencari-cari penyelesaian. Alhasil ia memutuskan untuk mengambil jasad tante maya dan menikahinya. Dangan gaun yang telah di pesan desainer khusus juga di atas mas kawin. Omrizal membacakan  sumpah sehidup sematinya di depan jasad itu.  Tentu jasa pihak keliarga tidak ada yang setuju. Terutama mommy sebagai kakaknya. “mana ada orang nikah sama orang mati?” kata mommny saat rapat keluarga di gelar, aku sendiri ngeri dengernya. Nikah sama mayat? Udah sambleng kali tu om rizal.
“kalian kan tidak merasakan apa yang aku rasakan. Jadi tidak perlu banyak berkomentar!” sergah om rizal berang. Dalam jiwa yang berkalbu ia tidak perdulikan apa kata orang. Usai menjalankan pernikahan yang “janggal” itu. Karena pada saat ijab kobul om rizal bilangnya “saya terima nikahnya almarhum maya soraya”. Ia membawa jasad nya ke dalam kamar. Tentunya kamar yang sudah di rancang khusus untuk pengantin baru. Malam pertama dengan seorang mayat? Bagai mana jadinya. Daddy tidak tinggal diam. Semua keluarga semakin cemas dengan tingkah om rizal yang sudah tidak lazim itu.  Daddy pun menelpon ombulan untuk menyeret om rizal ke RSJ. Namun mommy mencegahnya.  Dengan harapan siapa tau besok ada perubahan.
Benar saja. Esoknya om rizal membuka kamar. Ia mendekati seluarga  yang seluruh wajahnya tegah di lumuri kecemasan dan kekawatiran padanya.
“aku ikhlas merelakannya” katanya pelan. Aku melihat expressi mommy dan daddy yang menghela napas lega bersamaan. Lalu jasad tante mayasegera di kebumikan. Walaupun sudah berbau bangkai sekalipun om rizal menciumnya dengan hikmat. Menurutnya kenyataan sekalipun belum tentu  menjamin hal itu benar. Sampai saat ini. Aku belum pernah mendengar om rizal punya penggantinya tante maya.

Senin, 22 november. Horror night.
Aku membuka email dari beberapa teman les music ku, mereka bilang “cepet sembuh ya” dan semacamnya. Dan ada email dari keysha.
To : ranandatasyaa
Sorry banget ya, kemaren gue harus ninggalin lo tiba2. Kata davi elo yang nyuruh dia buat nganter gue ya?. Aduh thanks banget cing! Sorry juga weekend kemaren gue gak bias jenguk lo. Di rumah gue lagi kacau. Makanya gue Cuma bias nangkring di rumah gue seharian. Nanti kalo situasi udah aman, baru deh gue nongol lagi.  Get well y acing ^^
Keysha.

Setelah mataku menyapu sederet huruf yang berbaris  di destock handphone ku.  aku mengklik reply untuk membalasnya.

To : keysha
Sama2 cong! Gapapa ko. Malah gue khawatir banget sama lo. Dan davi juga gak bakalan ngabiarin kali, cewek pulang sendirian.  do not be sad. Sorry I cannt beside you. Ayo optimis! I’m sure you can for it. Semoga hal yang lo alamin akan membuat lo jadi cewek yang dewasa.
Ranandatasyaa


Ternyata aku belum seberapanya dari keysha. Di depanku mommy dan daddy selalu tampil harmonis. but I do not know what kind of behind me? Semoga seperti apa yang aku lihat. Aku ingin mengambil remote tv di samping tempat tidur. Tapi nyatanya aku tidak bias menggapai remote itu. Aku tau orang itu tersenyum puas melihat kesulitanku menggapai remote. Mataku kini menuding orang itu. Hingga beberapa menit kemudian ia tersadar. Dan ia menyipitkan matana. Licik! Wajahnya kini berexpressi sengit tak kalah dengan wajahku. Kini ia mendekatiku dan menatapku dalam-dalam. Seolah ada kehidupan di dalam bola mata hitamku.
“ada yang salah denganku?” tanyanya dengan nada santai tapi cukup menusuk tanpa basa basi. 

he's price maybe?

kalo misalnya gue kangen sama dia wajar gak sih? asli gue kangen. tapi gue bingung cara gue bilang kangen ke dia gimana? yang jelas gue kangen tingkat dewa. gue sendri bingung cara ngatasin kangen gue gimana yang namanya @yasseralsada gue cuma bisa ngeliat lo dari jauh dengan tersenyum cemas. setelah itu gue berbalik badan kemudian tersaruk-saruk melangkah sambil menangis untuk meninggalkan tempat itu. kronologisnya gue pernah jadi orang terdekatnya. sorry kalo untuk yang sekian kalinya hal ini gue ceritain. dan dari postingan gue sebelumnya. gue itu gak bisa ngelupain dia. padahal uah gue coba. pake seribu cara jitu biat ngelupain mantan. itu buku yang diem diem gue beli. ternyata nihil. alibinya gue berpura-pura depan pacar gue kalo gue fine banget, sorry banget deh. zinggg berasa gue kayak minum baygon. naas nya gue pacaran sama si b ketauan sama nykapnya dan di suruh putus. nyakitin gak tuh. mau gue nangis cina, nangis darah, ampe gue nangis batu juga gak akan bisa balikin keadaan. begonya gue malah pacaran sama riski rayi prakoso but, you know? itu cuma bohongan! gue cuma iseng nyari sensaasi doang sama dia. heran gue. kok bisa jadi begitu ya? ckckc. yang pasti gue bingung. plus sedih what should I do now? 

asal mula gue alayyyy

sebegimana layaknya orang alay. gue juga pernah alay.
apa lagi waktu pertama kali gue bikin account yang namanya facebook. gue bikin email oviiecaiiank_diia@yahoo.com ampe sekarang tu email gue pake. itu juga karena gak bisa di ganti. terus id fbnya oviie caiiank diia kalo di kira-kira (halah sok bisa ngitung) itu jelas alay banget. terus gue ganti pas gue pacaran sama yang namanya arizal abdul fahmy  jadi oviie bocah punya bebeh cause yaitu tadi gue manggil pacar gue  bebeh, terus gue ganti lagi oviie zhifilianya yuviie pas gue punya pacar namanya yusuf  yuviie itu : perpaduan nama gue sama dia. sedangkan zhifilia itu nama band. kebetulan kita sama sama suka lagu aishiteru. tpi kata temen gue itu alay!
next nama fb gue berubah jadi oviie nuryowikromo paring. sebab gue jengkel ngeliat temen2 gue yangpunya marga, ada  meilani sitorus, kristiani manurung, agus hasiolan panjaitan, marito oktaviana simanjuntak, yossia yonathan luntungan, biar kata marga gue aneh yang penting punya marga. nuryowikromo  itu nama eyang gue. alias kakeknya bapak gua. sedangkan paring adalah nama engkong gue #sok jadi orang betawi# namanya muhamad paring. pensiunan brimob tahun 2000 #promosi dikit
eh banyak yang komentar. dan gue disangka orang kejawen. hadohhh serba salah deh gue. ahirnya gue putus asa jadi orang alay. dan sekarang gue pake nama facebook oviie nurbaity paring pake nama asli gue sendiri. tapi paringnya ttep foto kopi dari engkong dan babe gue (embah dan bokap) babe gue namenye #supomo paring dan gue sebegai keturunan paring hehe. pake nama itu dengan bangganya :P

ada band.

Rasa cinta yang dulu tlah hilang
Kini berseri kembali
Tlah kau coba lupakan dirinya
Hapus cerita lalu

Dan lihatlah
Dirimu bagai bunga di musim semi
Yang tersenyum menatap indahnya dunia
Yang seiring menyambut
Jawaban segala gundahmu

Walau badai menghadang
Ingatlah ku kan selalu setia menjagamu
Berdua kita lewati jalan yang berliku tajam

Setiap waktu wajahmu yang lugu
Selalu bayangi langkahku
Telah lama kunanti dirimu
Tempat ku kan berlabuh
Cahaya hatiku
Yakinlah kekal abadi selamanya
Seperti bintang yang sinarnya terangi seluruh
ruang di jiwa
Membawa kedamaian

Walau badai menghadang
Ingatlah ku kan selalu setia menjagamu
Berdua kita lewati jalan yang berliku tajam
Resah yang kau rasakan
Kan jadi bagian hidupku bersamamu
Letakkanlah segala lara di pundakku ini

Wednesday, June 22, 2011

bag 5


                         Tiga belas
Aku tak bosen untuk menelpon Arza. I never lose courage for call him..
  “Ayo Arza angkat teleponku” Karena  tak sabar kemudian aku SMS-nya
To: Arza
Za, plis bls sms gue.

Tidak ada jawaban… dia gak akan membalas SMS-ku.
Arza ayolah za……. Aku berharap dalam hati
Mas Bintang nyelonong masuk ke kamarku. Ternyata ia sukses menebak tingkahku yang blingsatan seperti ini
  “Ada masalah lagi” tanyanya
Aku mengagguk kemudian menerawang mamandang Mas bintang
  “Kenapa ? bukanya kemarin kamu abis jalan sama sama siapa tu? Oh iya Elang ! “kata Mas Bintang mengingat semalam Elang mengajakku keluar. Kepedihan menggoyakku saat aku teringat wajahnya. Mendengar namanya membuatku sangat tersiksa. Aku menggeleng, kalut, putus asa, ingin lepas saei cengkraman kepedihan itu.
   “Bukan dia”
   “Terus ? “
Aku menunjukan SMS terakhir dari Arza pada Mas Bintang. so…. Sekarang Mas Bintang mengerti.
  “Semua yang kamu hadapi harus sesuai dengan diri kamu, ikuti apa kata hatimu, dan tetap harus melihat sekitarmu” tegas mas bintang kemudian aku kembali menerawang. Aku mengangguk pasti setelah sukses mencerna kata-kata Petuah dari Mas Bintang.
  “Lalu Mas Bintang gimana sama cewek yang yang mas taksir dikampus?” kataku mengalihkan pembicaraan,  jadi Mas Bintang gak terus–terusan terlibat dan ikut pusing atas masalahku. otakku saja hampir overload memikirkan masalahku ini. Cukup aku sajalah yang merasakan walaupun kata Mas Bintang. aku harus terbuka tapi bukan berarti semua masalahku,  ku umbar padanya. nanti Mas Bintang malah ikutan pusing lagi.
Mas Bintang senyam-senyum. Ia tersipu malu atas pertanyaanku. Ini malah memancingku untuk lebih penasaran.
 “Kenapa Mas? Ditanya ko malah senyam-senyum?” Tanyaku heran.
 “Mas  udah jadian dong hehe” kata mas bintang sambil berhehe-ria.
 “Jadian? Berarti Mas Bintang punya pacar?” tanyaku memastikan mas bintang mengagguk seraya menggulung senyuman kearahku.
  Aku turut senang atas Mas Bintang , yang aku tahu Mas Bintang udah lamaaaa banget nge-jomblo kalo di itung hampir setengah abad .lho?. lho?. eh salah ding hehe. Maksudku, sudah 2 tahun lama juga kan?. Tapi, labih lama aku tau. Aku menjomblo 17 tahun alias belom pernah pacaran masih polos dong. Masih disegel lagi hehe. dua tahun lalu mas bintang emang cerita kalo dia pacaran dengan cewek yang namanya vero. Veronica.
   Dia ku pastikan cantik, dewasa, interesting dan pastinya setia. Aku gak begitu tau alasan mereka putus tu apa? Yang jelas pasca putus sikap mas bintang berubah. Ia lebih sering mengurung diri di kamar. Bahkan lebih cenderung menjadi orang pendiam. Mas bintang memang suka pilih-pilih dalam masalah berpacaran. Terutama mas bintang pilih cewek yang cantik dan setia. Tapi ku rasa semua orang maunya begitu. Itu merupakan hal yang pokok dalam daftar tipe dan persaratan buat yang mau jadi pacar nya. Tapi tidak di bukukan kok. Hanya saja selalu tersirat dalam kepalanya. 
  Cewek yang cantik itu banyak. Aku juga cantik kok. Tapi kalo cewek setia? Belum tentu sepersekian ribu. Kadang ada juga yang SETIA. Tapi mereka sering menanamkan moto “gue suka lo ada apanya, bukan apa adanya” maklum mas bintangkan ganteng, menurutku. Dan mas bintang juga salah satu manusia yang masuk golongan mahasiswa bermobil. Pasti semua cewek mau banget berada di samping mas bintang dan berstatus sebagai PACARNYA. Ini yang aku tekankan.
  Tapi ya, seperti yang tadi ku bilang. Mas bintang tidak sembarangan asal pilih cewek. Gak seperti beli kacang rebus pastinya.
 “Pejeeeeeeeeeeee” kataku berteriak menodong PJ (pajak jadian) pastinya sama orang yang baru jadian. Masih anget kan hubungannya. Makanya asik banget buat di palakin traktiran.
 “Mas. Tron legacy dong” aku kembali berandai menonton film di 21.
 “GAK ADA TRON LEGACi-LEGACIAN”
   “Narnia deh” aku kembali mengajukan usul yang membuat mas bintang kembali tersenyum geli. Menahan tawanya. Tapi aku bisa dengar suara tawanya walaupun dalam skala frekuensi yang tidak besar.
   “woooo. Maunya! jaman sekarang gak ada yang gratis.”
   “tapi kan pajak mas. Pajak!” aku berseru bersemangat.
   “no. no. no. weekkk!” mas bintang malah melet melet ke arah ku. Lalu menimpaliku dengan timpukan bantal mautnya. Aku mulai tenggelam dalam adegan kejar-kejaran dengan mas bintang. Aku bisa lupa dalam sekejap dengan masalah yang mengeroyokku. Tapi usainya aku akan kembali mengingatnya lagi. Semuanya.
                                                       ©©©

  “Mah…” aku menghampiri Mamah di ruang kerja Papah. Ku lihat ia sedang sibuk dengan  Laptopnya. Seperti biasa Mamah mengerjakan tugas kantor.
 “Ada apa kamu? Tumben kesini?” Tanya Mamah seraya menyerengitkan alisnya.
   Jelas Mamah terlihat sedikit heran. Karena aku tidak pernah keruang kerja Papah. Apalagi kalau tidak ada panggilan dari Mamah sebelumnya.
  “Ee.. Mamah masih sibuk ya?” tanyaku pura-pura menyodorkan pertanyaan di tengah kesibukan Mamah untuk memastikan. Lalu aku duduk di sofa yang tertera di ruang kerja Papah sambil menaikan suhu AC agar tidak terlalu dingin. Menurutku ruangan ini sudah seperti kulkas.
   “Iya. Kenapa memang kalo Mamah sibuk?” Mamah malah kembali bertanya tatapannya terus serius dengan layar Laptop. Jemarinya menari-nari di atas keyboard.
   “Mamah gak lelah terus bekerja?” kataku. Lalu aku menaikan tubuhku di atas sofa. Dari sebelumnya posisiku masih duduk. Aku berbaring.
  Mamah menghentikan tarian jemarinya. Dan tatapannya sejenak mengarah ke aku. “Bukannya kamu sudah tidak asing lagi melihat mamah seperti ini?” kata Mamah. Dan kembali perhatiannya ke pekerjannya.
Aku menyatukan alisku.
  “Kamu lihat pernahkah Mamah bosan, dengan pekerjaan Mamah yang tiada habisnya?”
Kini aku menggeleng. Aku tau Mamah adalah tipe orang pekerja keras.
  “Nah ambilah sendiri kesimpulannya” ujar Mamah.
   Maksud Mamah? Aku bertanya dalam hati. Tubuhku masih mematung di atas sofa. Wajahku tertampak segudang tanda Tanya. Yang tadinya aku dapat mencerna pertanyaan mamah dengan jangka beberapa detik. Kini aku sudah hampir 60 detik tidak mengeluarkan suara. Mamah menatapku, kemudian ada bentuk senyum yang keluar dari bibir imut Mamah.
   Ia melepas Laptop-nya. Lalu mendekatiku. Mengambil posisi duduk di samping badanku yang masih terbaring limbung. Aku menghela nafas pelan. Mbak Surti masuk dengan membawakan secangkir  teh manis hangat dan beberapa biskuit yang di rangkai di atas nampan. Mungkin tadi Mamah memesannya. Tapi secangkir teh itu yang selalu menemani Mamah. Sambil menyeruput hangatnya teh sambil menuntaskan pekerjaannya. Teh itu yang bisa me-relekskan Mamah.
 “Bi. Teh nya letakan disitu saja” pinta Mamah seraya menunjuk ke arah meja tepat di samping sofa.
      “Iya bu.”  Mbak Surti mengiyakan perintah Mamah. Lalu segera melaksanakannya.
      “Mbak Tami mau dibikinin teh? Atau kopi?” Mbak Surti menawari jasanya untuk membuatkan aku sesuatu.
Aku menggeleng. “Enggak Mbak. Makasi”
Kemudian Mbak Surti pergi usai mendengar jawabanku. Aku sedang tidak ingin memasukan sesuatu ke dalam perutku.
       “Sesuatu yang kita suka pasti akan kita kerjakan walau sesulit apapun itu. Sebanyak apapun itu.” Kata Mamah tersenyum karena lantaran sukses menjawab pertanyaan di otakku.
       “Suka?” aku mengulang kata yang tadi mamah ucapkan tapi hanya dengan satu kata yang membuatku semakin bertanya-tanya.
      “Berarti cinta?” lalu aku membuat argument sendiri. Padahal saat ini tidak membahas tetang perasaan. Tapi tanpa ku pikir lagi aku mengaitkannya.
Mamah kembali tersenyum. Kini menatapku. Dan mengangguk.
     “ Terus mendalami walau sulit” Mamah mengartikan kata cinta dengan kata-katanya sendiri.
    “Kamu tau bagaimana Mamah memahami diri Papahmu?” ia membuat pertanyaan yang aku tidak mengetahui jawabannya. Mamah menyeruput teh hangatnya sembari merangkai kata-kata untuk jawaban atas pertanyaannya.
    “Papah adalah orang yang angkuh. Emosian. Disiplin mati. Dan dingin terhadap perempuan. Perlu waktu yang tidak sigkat untuk mengenal sekaligus memahami sosok papah. Semua Mamah jalani dengan penuh kesabaran. Tujuannya hanya satu yaitu hanya ingin mengetahui seluk beluk Papah dan segera bisa menikah dengannya. Tapi kalau kita selalu berpandangan terus ke hasil. Kita tidak akan pernah menikmati proses. Proses yang lama, yang di pahami, yang di jalani juga di nikmati membuahkan hasil yang lebih indah. Alhasil Mamah gak Cuma mengenal Papah. Tapi Mamah lebih mengerti bagaimana sikap Mamah saat papah begini. Apa yang harus Mamah lakukan saat Papah begitu.” Lalu Mamah menghentikan omongannya seraya kembali menyeruput teh nya. Aku tidak sabar untuk mendengar kelanjutan omongan Mamah. Tetapi aku labih memilih untuk sabar menunggu sampai Mamah kembali membuka mulut.
       “Begitu juga kita terapkan ke semua hal. Termasuk pekerjaan Mamah yang semua orang memfonis melelahkan. Mamah jalani dengan penuh rasa kidmat. Merasakan lelahnya saat menjalani. Juga akan terasa puas saat mendapatkan hasil”
     Aku mengangguk. Lalu tanpa kontrol aku malah bertanya yang melenceng dari konteks pembicaraan.
     “Benarkah papah seperti itu? Dingin dengan semua perempuan? Tapi kenapa tidak denganku?”
       Mamah kembali tersenyum. Mata Mamah menatap kearahku. Mata itu seperti dua buah kelereng berwarna coklat gelap. Besar. Bulat. Berkilauan. Namun kialunya kini tak seluruhnya tampak. Karena termakan oleh usia. Tapi aku bisa merasakan binaran mata Mamah yang menatapku hangat.
      “Proses yang membuat Papah berubah. Dulu menurut Mamah, Papah adalah orang yang paling kejam sedunia. Ia sering kali mengintimidasi Mamah dengan sikapnya yang menjengkelkan. Sering mencari-cari masalah. Membuat perdebatan yang tidak penting tapi bikin emosi. Tapi di balik semua sikap yang menjengkelkan itu. Papah bilang, bahwa itu hanya trik yang di pakai untuk mendekati Mamah. Agar Mamah terus meladeninya. Walaupun dalam lengkingan nada tinggi yang spontan keluar dari mulut Mamah. Ataupun pelototan bola mata Mamah setiap kali berhadapan dengan Papah. Setelah Papah sukses mengambil hati Mamah. Pelan pelan sikapnya berubah. Ia seperti burung hantu yang reNkarnasi menjadi merpati indah. Hangat, perhatian dalam semua yang menyangkut Mamah. Papah yang mengecamkan bahwa Mamah lah sang dewi yang berhasil menyihir Papah. Dan kemudian papah menjadi jiwa yang hangat untuk keluarganya.” mamah mendeskripsikan perjalanan cintanya yang ternyata tidak jauh beda dengan yang aku alami. Hanya saja untuk bisa memiliki merpati indah itu masih dalam hayalan belaka.
        “Kamu sendiri gimana? Kok sepertinya mamah belum pernah mendengar nama cowok yang kamu ucapkan sebagai pacarmu. Kecuali kemarin malam lelaki yang kerumah dan mengajakmu keluar. Siapa namanya? Ayo ceritakan. Mamah penasaran” Mamah seketika bersemangat ingin mengetahuinya.makanya ia mengalihkan pembicaraan. Aku tertegun. Membenarkan posisi tubuhku agar lebih nyaman.
        Aku menarik nafas. Lalu menceritakan semua keluh kesahku. Dan bla-bla-blanya. Dengan penuh rasa kesal. Sedih. Suka. Sekali pun marah ku tumpahkan semuanya. Mamah tertawa kecil melihat aktingku menceritakan semuanya. Tapi aku sedang tidak ber-akting melainkan luapan emosiku pada orang yang ku ceritakan pada mamah. Setelah aku bercerita panjang kali lebar. Mamah hanya menyimpulkan.
      “Dia tidak seperti yang kamu bayangkan”
Aku kembali bisu.
      “Yang ini kamu artikan sendiri oke. Mamah mau nerusin tugas kantor” mamah kembali ke meja kerjanya. Meneruskan hal yang di cintainya. Dengan rasa tanggung jawabnya. Sementara aku kembali ke kamar.
                                                       ©©©









                         Empat belas
      Gue kira lo gamasuk!” kata febry yang menodongku pertanyaan waktu aku baru saja menempatkan bokongku di atas bangku-ku. Febry paham kejadian yang menimpaku. Masalah perseturuanku dengan Hany. Makanya dia bisa ngomong lancar begitu.
aku mengankat bahuku. Menghela nafas perlahan lalu angkat bicara.
      Why do you think it?”  
Kata-kataku membuat Febry keki. Dan ia tidak membahasnya lagi.
     “Elisa mana?” tanyaku
     “Lagi ngegencet anak kelas satu” jawab ferbry.
     “Lo gak ikut?”
      “males ah!.  Junior yang gue incer udah tiga hari gak masuk” katanay dengan nada tak bersemangat. Aku tergelak. Kemudian tak berkomentar.
     Junior yang di maksud adalah adik kelas khususnya “cewek” yang kecentilan cari perhatian sama Elang. Tentunya Febry dan Elisa gak rela dong kalo pangerannya di rebut gitu aja sama anak yang umurnya belom lama di sekolah. Ternyata hormone feromon Elang tidak hanya menyebar luas di angkatanku. Tapi juga di adik kelasku.
       Bahkan dua angkatan di bawahku juga. Mereka yang masih terlihat imut-imut tapi centilnya amit-amit sering manjadi korban ke senioritasan Febry dan elisa. Sebenernya korban hipnotis kegantengannya Elang juga sih. Untuk mencari perhatian seorang Elang tikus-tikus centil itu berhias secantik mungkin berharap dengan kecantikannya pandangan Elang tertuju padanya. Menurut mereka sosok Elang sudah nyaris seperti pangeran nyarasar dari negri antah berantah.
GANTENG. Udah pasti! Itu hal yang tidak bisa di pungkiri lagi. Cuma cewek yang seleranya abnormal yang gak mau sama Elang. Aku yakin gak ada satu orang hawa yang berani mengeluarkan sumpah serapahnya kalo Elang itu jelek.
SENYUMAN. Hal yang dinantikan semua cewek untuk di senyumin sama seorang Elang. Kalo abis di senyumnin tuh di jamin bakal mimpi indah. Itu argumennya Febry. Ya aku si percaya gak percaya. Tapi waktu dapet senyumannya itu bikin aku klepek-klepek.
TAJIR. Ini kenyataan! Hal yang real yang tertera pada sosok Elang. Apalagi Elang bawa mobil ke sekolah. Banyak cewek yang ngantri. Mau ikut tumpangannya.
        Tapi kenapa dulu aku benci banget ya sama Elang? Malah hampir amit-amit kalo ngedenger namanya. Semua orang membicarakan Elang. Tapi aku dulu malah sebodoamat. Persetan dengan Elang!. Mungkin karena sikapnya yang nyolot itu kali ya?. Ih aku menci banget kalo inget soal itu. Isi perutku langsung bergejolak rasanya.
Elisa masuk ke dalam kelas dengan menyeret wajah penuh kesal.
    “Kenapa sa? Gak dapet mangsa lagi?” tanyaku jail.
    “Bukan.” Katanya seraya menempatkan diri di sampingku. Lalu melanjutkan perkataanya.                “Mangsa si banyak!. Tinggal comot terus kunciin di kamar mandi” ia menyangga pertanyaanku.
Aku tertegun. Kemudian Febry yang malah angkat bicara. Sebelumnya ia menghela nafas panjang. Berkeluh.
    “Gue udah bilang kalo lo mau buka pers di depan anak kelas satu, jangan sekarang!. Duh, elo tuh udah di bilangin masih aja bego!”  kata febry masih terus dengan gaya tolak pinggangnya. Ih Febry!. Jakarta sempit tau!.
    “Lagi kenapa musti ngegencet anak kelas satu sih? Kan kasian tau” kataku menggubris tingkah laku mereka.
   Mentang-mentang kelas XII seenak jidatnya ngegencetin anak kelas satu. Aku sedikit menentang ke-senioritas-an. Menurutku itu merupakan hal yang tidak penting. Banyak hal yang harus kulakukan. Tentunya lebih penting. Karena hal itu terjadi kesenjangan dengan anak kelas sepuluh. Bahkan banyak anak yang  jadi korban lantaran karena ketidak tahuan mereka atas sistem ini.
       “Aduh tamii lo tuh masih gak ngerti juga sih.” Kata elisa mengaduh.
   “Kalo gak kita yang nerusin kesenioritasan ini. siapa lagi? Mumpung masih kelas duabelas. Ntar lo di tempat kuliah lo jadi junior lagi yang sok culun. Sok polos buat menghindari senior lo!” tambah Febry mantap. (kita? Mendingan elo berdua aja. gue gak ikutan!).
    “Lo inget kan gimana dulu kak monik memperlakukan lo?” Febry melanjutkan kata-katanya yang makin meninggi.
    Ia mengungkit masa lalu ku.waktu itu aku baru beberapa hari tercatat sebagai murid disini. Aku yang masih polos dan mungkin bisa di bilang belum banyak dosa buku catatanku masih tipis lah. Tidak seperti sekarang yang kian menebal secara terus menerus.waktu itu aku berniat mengembalikan saputangannya kak Geo yang tertinggal di dalam kelasku sewaktu ia jadi panitia MOS. Dan kebetulan kelasku mendapat kakak pembimbing kak Geo.
    Saat itu Kak Geo lah yang menjadi superstar di sekolah. Tapi sayang untuk anak kelas sepuluh sepertiku dilarang ikut serta untuk mengaguminya. Aku menghampiri kak Geo dan langsung memberikan saputangannya. Setelah itu tidak ada hal lain yang ku inginkan darinya. Aku segera lekas pulang. Karena sudah tidak adalagi keperluan untuk berlama-lama di sekolah. Yang ada mamah nyariin nantinya.
    Lalu aku pulang menunggu jemputan dari mas bintang. Saat itu arza sedang tidak masuk sekolah karena harus mengantar bokapnya ke dokter. Hampir 5 menit aku menunggu. Para antek-antek dari Kak Monik menghampiriku. Kak Laras dan Kak Indah. Mereka menyeretku kedalam mobil. Pastinya secara paksa. Sebelumnya aku tidak mengerti apa yang mereka akan lalukan padaku.
    Mereka hanya tertawa geli melihat wajahku yang hampir seperti mayat hidup. Pucat! Dan tentunya dengan tampang ketololanku ini yang membuat mereka tergelak-gelak. Hingga akhirnya kak monik angkat bicara.
   “Anak jendral dari mana lo. Beraninya ngedeketin Geo?”
   Jelas aku gelagepan pas di Tanya kayak gitu. Wong aku gak punya niat apapun. Aku kelu. Percuma aku menjelaskan ngalor-ngidul. Tapi, mereka tidak percaya. Akhirnya aku angkat bicara walaupun aku tidak menjelaskan.
  “Kalo kakak mau tau yang pasti. Mending kakak Tanya langsung sama kak Geo aja deh”
   kata-kataku sukses membuat mereka melotot. Matanya nyaris keluar malah. Untung saja tidak copot. Kak monik seketika menginjak rem kuat-kuat. Derit rem itu melengking kami yang berada di dalam mobil terpontang panting. Lalu terjorok kedepan. Ada yang terbentur dinding mobil. Bahkan ada yang sampai nyungsep kebawah. Kak monik menoleh ke arahku. Sorot matanya geram.
   “Oh gitu? Oke kalo itumau lo” kata kak monik dengan nada santai. Tapi mengancam. Ia membuat kesepakatan yang tidak aku mengerti.
    Sedetik kemudian mobil itu melaju kencang. Berang matanya menyorot arah jalanan. Pedalnya terus di injak kuat-kuat. Suara nya berderit-derit. Mengundang perhatian mobil di sekelilingnya. Satu dua mobil mengelaksoninya keras-keras. Kecepatanya berkurang saat kak Monik mengambil tiket untuk masuk ke dalam TOL. Lalu kembali melaju dengan kecepatan yang aku anggap terlalu cepat. Ini jauh dari kecepatan normal. Yang pasti saat itu aku tidak akan tau ingin di bawa kemana aku ini. Aku hanya menjerit-jerit dalam hati. Air mataku turun. Tapi, isakan tangisku tak terdengar.
     Sekitar 20 kilometer dari mulut Tol mobil ini menepi. Mengurangi sedikit rasa ketakutanku. Tapi tidak ada lima detik setelah mobil itu berhenti di pinggir. Dan ini masih di dalam TOL. Kak monik memberi kode dan aku di tarik secara paksa oleh para kacungnya. Seperti saat mereka menyeretku ke dalam mobil tadi. Aku diturunkan dari mobil di buang di pinggir jalan, lalu di tinggalkan begitu saja.
    Sungguh ironis waktu itu. Hari yang paling buruk dalam hidupku. Tapi, aku bukanlah tipikal orang yang suka balas dendam. Keladian yang menimpaku biarlah menjadi sebuah pengalaman. Walaupun itu sangat menyeramkan untuk di ingat. Sejak saat itu aku tidak pernah berani berhubungan dengan kakak kelas . siapapun dia. Mau ada keperluan apapun. Aku tetap menjaga jarak.
    Aku sadar saat itu aku hanya seorang junior. Aku tidak akan meneeruskan kesenioritasan itu. Banyak mereka yang menyebalkan karena kecentilannya. Tapi  lebih banyak lagi mereka yang tidak bersalah menjadi korban karena para seniornya yang sering kali membabibuta.
   Tataran. Penindasan. Penculikan secara paksa. Penguncian di kamar mandi. Atau pembuangan ke jalan TOL.  Ku hapuskan dalam pikiranku. Tidak aji mumpung sebagai senior. Aku tidak ingin di tindas maka aku tidak akan menindas. Logo ku itu PEACE!
                                                       ©©©






















                       Lima belas
    Drrtt...drrtt..drrtt… handphone-ku bergetar saat bel istirahat baru saja bordering beberapa detik yang lalu. Satu panggilan masuk darinomer yang tidak aku kenal. 081798xxx
     “Ya halo” sahutku
     “Masih kenal sama gue?” Tanya orang di ujung sana.
     “Siapa?” Tanya elisa sedikit berbisik.
Aku menaikan bahu. Pertanda tidak tau. Lalu aku segera melontarkan pertanyaan.
     “Sori mungkin gue lupa. Tapi ini siapa?”
     “Ini tami kan?” ia malah mengabaikan pertanyaanku. Ake menaikan alisku.
     “Iya”
     “Berarti gue gak salah sambung. Ini gue Yoka. Masih inget?”
Aku melotot. Lalu membisikan Elisa dan Febry yang sudah dari penasaran.
    “Yoka” bisikku seraya menutup lubang suara di handphoneku agar yoka tidak mendengar suara kegaduhan mereka seketika mendengar kata Y-O-K-A.
    “Serius? dia ngomong apa?” Tanya Febry penasaran.
    “Sssttttt” aku membungkam mulut Febry. “berisik. Aduh nanti Yoka denger”
    “Halo, Tami?”
    “Eh  iya iya. Kenapa?”
    “Kok berisik banget? Banyak orang?”
    “Hemm.. iya kan di kelas”
    “Oh.. ee pulang sekolah jam berapa?”
    “Setengah tiga. Kenapa? Mau jemput?” kataku asal menebak.
    “Lho kok tau? Ngintip buku kegiatan gue ya?” lalu terdengar tawanya.
    “Dia bilang apa?” Tanya elisa yang ikut penasaran.
    “Mau jemput gue.” Kataku setengah berbisik.
    “ENAK BANGET LOOO!” mereka serempak membuat kegaduhan.
    “Sstttt. Gila berisik lo. Ntar kedengeran!” hardikku.
    “Siapa si? Lo gak lagi nanggep topeng monyet kan?” Tanya yoka.
Aku tertawa pelan.
     “Ya enggak lah. Gue gak semaniak itu kali. nanggep topeng monyet di sekolah” kataku seraya menatap Elisa dan Febry yang bisa ku pastikan mereka sedang geram.
      “Haha. Bisa aja lo. Oke kalo gitu nanti setengah tiga gue udah berada di sekolah lo”
      “Kalo ketauan sama Elang gimana?” kataku sedikit takut.
     “Itu bisa di atur”
        Lalu Febry merebut handphoneku. Dan dengan lancangnya ia bicara dengan Yoka. Sampai beberapa menit setelah ia dan Elisa puas bersendagurau dengan lawan bicaranya di telepon. Ia mengembalikan padaku. Ternyata masih tersambung dengan Yoka.
    “Ya”
    “Hehe. lo sebel ya sama mereka?”
    “He’eh”
    “Yaudah. Tenang aja pokok nya setengah tiga kita ketemu ya. Oke. Dahh sampai ketemu.”
Yoka menutup teleponnya.
                                                       ©©©
      Detik-detik terakhir memang terasa sangat lama. Rasanya hampir seabat bel itu tidak kunjung mengeluarkan teriakannya yang nyaring. Aku sudah tidak lagi konsen ke pelajaran. Percuma bu sarah menerangkan dari tadi. Pikirannku sudah tidak lagi nyambung untuk belajar. Padahal sudah beberapakali aku mencoba mengonsenkan pikiranku. Tapi hasilnya tetap saja nihil. tiada guna. Aku hanya memikirkan bel itu kapan berbunyi. Lima menit rasanya lama.
Kringgggggggggggggggggggg……..
       “Ahh.. akhirnya” aku menghela nafas lega. Lalu bergegas memasukan bukuku ke dalam tas. Dan keluar dari kelas dengan langkah yang terburu-buru. Bahkan saat itu Bu Sarah belum beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkan kelas. Aku berlari secepat kilat menuju luar sekolah. Secepat mungkin sebelum elang menemukanku.
Dan aku menemukan sosok Yoka yang tengah berdiri di samping mobilnya.
    “Hai” sapanya lembut
    “Ya” kataku tak bisa mengeluarkan lebih banyak kata lagi. Nafasku masih ter pogoh-pogoh.
    “Abis kepergok maling ayam?” Tanya Yoka geli.
   “Wo. sial lo!” aku menyeringai. “Emang tampang gue ada potongan maling?”
     Yoka menyerengitkan keningnya. Lalu berkata. “dikit sih” kemudian ia tertawa melihat aku yang keki di buatnya. Aku menyikut yoka dengan ujung lenganku. Tapi aku juga tidak bisa menahan tawa. Dan setelah itu. Tanpa ba-bi-bu lagi yoka mempersilakan aku masku ke dalam mobilnya.
    Ia mengajakku ke food croutd yang berada di margo city. Daerah depok. Aku hanya memesan es campur. Sementara yoka memesan steak panggang. Aku duduk barhadapan dengannya. Di sebuah meja yang menghadap ke arah eskalator.  Aku melihat kilauan wajah yoka yang begitu manyinari hatiku.
     “Sebenernya lo ngajak gue kesini mau ngapain?” tanyaku.
Yoka tersenyum. Lalu dengan santai-nya ia menjawab. “emang gak boleh kalo gue ngajak seorang cewek jalan?”
    “Ee… iya boleh sih” kataku ragu. “Lo dapet nomer gue dari mana?” lanjutku spontan.
     “Menurut lo?”
Aku mengangkat bahuku.
      “Oke. Menurut gue itu pertanyaan yang tidak perlu gue jawab. So.. gak penting juga kita bahas kan?” katanya memberi kesimpulan. Tapi aku gak setuju.
     “Tapi itu penting buat gue. Nomer itu privacy gue. Jadi gak salah dong kalo gue menanyakannya”
     “Wess. Santai dong cantik. Oke gue bakalan jawab. Tapi janji setelah gue jawab. Kita gak akan membahas soal ini lagi. Setuju?”
Aku mengangguk sepakat.
    “Gue ngambil dari hp Elang”
       Aku tercengang. Seketika ingin marah. Dia ngambil nomerku dari HP Elang? Berarti elang tidak tau? His aku mau ngomong soal ini. Tapi, sayangnya. Aku janji gak mebahas soal ini lagi. Aku sudah terlanjur janji. Dan tidak ingin ingkar. Aku harus konsekuen. Aku menghembuskan nafas perlahan. Tapi hembusannya bisa dirasakan oleh Yoka.
      “Lo ada acara ya hari ini?”
     “Enggak” jawabku singkat.
      Yoka memperhatikan sikapku yang sepertinya tidak bisa diam. Hemm bisa di bilang cemas. Tapi aku juga bingung aku mencemaskan apa. Di depan cowok seganteng yoka seharusnya aku bisa mengatur sikapku.
     ”Oww gue tau. Lo takut sama cowok lu ya?” tanyanya. Dalam bentuk kesimpulan lagi.
Aku menggeleng.
     “Sama Elang?”
 Aku kembali menggeleng untuk yang kedua kalinya.
    “Lalu?”
Aku menghela nafas. “gue gak punya cowok” kataku terpaksa. Sebenernya aku tidak ingin mengatakannya. Tapi sesuatu yang memaksa.
     “Serius lo belom punya pacar” kini nadanya lebih tinggi dari sebelumnya. Mampus aku! Lagi-lagi aku menampakkan ketololanku. Aku pikir yoka tidak akan membahasnya lagi. Ini malah sebaliknya. Mana suaranya keras. Cukup bisa terdengar jelas oleh orang-orang yang berada radius jarak tiga sampai empat meter dari tempat dudukku.
      “Iya”jawabku pasrah.
      “Oke. Berarti gue bebas!.” Katanya bersemangat.
      “Maksud lo?” mataku kini menyipit.
      “Iya. Gue bebas bisa ngajak lo kemana aja” lalu dia terdiam sebentar. Seraya meneguk minumannya. Dan berkata lagi. “hemm. Sekarang. Gue mau nembak lo”
  aku bimbang. Tercengang. Sekaligus limbung di buatnya.
    Aku melongo dibuatnya
Ia berdecak. Lalu tersenyum geli.
    “Ck. Masa gak ngerti sih?. Gue ini mau jadi pacar lo. Lo mau gak jadi pacar gue?” tanyanya sekaligus menjelaskan.
       Jelas aku gak ngerti. Aku kan gak pernah pacaran . jangankan pacaran di tembak aja aku belom pernah. Jadi wajar kan kalo aku bingung harus jawab apa. Tapi aku gak mau bilang soal yang ini. Bakal panjang lagi urusannya kalo aku menjelaskan detail yang ini. Enggak deh. Cukup yang tadi aja aku kepergok beberapa kali. Untuk selanjutnya aku harus hati-hati kalo bicara dengan orang ganteng di hadapanku ini.
      “Jadi gimana? Lo mau gak jadi pacar gue?” tanyanya sekali lagi.
Drrtt…drrtt…drrtt.. ponsel ku bergetar. Panggilan masuk dari ARZA. Hah? Yang bener? Aku mengeja kata itu sekali lagi dengan pelan. A-R-Z-A. iya bener arza. Aku gak salah baca kok.
       “Sori. Tinggal bentar ya.” Izinku pada yoka. Lalu yoka mempersilakan aku menerima telepon dengan anggukan kepalanya.
Aku melangkah beberapa meter menjauhi yoka. Hingga ku pastikan yoka tidak mendengar percakapan aku di telepon kalaupun seandainya terdengar pasti tidak akan jelas.
     “Halo” sahutku ketika menerima panggilan dari Arza.
     “Dimana?” Tanya nya.
     “Gak dirumah” jawabku singkat. Sudah ku kira Arza akan menanyaiku seperti itu. Ia mungkin mendengar sekelilingku yang sedikit bising. Karena aku tidak lagi berada di kuburan. 
    “kalo lo masih mau berhubungan sama gue. Di tempat biasa” katanya singkat. Lalu ia memutuskan teleponnya begitu saja.
    “Halo. Za? Halo?” aku mencoba ber halo-halo siapa tau Arza masih disana. Tapi usaha ku sia-sia.
      Aku kembali ke tempat dudukku. Melihat yoka yang tersenyum menyambut kembali  kedatanganku dengan senang hati. Tapi wajahku cemas. Tanganku masih menggenggam ponsel.
    “Sorri. Gue harus nyelesain urusan gue.” Kataku seraya mengemasi tas ku.
    “Kemana? Terus gue gimana? Gue di terima gak?” aku di lemparkan kembali pertanyaan yang tidak bisa ku jawab.
    “Ada yang lebih penting. Ini menyangkut masa depan gue.”
    “Berarti ada laki-laki lain selain gue?” Dengan rasa mual, aku pun memahami maksudnya. Aku menggeleng-geleng kepala. Berusaha menjernihkan pikiran. Yoka menungguku tanpa sedikitpun tanda tidak sabar.
    “Gue gak tau.”
   “Please jawab dulu. Gue butuh keputusan lo”
   “Gue gak bisa jawab sekarang. Nanti kalo gue punya jawabannya gue bakalan langsung ngasih tau lo. Oke, gue cabut dulu. Yuk. Duluan ya. Dah” kataku tergesa-gesa.
     Aku berlari secepat mungkin keluar dari mall itu. Beberapa orang tanpa kontrol ku tabrak. Tapi tidak mematahkan langkahku. Begitu aku meminta maar dan mengatakan. “SORRI” aku langsung maneruskan langkahku. Menyetop taksi lalu memberi perintah kepada pak supir untuk segera menuju tempat tujuan. Tempat yang di maksud adalah di sebuah bukit yang terletak di daerah depok. Untung saja masih di daerah depot. Tidak terlalu jauh dari tempat sebelumnya. Dan tidak terlalu lama untuk sampai tujuan.
    Begitu sampai di mana tempat yang aku bilang. Aku segera membayar ongkos taksi. Lalu bergegas turun dari taksi. Hari mulai sore. Jingga menyinari langit. Tempat itu Nampak sepi. Aku sering kali kesini. Bersama Arza. Dimana aku menuhpahkan keluh kesahku. Arza bilang. Kalau kita berada di tempat ini. Lalu kita curahkan semuanya. Akan terasa kedamaian yang otomatis tercipta tanpa di rencanakan. Benar saja. Aku telah membuktikannya beberapa kali.
    Aku melangkah menuju atas gundukan tanah berselimut rumput. Ini yang ku sebut bukit. Aku menemukan sosok yang mendiamiku. Sosok yang telah lama tidak berbicara padaku. Sosok yang selalu ku butuhkan untuk disampingku. Aku menghela nafas. Lalu berjalan mendekatinya.
   “Gue kira lo gak dateng” ia menyambutku dengan pertanyaan yang membuat aku tercengang. Rupanya ia bisa menebak kehadiranku. Walau badannya membelakangiku.
   “Kenapa lo ngomong kayak gitu?” tanyaku.
   “Pulang sekolah kemana?” tanyanya mirip pertanyaan mamahku yang kalo aku telat pulang aku di todong pertanyaan “kemana?” “darimana?” dan “sama siapa?”. Dan aku harus menjelaskannya satu-persatu. Bahkan secara detail. Tapi Arza bukan mamahku. Yang harus khawatir seperti itu.
    “Lo bukan nyokap gue” kataku pelan. Aku gak berani menggubris terang-terangan. Yang ada nanti Arza tambah berang.
Lalu kini giliran ia yang menghela nafas. Tapi tetap pada posisinya. Membelakangiku. Seolah ia tidak mau melihat wajahku. Apakah wajahku terlalu menjijikan untuk di lihat? Aku tak mengerti atas sikapnya. Kalau arza masih marah padaku kenapa ia menyuruhku datang kesini? Kenapa ia ingin menemuiku? Kenapa ia tidak menyuruhku mati saja. Biar arza tidak akan melihat aku lagi.
     “Sekarang lo berubah” keluhnya pelan. Aku menyerengitkan kening.
     “Gue yang ngerasa lo berubah” tambahku menyamai perkataan Arza. Iya, Arza berubah. Sikapnya tidak sehangat dulu. Dulu kalau aku berada di sampingnya aku merasa sangat nyaman. Seperti aku tengah di samping Mas Bintang.
     “Bahagiakah sama pacar lo yang sekarang?” Tanya-nya. Wajah Arza tanpa expressi. Aku bergeming.
     “Pacar?” kataku mengulang.
     “Elang” ia memastikan orang yang dimaksud sebagai pacarku. Aku menggeleng, hatiku ciut mendengar namanya di sebut. Seakan melepaskan sesuatu yang sejak tadi mencakari hatiku. Rasa sakit yang membuatku bisa bernapas.
     “Gue gak pacaran!” tegasku. Emang aku tidak pacarankan sama Elang. Bahkan kini menjadi renggang lagi. Aku memang suka. Tapi bukan berarti pacarnya. Toh belum tentu ia menyukaiku. Iya kan? Aku gak mau kepedean ah!.
    “Gak pacaran tapi kok ya lupa sama gue” katanya.