Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Tuesday, October 30, 2012

Ego kita



Demi sebuah bait, dalam larik yang kau tarik pada perasaan yang melirik, ku tujukan sungguh untuk senja dengan rona cinta yang memanja, sesungguhnya perasaan ini hanya untuk ku kenang, dengan rindu yang kau bawa pulang.
Kau selundupkan aku pada aksara yang kian murka. Di atas langit-langit cinta kita, menggantung rayu senyum pada bibirmu. Bukan pada hatimu saja, aku pun turut di dalamnya, untuk memadu kasih dengan kisah yang bisa membuat gundah. Ya, kamu. Terlalu indah bila di lewatkan.
Bagaimana kalau aku pergi ke dalam perisai hatimu, bertemu dengan benteng ego yang segunung dan bertarung di puncak sifat mu yang menyebalkan. Apa yang terjadi di antara kita? Hingga kita terus bertengkar dan membahas rindu yang itu-itu saja. Hingga aku, terus membenci dirimu dan semua hal tolol yang ada di dalam ragamu, tapi aku mencintainya. Oke, aku akui aku tolol.
Dengan jutaan asteroid, kau buat aku berkelit. bahkan jutaan sel dalam tubuhku pun turut menginginkanmu, hanya saja mereka adalah tuna wicara.
Harus kah aku pergi ke batas katulistiwa untuk mencabut duri cinta yang selalu menyulitkan kisah kita? Haruskah aku memerangi naga di negri utara demi mengundang gemuruh tawa? Tentu tidak, jangan pura-pura bodoh dengan sisa rindu yang ada. Jangan pura-pura tak kahu kalau kau juga mencintaiku. Bicaralah, kita akan bersama.

vieority


Orang yang selalu merindukanmu dalam suka maupun duka, dalam hujan ataupun senja.
Visualisasimu adalah wujud dari perasaan, yang menggoreskan betapa sulitnya aku, berusaha mencintaimu.
Iklar pada diriku, untuk selalu membuatmu bahagia. Apapun itu.
Ego mu yang selangit itu, musnah, saat kita saling merindu dan tidak ingin mengakhiri temu pada kelu yang menggebu.

Nurani bertekat, menjaga perasaan dan benteng cinta yang telah kita buat, sampai kapan pun, aku,
Untuk selalu ada disisimu. Membuat lengkungan di bibirmu menjadi sebuah senyuman indah.
Radar, kalau kau hilang, di tengah jutaan manusia yang berusaha memisahkan kita.
Beladang(berlari), untuk menemukanmu dengan segenap kekuatan cinta yang ku punya.
Agar kita selalu bersama.
Ingat, tentang janji setia yang kita ucapkan untuk untuk saling membutuhkan.
Tuhan tau, apa yang kita inginkan.
Yakinlah, hati ini hanya untuk kamu.

senjaku tanpa kamu.

malam semakin dingin. aku masih duduk terpaku di daun jendela yang menghadap langit. disini di tempatku berada aku selalu mengingatmu dimana mimpi-mimpi yang kita harapkan selalu menjadi topik pembicaraan.

28 desember 2010. dimana kita duduk beersama, menatap senja yang akan memisahkan kita. saat itu kau membiarkan kepalaku bersandar di bahumu. kau tidak mengizinkan aku untuk menangis. kau ucapkan janji-janji tentang kita. dimana aku dan kamu akan selalu bersama apapun yang menghalangi kita.
senja menjadi saksi bahwa malam akan datang dan mengambil kamu dari sisiku.dan aku takut akan hal itu. kau adalah napasku. kau seperti denyut nadiku. dan aku tau aku tidak akan hidup tanpamu.
senja menjadi saksi kerinduan, dimana setiap detikku selalu ku pertanyakan . masihkah kau mencintaiku? masihkah kau menyayangiku? masihkah kau mempunyai perasaan yang sama?

tentang rindu



Coretan ini ku tulis, saat aku sedang merindukanmu, tidak ada yang lain yang bisa ku lakukan selain menunggu. Rindu seolah melekat pada diriku menjadi maya yang tak kasat mata. Kadang rindu menjadi mengerikan, ia menghantamku dengan batu karang, kadang juga rindu bisa membuat hatiku menggelembung, kemudian, aku sesak napas.
Kadang rindu menarikku ke awan, masuk ke dunia fatamorgana mengenalkanku pada sejumlah malaikat di atas sana, kemudian kami bercengkrama dengan dewi fortuna, hingga menyebrang samudra melewati benua eropa untuk bertemu dengan dewa cinta.
Rindu membuatku melayang, terbang sampai batas yang seharusnya tidak ku lampaui, melalui sel-sel dalam tubuh ini rindu merajuk, menatap lama andromeda, meminta kejelasan padanya tentang cinta. ku temukan asa kosong yang membuat hatiku urung untuk mencintaimu lagi. Aku berlarian tak tentu arah, berharap rindu tidak lagi menjadi bayanganku, malah, limbung menemani saat ku tak temui lagi kau di hati. Frustasi menghampiri menjadikan pelarian dari rasa yang makin menjadi-jadi, bahkan sekarang tanpa dirimu. Di mana letak kastil cinta kita? Yang mana kau menjadi pangeran yang menciumku saat aku tertidur.
Kapan kau akan mengekspedisi cintamu? Aku mungkin sudah lelah. Mengamati mu dari jarak yang jauh. Merasakanmu lewat maya. Kau bawa terbang terlalu jauh. Hingga aku tak sadar diri, lalu aku di jatuhkan ke dunia Fana di hantam bebatuan keras bernama Ego. Lalu, kapan kau akan akhiri Rindu pada temu?

Tuesday, October 23, 2012

Catatan untuk tuan.




Ini sudah minggu ke tiga dari bulan oktober, bulan yang selalu di nantikan para petani untuk turun hujan. Bulan yang selalu menjadi patokan mereka untuk mulai menggarap sawahnya.
Bagaimana kalau cerita hatiku pun demikian?
Sedari dulu yang mana aku belum mengenali apapun yang berbau perasaan, saat itu aku bebas, tanpa harus terbelenggu dengan rasa cemburu saat kau lama tak menghubungiku. Tanpa harus menunggu kau menemaniku saat aku takut oleh petir yang menyambar, saat aku menggigil di tengah lebatnya hujan.
Ya, seperti itu yang ku rasakan. Menunggu sesuatu yang tak kunjung datang. Rasanya ingin ku ulang kejadian saat kita pertama kali bertemu, kalau saja kita tak pernah mengenal, kalau saja hari itu aku tidak mengumbar senyumku. Kalau saja matamu tidak merayu untuk terus ku pandangi lekat-lekat, kalau saja saat itu kau tidak terlalu ramah untuk memberiku tumpangan payung. Semua mengalir begitu saja, seperti air hujan yang turun dari langit tanpa dosa,
Bagaimana jika saat itu kau memakai Jas hujan? Mungkin kah jas hujan itu akan kau lepas untukku? Atau dengan egomu kau pakai sendiri sementara aku kebasahan? Tuan, kau adalah orang yang sangat berbaik hati. Kau membuka kancing jas hujan itu untuk kita berdua. Dimana saat itu, lenganmu melingkar di punggungku.
Tuan, aku ingin sekali menjelajahi setiap bagian dari tubuhmu agar aku tau bagaimana cara tubuhmu melindungiku, bergelayut di tenganmu karena aku ingin tahu bagaimana cara tanganmu memanjakanku, berlari ke pelopak matamu agar aku tau seperti apa mimpimu bersamaku.
Tuan, yang selalu ku inginkan adalah saat aku bernapas, kau selalu ada di sampingku. Tapi kini aku tinggal sendiri tanpa perasaan yang tak keruan. Kau pergi membawa sebungkus rindu dariku. Hingga aku turus berfikir tentangmu.