Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Saturday, June 20, 2015

Untukmu yang kuinginkan menjadi pilihan hidupku.






      Jika ada tempat yang selalu menjadi kepulanganku. Kukatakan bahwa itu adalah bahumu.
Sudah lama diantara kita tak ada temu. Tak ada penuaian pilar-pilar rindu. Tak ada alasan yang signifikan untuk merealisasikan sesuatu yang terpendam.
    
      Apakah kita sama-sama mengumpati rindu itu diam-diam?
    
      Aku suka melihat wajah aristokratmu, senyum gulamu, juga alis khas yang ada di dua bola mata teduhmu yang berhasil membuat paradigma dalam dada.

     Jika ada hal yang paling hangat. Kubilang, itu adalah pijar matamu.
    
    Aku menyukai hari-hari kita yang berlapis-lapis kini mengungkap kenang. Detik-detik dimana kamu dan aku berbagi banyak hal bersama. Saat-saat yang kumaknai sebagai kedekatan tak biasa.

     Sesekali aku memerhatian handponeku, berharap ada pesan singkat darimu. Padahal aku tau, aku tidak mungkin mendapatkannya. 
    
     Kamu orang yang paling sibuk dengan duniamu sendiri tanpa mengerti kepekaan. Iya kan?

     Jangankan untuk menelponmumenanyai kabar atau sekedar berseru haiuntuk mendahului mengirimkan pesanpun aku tak berani. Untuk itu, hari ini aku membuat surat lanjutan untukmu. Surat ini mewakili kepingan-kepingan rindu yang kusimpan sendirian.

      Aku terlalu nyaman dengan kebiasaan yang kita habiskan bersama.hingga banyak hal yang menjadi pertimbanganku ketika kau pilihkan sesuatu untukku;

       Menurut kamu baju yang bagu yang mana buat kupakai ke pesta ulang tahun temanmu?

       Kamu mau makan yang mana?

       Menurut kamu aku harus pilih yang mana?

        Menurut kamu besok kita ke mana ya?

        Enakan rasa cokelat atau strawberry?

     Banyak hal yang tanpa kusadari kuminta kamu memilihkan sesuatu untukku. Sesuatu yang sesuai seleramu yang terbiasa menjadi seleraku. Sesuatu yang mau tidak mau harus kujalani bersamamu. Dari situ, aku mulai bergantung dengan semua pilihanmu.

     Banyak hal pula yang ingin kuhabiskan bersamamu. Tapi paling, aku hanya bisa duduk diam menatap wajahmu memuja rupawanmu dengan berkali-kali mengulum senyum bahagia. Itu saja. Sudah cukup bagiku untuk mengobati rindu seminggu.
   
     Kita selalu menghabiskan waktu untuk mampir ke kafe favorit kita, menonton film horor yang selalu membuatku teriak-teriak ketakutan, bermain badminton atau jalan-jalan keliling ibukota saat kau berhasil menebak expressi sedihku untuk sekedar menghiburku.

    Untukmu yang saat ini kuinginkan. Aku berharap suatu saat kita bertemu lagi. Entah kapan. Namun saat ini aku sedang menghindarimu untuk menetralisir rindu yang kian tak menepi. Ia selalu berlayar dan terombang ambing, mencari tempatnya berlabuh.

     Terimakasih untuk kecupan di kening sebelum kamu pergi. Aku sudah memilihmu dan tidak ada lagi selain kamu.

     Jadi jika kamu memilih pergi dan menyisakan tubuh ini sendiri. Aku akan tetap menunggu. Dalam rengkuh peluk janji yang kuinginkan. Pada akhirnya orang yang memendam cintanya sendirian hanya bisa merelakan kepergian.

     Sayang, Jika kamu yang memintaku untuk lebih lama berada di sisi, maka akupun sama. Akan melakukan hal yang sama dengan segenap hati.

   Dan sebuah pilihan adalah kepastian untuk menjalani hidup kedepannya. Untukmu dan untuk kita selamanya.

                       
                                                                                       Dari aku, perempuan yang berusaha merelakan.


 baca juga surat cinta pertama kamu : untukmu yang tak sanggup kusebut namanya 

Saturday, June 6, 2015

Untukmu yang tak sanggup kusebut namanya




Dua dolar empat sen, dua cangkir kopi panas tersaji di depan kami. Saat orang-orang berlalu lalang sibuk dengan kepulangan. Kita menikmati sisa senja dengan duduk bedua menghadap jendela yang sama. Berbagi cerita sederhana.
Sebelum ada dirimu aku yakin aku baik-baik saja, namun setelah entah sengaja atau tidak kita bertemu dan membuat aku tidak baik-baik saja.
Dengan pertama kali kita bertegur sapa dan menyebut nama masing-masing dengan malu-malu, lalu kamu duduk di sebelahku, sesekali tertawa atau berceletuk riang. Mengenang obrolan pertama kita yang selalu berhasil membuatku tersenyum.
Diantara kita tak perlu ada pembicaraan berbelit-belit sebab hidup sudah hampir pelik, pembicaraan kita cukup sederhana saja, lalu setelah bingung harus membahas apa kamu menatapku dengan tatapan yang membuat dadaku meledak-ledak, sementara aku berusaha menutupi pipi merahku dengan memalingkan wajah. denganmu semua terasa mudah. aku baru merasakan kebahagiaan yang sederhana, yang tak selesai bila kutuliskan sekalipun di lautan.
Pernah suatu hari saat hujan lebat, di tengah jutaan manusia dengan keegoisan mereka masing-masing dan aku tidak bisa pulang ke rumah, menjadi satu-satunya orang yang menemuiku dengan jas hujan dan rambut basah lalu menanyaiku “Kamu baik-baik aja kan?” dan tanpa kuminta kamu melepas jas hujanmu untukku.
Kamu yang sering kali lupa dengan segala hal ketika sedang bermain game, Aku selalu menyukai keramahanmu, kepedulianmu mengulurkan tangan. kamu yang marah-marah ketika aku melupakan kunci, dompet atau handphone.
Di kala aku sedih, bahumu tersedia untukku. Saat aku lelah lenganmu selalu ada untukku.  kamu yang tidak pernah mengingatkanku untuk selalu berdoa, siapa yang tahu kalau diantara kita diam-diam saling mendoakan?
dari situ aku membandingkan kamu dengan lelaki lain. kamu baik.
Saat ini bukan lagi kata-kata cinta yang kuharapkan, tapi soal keberadaanmu yang pernah membuatku nyaman. Sungguh.. Aku terlalu nyaman hingga takut akan kehilangan.
Aku menghampiri waktu yang hampir tidak pernah kuinginkan. Waktu dimana aku dan kamu sudah tidak lagi bersama. Dan meneruskan kembali jalan kehidupan masing-masing.
Tapi sebaik apapun efek kamera, foto yang paling indah adalah pigura ingatan. Semua ingatan lampau tentangmu, kenangan yang tidak mungkin rela dilupakan begitu saja.
Seberapapun aku mencoba untuk tidak merindu adalah hal paling mustahil. Aku selalu melakukan hal yang sama, berkali kali menyeka perasaan yang ada. Berkali kali terjatuh dalam lubang yang sama; kenangan memilukan yang hanya bisa kupendam sendirian..
dua dolar empat sen, aku memesan cangkir kopi dan rasa yang sama. mengenang sebuah kebersamaan kita.
Aku yang bertahan dalam pijakan yang sama, dalam angan tak bersua, dalam lorong-lorong sempit yang mungkin pahit bernama penantian..
Untukmu, yang akan selalu ada dalam hatiku. Semoga kamu baik-baik saja, selalu.

Dari perempuan yang tak sanggup memendam rindunya sendirian..

Wednesday, June 3, 2015

gajoan nyebelin





Dear jagoan paling nyebelin.
Kalo ada klasifikasi orang paling nyebelin sedunia, orang paling egois sedunia gue bakal nulis nama lo segede gaban.
Gatau kenapa setiap kali ngobrol sama lo gue jadi kebawa emosi sendiri karena lo selalu merasa bahwa lo paling bener, terus kemudian kalo lo salah balik ke pasal pertama bahwa lo selalu bener. Gitu-gitu terus siklusnya. Dan kemudian gue yang harus sabar ngadepin temen yang modelnya kaya elo.
Tapi, gue ngerasa, di hari-hari sibuk kita dengan jutaan problematika pekerjaan dan sekelumit tugas kuliah lo adalah satu-satunya orang yang mau mendengar gue, yang mau nemenin gue di malem-malem gue sendirian di kostan. Lo orang yang mau ngeluangin sedikit waktu weekend lo buat berbagi cerita sama gue. Buat ngobrol hal-hal gak penting dan ujung-ujungnya gue emosi gara-gara elo lagi-lagi gak mau ngalah. Dan besoknya, kita kembali pada rutinitas yang panjang yang selalu menyita waktu panjang kita buat mikirin hal itu.
Sampe rasanya pengen nulis gini:
Dear weekend,
I really miss you.
Love, me.
Kayaknya itu surat cinta pertama yang bakal lo bikin, iya kan? Hehe.
Dari situ, gue seneng lo punya cerita. Lo udah mau cerita tentang banyak hal. Tentang orang-orang yang baru yang lo temuin kemudian lo ceritain ke gue.
Gue ngerasa lo berubah secara perlahan, jadi sosok yang lebih terbuka dibanding sama jarwo yang dulu yang gak pernah nyambung kalo diajak ngomong (meskipun sampe sekarang masih sering gitu).
Berbeda dengan kebanyakan remaja lain, gue sepemikiran sama elo. Buat memandang satu hal dari berbagaimacam segi kehidupan. Think different lo itu lho, wo. Kita gak boleh biasa-biasa aja. Karena bintang yang redup sekalipun belum tentu dia gak bersinar, tapi jarak yang terlalu jauh yang membuat dia gak terlihat. Dan siapa yang tau kalau bintang itu adalah starlight sesungguhnya.
Kenal-deket-jadian-pacaran-berantem-putus kemudian gagal move on adalah fase yang dirasain hampir setiap orang. Bahkan kadang mereka mengaku selalu benar dan gak intropeksi diri sama kesalahannya udah keburu kecantol sama cowok yang lebih ganteng didepannya tanpa pikir panjang.
Harusnya semua orang belajar dari kesalahan, agar tidak mengulang kesalahan yang sama.
disaat orang lain sibuk memamerkan pacarnya, gue bakal lebih sibuk buat fokus ke tujuan dan impian gue, juga kesuksesan gue, dimana kerja dan belajar dengan sungguh-sungguh bakal gue lakuin semala gue bisa. yang nantinya suami gue yang bakal pamer kalo dia bangga punya gue.
Wo, obrolan kita banyak yang gue aplikasiiin dalam kehidupan gue. Soal statment2 konyol yang sebenernya itu gue anggep bener, tentang pekerjaan, dan filosofi-filosofi dari buku-buku yang udah lo baca atau apalah itu. Dan lebih saring lagi, gue yang gak nyambung kalo di ajak ngomong. Oke, gue pentium setengah.
Oh iya, jagoan nyebelin.
Walaupun lo nyebelin, lo udah baek bener ngebenerin notebook gue yang hampir sskarat. Ini baru gue percaya lo seorang web programmer. Hahahaha.
Makasih buat hari-hari singkat yang lo kasih ke gue. Makasih buat kafe, pojok mcd, es buah barito juga blenger yang hampir tiap weekend kita samperin.
Salam nyebelin,
Ovie.