Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Monday, August 29, 2011

photograflove4 :)

ku rasa tidak. dan aku berani bertaruh. karna hari ini gak ada sms masuk dari Jimmy yang menyatakan ia sakit. ya setidaknya ia menghubungiku. tapi ini kesempatanku untuk bebas tanpa lelaki over protektif itu. 
"besok juga nongol lagi" jawabku enteng. Benny tersontak keheranan mendengar jawabanku simpel ku. malah cenderung tidak perduli kedengarannya. ia segera membetulkan expressinya hingga normal kembali. lalu ber ooo-ria. 
"gimana ben, soal vila temen bokap lo itu?" Lin membuka topik baru yang membuatku lebih bersemangat untuk membicarakan hal ini. dari pada harus membahas Jimmy yang menjengkelkan itu. 
"sayang sekali yah..." jawab Benny ragu. ia menghentikan kata katanya dalam beberapa detik. seolah dengan sengaja membuat kami tidak sabar menunggu kelanjutan kalimatnya yang terpotong itu. atau lebih tepatnya sengaja ia potong. sebelumnya aku sudah meragu pada kalimat pertamanya. dan tidak tertutup kemungkinan kalau rencana ini gagal. Benny menarik napas perlahan. ia seperti ingin mengeluarkan sesuatu yang mengganjal ditenggorokan selama sekian tahun lamanya. dan hal itu yang membuatnya kini kesulitan dalam memilah kata. 
"bo.. bokap gue ngizinin kita." ada gemuruh riang dalam tawa lepas Benny. Lin spontan memelukku. tapi adegan peluk pelukan itu tidak diperagakan oleh Rifky Maupun Dino. 
"akhir minggu ini ya?" kini aku yang terdengar meragu. 
Dino mengangguk dengan pasti. aku menyenderkan tubuhku kebadan kursi. 
"elo ragu day?" tanya Rifky menggigit pisang coklat dipiringnya. 
"gue si pasti, tapi bokap gue ini.." 
aku gatau ini akunya yang kelewat jujur atau sengaja ngadain curhat colongan. hanya saja secara excontrol aku mengeluarkan kata kata itu. 
"bokap lo gampang kali day?" ujar Benny. 
"iya buktinya pas kita hanting bulan lalu bokap lo yang paling tebel duit jajannya diantara kita kita. iya gak man!" dino mengingatkanku acara hunting bulan lalu dilampung.
aku menengok Benny dan Rifky mengangguk serempak.
"gue gak yakin bokap gue setuju sama rencana ini" hawa ragu menyerang secara tiba tiba. faktanya papah tidak mewujudkan permintaanku untuk memiliki sony alpha 33. aku menghembuskan napas berat. terkadang loyalitas menghalangiku untuk melakukan sesuatu yang ku inginkan.
aku bisa membaca expresi Lin yang berubah menjadi kecewa. Dino juga membakar puntung rokoknya yang tadi baru setengah ia hisap untuk menahan rasa keterkecewaannya. padahal kemarin waktu di cafe aku yang paling bersemangat untuk membahas hal ini. bahkan aku rela mengendap endap kayak kucing abis nyolong ikan. untung gak digebuk pake sapu ijuk!
tapi setelah ulasan semalam yang aku perbincangkan dengan fia sebelum ia terlelap. fia berpesan bahwa: aku harus segera pulang dan menemui orang tuaku, khususnya papah. tanpa izin dari papah aku tidak akan bisa pergi hunting.
"bicarain baik baik lah day sama bonyok lo" saran Benny.
aku mengangguk. iya pasti akan ku bicarakan hal ini pada papah. who know? ada muzizat dibalik ini. wish me god!
"i am behind you dear!" Lin menyemangati perasaan galauku. dan sesuai janjiku pada fia, serta sahabat sahabatku. hari ini, aku harus pulang dan segera menemui papah untuk bicara.
aku mulai memasuki rumah, hemm.. sudah cukup lama aku tidak menginjakan kaki ku disini sehingga terasa awam hawanya. rumah ini tidak nampak berbeda hanya saja aku terbiasa melihat suasana rumah kakek dalam beberapa hari kemarin. kepulanganku disambut hangat oleh Bi Inem. kehadiran beliau seakan menjadi penghangat ditengah keluarga kami. walaupun usianya sudah tengah baya, tapi Bi Inem adalah sosok yang ceria.
suasana kamarku juga tidak berbeda tetap seperti sedia kala. nampak lebih rapih. aku tau Bi Inem setiap hari membersihkan ruangan ini. namun aku merasa telah bertahun tahun meninggalkan kamar ini.
aku merebahkan tubuhku diatas tempat tidurku. 
tanpa tau orang seisi rumah sedang apa? dan dimana? kecuali Bi Inem yang sedang asik main sky alias menggosok pakaian. karena aku sempat melihatnya. peredaran darahku--aku biarkan melancar. aku juga menjadi relax di bandingkan sebelumya ketika aku melangkah dalam keadaan tersaruk-saruk hingga kamar. aku membutuhkan perasaan aman dan waras. 
Bi Inem memasuki kamarku dengan membawakan susu coklat. sebetulnya aku tidak memesan itu tapi Bi Inem selalu menyuguhkan nya untukku sejak kecil. 
"non day nampak pucat" putus Bi inem usai melihat keadaan wajahku yang sebenarnya sejak tadi gak karuan. 
tapi ku rasa aku baik-baik saja. tidak ada satu pun yang salah pada otak di kepalaku. bahkan sekiranya aku diiming-imingi alpha 33 aku masih sanggup berlari dalam jarak yang cukup membuat seorang pelari ngos-ngosan. 
"apa perlu bibi ambilkan obat?" Bi Inem nenawarkan jasanya. 
"aku gapapa ko bi, oh iyd papah mamah mana?" tanyaku dengan suara yang agak serak. dan aku bisa mendengar itu.
"bapak dan ibu pergi non" Bi inem nembuka tirai jendela kamarku. agar kamar ini terisi oleh butiran cahaya yang kian memerah. hari itu matahari siap tenggelam diufuk barat. dan pantulan cahayanya membuat kamarku menjingga.
"kemana?" sorot mataku curiga. dan suaraku parau.
"bilangnya mau ke surabaya mungkin besok siang udah balik" Bi Inem beranalisis.
ia tersenyum tapi tidak memamerkan giginya. wajahnya tetap kelihatan ramah, kulitnya lembut, layu dan terlihat lipatan lipatan membentuk keriput yang mulai menggelantung dibagian dekat pelipis mata.
aku membulatkan mulut. lalu ia segera pergi dari kamarku.
hari ini tidak terlihat tanda tanda kehidupan dari Jimmy. entah mengapa? perasaan bersalah mulai menghantuiku secara diam diam. saat aku menyayangi Jimmy mustahil aku akan bersikap logis padanya.
aku meraih camera di dasar tas sekolahku sampai aku menemukannya. ku tekan tombol lens, agar lensanya keluar secara 

otomatis, ku angkat kedua tangan dengan camera diujungnya. dan sejajar dengan wajahku sehingga aku bisa melihat gambar dalam layarnya. posisi tubuhku masih berbaring. aku menekan tombol zoom dari pilihan scene mode yang tersedia. ku alihkan camera dan memfokus pada objek yang ku gidik. dan aku mendapatkan gambar segelas susu coklat dalam kamera digital. dengan mode yang ini aku dapat menghasilkan foto dengan tingkat ketajaman dan kontras yang sangat baik. jarak fokusnya 5 cm dari objek. aku memutar mutar lensaku kembali. "klik" "cklik"
...

gambar yang kulihat masih nampak rabun. aku mengucak mataku agar keburaman segera menghilang. pengelihatanku sudah memulih. aku melihat keadaan sekitarku telah gelap. warnya jingga yang menjadi panorama menabjubkan dikamarku menghilang. tidak terasa aku terlelap begitu saja. aku berusaha mengumpulkan setengah dari nyawaku yang masih berkeliaran. kurasakan pipiku yang basah dan sembab.

apakah aku senelangsa itu? aku menangis dalam lelapku. apa aku sebegitunya untuk memilikh hal yang ku inginkan. kurasa tidak. mungkin aku yang telah membohongi perasaanku. sebenarnya keadaanku lebih buruk dari apa yang ku katakan pada Bi Inem. aku keluar dari kamar suasana rumah sepi. seperti tadi sore ketika aku menginjakan kaki dirumah. aku menuruni tangga dengan perlahan. aku merasa otakku sedang di pukul dengan pentungan kayu, dan aku mulai pusing. mungkin karena aku belum makan sejak pulang sekolah. pantas saja tubuhku bergemetar. aku melihat seseorang tengah menonton tv. gak mungkin papah atau mamah. sebab mereka sedang tidak ada. pak udin juga ga mungkin. jam segini pak udin nonton pertandingan bola di warung depan komplek. oh mungkin Bi Inem. iya, iya. ia sering nonton tv bersamaku. dan sesekali tertawa ketika melihat serial tv yang mendadak kocak.
aku menghampirinya. langkah ke tiga ku terhenti. aku salah sangka! itu bukan 
Bi Inem melainkan Jimmy. huft ku kira makhluk itu tidak akan mengangguku hari ini. ternyata prediksiku masih sebatas ikan teri! Jimmy malah dengan sengaja menemuiku. dan di rumah! tempat dimana aku tidak bisa lari ataupun bersembunyi! aku ingin segera ngibrit kekamar. tapi, sial seribu kali sial. aku terlambat! Jimmy lebih dahulu mengetahui keberadaanku dan ia sukses memanggilku "hai diana" sapanya riang, nada suaranya tidak lagi menggelegar seperti kemarin ketika ia terus terusan memarahiku. aku tersenyum kepaksa. 
"udah lama?" tanyaku, menempatkan diriku di sofa menghadap tv. aku langsung mengambil alih remote tv dan mengganti salurannya tanpa memperdulikan Jimmy. 
"sejak kamu tidur" gumamnya ikut duduk di sebelahku. mulutku membulat. 
"kamu gak tanya, kenapa tadi aku gak sekolah?" Jimmy meminta sebuah perhatian dariku. itu konyol. seharusnya Jimmy tidak menanyakan hal itu. mungkin nanti aku akan menanyakannya. ya.. kalo aku ingat.
"oh iya, aku lupa" desisku seraya menepuk jidat. aku berpura pura seperti orang tolol. dan lebih mirip lagi dengan orang yang baru sembuh dari amesia dadakan!
"sebegitukah pacarku?" erangnya. bagus lah kalau ia masih menganggapku pacar. ku kira Jimmy ikut amesia juga!
"menurut kamu? gimana?" aku sedikit mengangkat daguku.
Jimmy mendengus. "aku sudah mengiranya" lalu matanya menatap layar tv tanpa sedikitpun melirikku.
"ada apa kamu datang malem malem begini? ada perlu denganku?" tanyaku sedikit kasar. atau mungkin kedengarannya terlalu kasar. tapi, Jimmy tidak sama sekali menjawabnya. ia hanya melirikku dari sudut matanya yang tajam. aku bersikap biasa.
"kalo gak ada yang perlu dibicarakan, pulang lah. gak enak kalo kamu malem malem disini, lagi pula gak ada orang tua ku dirumah" menurutku ini kata kata yang paling tepat untuknya. kepalaku lebih pusing dari sebelumnya, rasa lapar menghilang bagai debu ditiup angin. dan aku merasa mual. 
kalimatnya. sekujur tubuhnya gemetar menahan marah. 
"Jimmy" nada suaraku memohon, sekaligus memelas. mungkin menurun hingga 3 oktaf. 
"ya" Jimmy tergerak kaget. seolah kata kataku barusan menyetrum tubuhnya. suara sahutannya juga ikut melembut dan datar. tidak ada intonasi tinggi pada frekuensinya. aku menatapnya cemas serta lemas. 
"aku gamau bertengkar lagi dengan kamu" 
aku hampir kehabisan napas. 
"me too" bisik Jimmy. ia melingkarkan lengannya ke tubuhku. aku memejamkan mataku. dam membiarkan Jimmy menyelimuti tubuhku dalam dekapannya. aku tau napasku megap megap. tapi, tak ku pedulikan. 
Jimmy melepaskan lengannya. padahal seharusnya Jimmy tau kalau aku menginginkan adegan itu. ia memegang keningku. 
"panas" nada suaranya khawatir. 
"kamu udah makan?" sorot mata Jimmy mendadak penuh prihatin. 
"aku cuma perlu istirahat. gak ada yang perlu di khawatirkan" 
"aku antar ke kamar mu" kata Jimmy yang berdiri dan beriap menarik tubuhku. aku merasa kedinginan, tapi tubuhku panas. darah di wajah seolah surut. aku terserang demam karena terlalu lelah bekerja.
"engga, aku ingin disini" tolakku.
aku mulai meletakan kepalaku ditangan sofa. Jimmy tidak sama sekali melarangku. ia hanya berdecak decak keheranan melihatku.
"kamu ingin aku pulang?" tanya Jimmy menekukan lututnya diatas karpet tepat disamping sofa dan menghadap wajahku. padahal sikap Jimmy biasa saja. tapi mengapa seolah aku seperti ditatapnya lekat lekat.
"kalau kamu ingin seperti itu" jawabku. sebenarnya ingin mengatakan "engga kamu disini aja" tapi terlalu gengsi untuk mengeluarkan kata kata itu. lantaran sebelumnya nada perkataanku meninggi dan berkesan menyuruhnya segera pergi dari rumahku. terkadang cinta membuatku tidak berpikir lebih rasional. otakku bahkan tidak logis dalam mengolah kata.
Jimmy membentangkan selimut yang diberikan Bi Inem diseluruh tubuhku. ia menyisiri rambut depanku dengan sela sela jari
nya. dan ia mulai bercerita tentang kegiatannya hari ini. kesimpulan yang ku ambil dari ceritanya adalah hari ini Jimmy ikut tournament band. meskipun aku tidak menyimak secara seksama. otakku terlalu ringsek untuk merespon cerita Jimmy. lalu aku tertidur begitu saja..
...

"sejak kapan kamu pulang day?" tanya papah setelah aku keluar dari kamar. saat aku membuka mata tubuhku sudah berada dikamar. entah siapa yang membawaku. yang jelas aku sudah merasa baikan. ya setidaknya tidak terlalu buruk dari semalam.
"kemarin" jawabku singkat.
sebenarnya aku tidak begitu menggubris pertanyaan dari papah barusan. hanya saja, aku menemuinya karena ingin membicarakan tentang satu hal yang sungguh sangat penting bagiku. tapi mungkin tidak sekarang atau detik ini. aku punya berbagai alasan untuk itu. dan alasan yang paling mendasar adalah keberanianku untuk mengatakannya. yah aku bisa dibilang pengecut. tapi seorang pengecut suatu saat bisa menjadi 
lebih dari seorang pemberani. itu si omongan Rifky yang aku kutip hehe.
aku segera menghambur ke pantry. menemui Bi inem dan meminta segelas susu coklat. aku duduk menghadap meja pantry dengan bertopang dagu. sementara Bi Inem sedang sibuk dengan kompornya.
"bibi tau gak jam berapa Jimmy pulang?" tanyaku seraya menyeruput susu coklat itu.
"jam..." Bi Inem coba mengingat-ingat, matanya terbelalak keatas sampai ia yakin untuk mengatakan sesuatu. "mungkin Bibi agak lupa, tapi sekitar jam 2 pagi" kata Bi Inem.
aku sempat melongong sejenak, Jimmy pulang selarut itu? aku tidak yakin ia mampu menyetir dengan benar. benakku.
"semalam mas Jimmi menitipkan ini" Bi Inem membuka lemari disamping kulkas dan mengeluarkan sesuatu yang segera disodorkannya untukku. alis ku terpatri. dihadapan kotak persegi panjang yang terbungkus kertas manila coklat dengan rapih. dan terlihat manis dengan pita merah kecil disudut kirinya. ku raih kotak itu lalu ku buka 
dan aku menemukan puppetto didalamnya. puppetto itu sejenis kalung tali yang digantungi orang orangan yang terbuat dari ukiran kayu yang unik. bentuknya kecil, sehingga terlihat imut dan menarik. senyum sumringah mengembang di wajahku.
"katanya waktu mas Jimmy mau ngasih itu non Diana udah tidur, jadi nitipnya sama Bibi" wajah Bi inem ikut merona sepertiku.
aku langsung meraih handphoneku, mencari nama "my boyfriend" di contac handphone dan lekas memencet tombol calling. setelah berbunyi tuut-tuut tiga kali Jimmy segera mengangkatnya.
"halo" kataku bersemangat. "dear?" tudingku karena belum ada sahutan dari sebrang.
"iya, ada apa Diana?" pekik jimmy dalan nada pelan dan santai.
"tengkyu dear. puppettonya bagus" nadaku terdengar kegirangan. mungkin bisa dibilang norak! ah biarin!
"oh ya? aku senang mendengarnya" nadanya melembut seperti beledu. aku meleleh.
"dari mana kamu tau aku suka puppetto"
"masa hal sekecil itu aja aku gatau" Jimmy meyakinkan. Aku tersenyum dalam hati mendengarnya. Sepertinya ia ingin meredam kemarahanku beberapa hari kemarin. Dasar cowok punya seribu satu cara untuk menaklukan hati perempuan lemah sepertiku.
"oh dear, gimana caraku membalas ini?" wajahku merona bagai bunga yang tengah bermekaran.
"Jimmy kamu tau dimana tasku?.. Aku udah.. Tapi gak ada.." suara seseorang terdengar samar samar ditelingaku. Agak kurang jelas sepertinya. Aku mempertajam pendengaranku dan aku penasaran.

photograflove3

ada juga canon Eos 60D yang ku lihat dimajalah beberapa waktu yang lalu. 
new camera ini berada ditengah aula pertama. makin cantik dengan bag bawah yang berwarna hijau muda. camera satu ini sudah lulus tes lab. dalam hal kualitas gambar, angka yang diberikan berdasarkan hasil test terhadap model awal 60D sangat memuaskan. 
beberapa camera saku juga dipajang dalam estalase kaca seperti samsung ST70, sony cyber-shot DsC. olympus FE-4040, panasonic lumix DMX-FS10, aksesori berupa sandisk cruzer slice 32 GB, B-Grib yang merupakan : belt camera. tronic : perangkat studio flas external. dan banyak lagi hal yang menarik! (ini sebenernya cerita atau mau jualan si?) 
para pengunjung yang berdatangan sudah pasti para penggila fotografi, ada yang datang secara individu, tapi lebih banyak mereka dengan club fotonya. sama lah seperti club foto kami. tapi kalau di pameran seperti ini lebih seru datang dengan club. disamping lebih ramai,
bisa juga untuk sharing ketika melihat camera. seperti terlihat pada benny dan dino mereka sedang beradegan bisik bisik. entah camera yang dibicarakan atau bisa jadi mereka lagi ngegosipin happy salma yang baru kawin. hehe tanpa terasa hari mulai gelap. ini karena aku terlalu asik memandangi camera yang ngewow itu. benny tentu tidak pulang dengan tangan kosong. lelaki penggila photo landscape itu berhasil membawa pulang camera SLR canon EoS 7D KIT15-8515. Dengan harga 18,5. waaawww. sementara Dino membeli lensa canon macronya. lin dan aku hanya mengambil gambar beberapa camera yang menarik menggunakan camera yang kami bawa masing masing. tentunya dengan canon camera saku milikku. bentuknya sudah lampau.
aku lekas turun dari mobil benny tepat di depan resto kakek. aku masih punya tanggung jawab pada pekerjaanku. ya walau beberapa jam saja. ini bukan soal bayaran karena aku ingin memiliki sony alpha yang selama ini aku idam idamkan 
tapi lebih kepadatanggung jawab. 

aku menyeret kakiku ke kamar fia. hari ini justru sepuluh kali lipat melelahkan dari pada kemarin. ditambah lagi masalahku yang makin kusut dengan Jimmy. 
"gimana day? tadi jadi ke gallery?" tanya si cewek yang ku tumpangi kamarnya. fia terlihat sedang duduk bersila memangku laptop. dan kesepuluh jemari lentiknya menari nari di atas key board. sepertinya ia sedang sibuk sekali dengan tugasnya. 
aku mengangguk. karena terlalu lelah. 
"kamu bawa apa? kamera?" tanya fia tanpa melirik ku sedikitpun. ia tetap berkutat dengan layar laptopnya. 
"only it" aku menyodorkan canon ku pada fia. ia langsung meraihnya dengan semangat. 
"aku hanya memotret beberapa yang menurutku menarik" jelasku. lalu aku menghempaskan tubuhku di tempat tidur fia. 
ia mulai mengutak atik cameraku. bisa ku lihat wajah fia yang sesekali tersenyum takjub melihat gambar yang ku ambil. 
"its verry interest!" serunya. 
"thanks" aku tersenyum. "boleh gak aku upload ke laptop ku?" tanya fia.
"tentu"
aku meraih handphoneku yang sejak pagi tertinggal di kamar fia.
"sorry. aku ga bisa ikut ke galeri"
"no problem sist.." tukasku enteng.
"oh iya. tadi supir papahmu dateng, dan membawakan tas kamu" fia membuka topik baru. aku mengangguk tetap pada posisiku. dan aku tidak membahasnya lagi. aku hanya berkutat sejenak memandangi screen handphoneku. puluhan sms dari jimmy memenuhi inbox ku. lalu segera ku nonaktifkan handphoneku. gak peduli apapun yang jimmy perbuat! sudah cukup muak dengan kelakuannya tadi sore! damn!
...

lima menit lagi bel berbunyi. tapi aku masih duduk bersantai dikantin. sambil menyeruput teh hangat yang belum lama ku pesan pada mas yo. dengan sengaja aku melakukan ini. tujuannya untuk apa lagi kalo bukan untuk menghindari Jimmy. musuhku disekolah cuma pacarku! menurut hasil diagnosa (cieilah bahasanya) Jimmy akan datang ke kelas, dan duduk dibangku ku.
setelah ia menemukanku, pasti ia akan mengintrogasiku dengan rentetan pertanyaan yang memuakkan! oleh karena itu lebih baik aku menghindar. aku tidak mengginkan ada pertengkaran diantara kami, mungkin sekarang aku atau jimmy sedang dilanda sensitif negatif. dan aku berusaha menetralisirnya dengan cara tidak menemuinya dalam waktu dekat ini. dari pada kami bertengkar dihadapan masa. dan jadi tontonan gratisan. apalagi pada benny dan dino. aku malu dengan mereka. i hope they forget it. i am tottaly embrassed. lima menit setelah bel masuk aku baru mengangkat bokongku dari kantin. masuk ruang kelas yang udah ada gurunya lalu mengikuti jam pelajaran dengan mood yang seadanya.
begitu juga ketika istirahat. aku memilih perpustakaan sebagai pelarian. untuk anak band seperti jimmy sangat anti pepustakaan. yang ada bisa tidur dalam sekejap. and i belive jimmy gak akan mencariku disini.
aku meletakan tasku atas meja sebelah.
sementara itu aku menyandarkan pundakku dibadan kursi kayu. 
drrt.. drrtt.. drrt.. 
"dimana lo, day?" lin menodongku sebelum aku menyapa halo, atau hai di telepon. 
"lin, jangan keras keras nyebut nama gue!" sewot ku. 
"oh oke" sahut lin. rupanya Lin cepat mengerti. 
"posisi dimana?" tanya Lin mengulang. kali ini nadanya cukup tegas dan tidak akan dicurigai oleh Jimmy.
"oke gue merapat!" tegasnya ala detektif abal abal setelah mendengar penjelasanku. 
aku mengeluarkan laptop. dan dalam situasi seperti ini aku hanya bisa memainkan laptopku. sambil memasukan beberapa foto yang ku ambil kemarin ke dalam folder khusus untuk collection photo yang ada di dalam my document. Lin termasuk cewek yang gesit dan cerdik. ia cepat menemukanku. dengan Rifky. Lin menyeret bangku disebelahku dan merapatkannya hingga jarak yang cukup enak buat ngobrol. sementara Rifky duduk berhadapan denganku. dengan satu kaki yang ditopang diatas pahanya.
"ada berita apa?" aku to the point.
"nah kebetulan ada kompi disini . bagus!" Rifky manggut manggut tersenyum. "coba deh lo buka link yang ini" Rifky menyodorkan secarik kertas yang bertuliskan alamat wibeside. aku langsung serach. dan muncullah halamannya. "PHOTO OF THE MONTH CONTEST!" aku tersenyum sumringah menarik beberapa syaraf dipipiku secara spontan usai membaca judul di dasboard page pertamanya. aku memandang lin dan Rifky secara bergantian. Lin ikut tersenyum.
"interest!" seruku bersemangat.
"tertarik?" tanya Rifky
"yap!"
pembicaraan kami terhenti ketika bel berteriak.
"Lin, elo sama Rifki duluan aja!" aku menyarankan. waspada kalau jimmy mengetahui keberadaanku. Lin mengangguk, sementara Rifky malah menatapku penuh tanya.
alamak! aku menepuk kening. ternyata masih ada yang belom konek.
"nanti Lin yang ngejelasin, oke?"
lin cepat mengangguk. mengiyakan.
"oke!" sahut Rifky. setelah mereka angkat kaki. aku segera membereskan 
barang barangku dan segera kabur kekelas. 
"kenapa kamu telat?" aku disodori pertanyaan ala polisi oleh pak wiro. kadang namanya jadi plesetan anak anak jadi wiro sableng! 
"sakit perut pak!" seruku. tanpa berkelit lagi pak sableng, eh salah maksudku pak wiro itu menyuruhku duduk. yipiiyy. thanks god! 
... 

from : Lin Aliyu 
kta ude nympe ni. lo dmna? 

begitu sms Lin masuk dengan kilat aku membalasnya. 

to : Lin Aliyu 
ok. gw bntr lg nympe. 

dan akhirnya aku tiba disebuah cafe daerah kemang. cafe ini sudah menjadi langganan tempat hangeout kami. dan kebetulan Benny sering banget dapet panggilan job buat nge-DJ disini. 
"aman?" tanya Dino menyambut kedatanganku. maksudnya aman dari jimmy. aku mengangguk. 
"oke, bagus!" seru Benny. matanya menyiratkan perintah kepadaku untuk segera duduk. dan tanpa lalala lilili lagi aku menurutinya. 
"udah pada tau kan beritanya?" tanya Benny memastikan. beberapa diantara kami mengangguk. 
"elo. day?" ini pertanyaan yang diajukan khusus untukku. karena hanya aku yang gak ikut nongkrong dikantin pada jam istirahat kedua. pastinya karena jimmy. emang tu orang satu nyusahin!
"udah" sahutku singkat
"kalo gitu tanpa terkecuali gue harus ikut ajang ini!" lanjut Benny.
"ada yang belom pegang websit nya?" tanyaku. memandang mereka secara bergiliran.
"gue" Dino menyahut.
"gue kirim via imail ya!" usulku.
"siip!"
"masalah link clear ya? sekarang dimana kita bisa hanting bareng?" tanya Rifky. semua serempak diam. Benny, Lin, dan Dino sok mikir. aku mengutak atik camera sakuku mencari potret landscape yang menurutku menarik. tapi sialnya aku gak ketemu juga.
"singapur" Lin nyeplos gak diayak! lagi-lagi si cewek satu ini mulai menunjukan kegilaan travelingnya. lin memang hobby visit ke beberapa negara.
"kejauhan" tolak benny. jelas ide gila itu di tolak. aku mengadah dengan sorot mata curiga.
lin segera menyeruput coffemilk nya. setidaknya untuk 
menghilangkan sejumlah rasa malunya.
"oh iya gimana kalo di sekitar bromo? disana banyak place yang menarik buat dijadiin objek" usul dino. pasang pasang manik mata kami kini memfokus ke arah Dino.
"betul, kemarin gue baru baca liputan seputar kawasan itu, dan gue rasa cukup aman kalo kita hanting disana" tambah Rifky memantapkan kami. Benny mengangguk angguk. lalu ia tersenyum lebar.
"ada vila temen bokap gue disitu. coba nanti gue tanyain dulu" ujar Benny. keputusan ada pada Benny, yaitu: bagaimana cara Benny memakai jurus untuk merayu sang bapaknya. dan kami berharap cowok yang punya hobby nge-DJ itu sukses mengambil hati bokapnya.
biasanya kami bisa kongkow kongkow disini sampe jam 2 pagi, tapi apa boleh buat. Rifky dengan terpaksa izin cabut duluan. dengan alasan handphonenya udah menjerit jerit ditelponin sama Selly. bahkan aku gak yakin kalo Rifky bakal ikut pas hunting nanti. usai Rifky out, kami juga mulai sadar kalau ini 
penghujung tahun. aku juga nyadar, aku ini udah kelas 12 yang sebentar lagi bakal chek out. makanya kami memutuskan balik kerumah setelah urusan selesai. apalagi setelah ini aku masih harus bekerja di resto kakek. sungguh melelahkan.
...

aku masih bisa bernapas lega hari ini. rasanya udara pagi ini hanya milikku seorang. karena ku dengar dari Dino kalau Jimmy gak masuk. Dino itu satu kelas dengan Jimmy. sepertinya tuhan sayang padaku. ia mengabulkan permintaan ku untuk tidak bertemu dengan Jimmy dalam waktu dekat ini. iya, dalam waktu dekat ini. aku tidak memperdulikan kenapa alasannya untuk tidak masuk hari ini. yang penting aku tidak perlu ngumpet ngumpet di perpustakaan kayak maling jemuran.
"gak nengokin jimmi?" tanya Benny, sepertinya nada bicaranya malah terdengar lebih mengkhawatirkan aku ketimbang objek yang tengah diperbincangkan. keningku berkerut. sempat bertanya pada hati kecilku. 'apa Jimmy memang benar benar sakit?'

photograflove2 :)

entah ini yang dinamakan kabur dari rumah atau apalah namanya. mungkin dengan seperti ini kondisiku menjadi lebih baik. dan aku tidak lagi kesal dengan orang tuaku. sungguh durhakanya aku. bila itu sampai terjadi. 
"halo bi.." aku menelpon rumah. dan ternyata sesuai harapanku bi inem yang mengangkatnya. "iya, ini day.." sambungku. 
"oh non diana!" 
"ssttt... bi! jangan keras keras ngomongnya. nanti papah sama mamah tau" aku berusaha membungkam mulut bi inem biar gak berkoar koar. 
"maap deh non, ada apa non diana?" tanya bi inem kali ini setengah berbisik. 
"begini bi" kataku. aku berusaha membenarkan posisi tidurku. "day mau minta tolong... hemm buku buku pelajaran besok disiapin ya bi, baju sekolah, kaos ganti, juga kamera yg ada di sebelah laptop, nah semuanya bibi masukin ke dalem tas sekolahku yang warna coklat. minta tlg pak udin juga buat nganterin ke rumah kakek ya bi" 
"iya non, jadi non diana dirumah kakek?" nada bi inem seolah baru menemukan nazrudin yang menjadi buron selama ini. 
"iya bi, tapi bibi jangan buka mulut dulu ya!" dan aku juga ikut ikutan berpolitik seperti gayus yang menyuap polisi supaya bisa kabur ke bali. cuma bedanya aku gratisan. gak kayak gayus yang selalu bisa mandi duit! 
"sip deh, bibi pura pura gatau aja ya non!" 
"makasi ya bi, diana tunggu pak udin dan tas nya." 
"iya non" 
"klik" 
aku menutup telpon nya, satu masalah teratasi dengan mudah. besok aku tetep bisa berangkat ke sekolah. 
... 

apa papah dan mamah tidak mengkhawatir kan aku ya? mereka tidak sama sekali mencariku. setidaknya ada tanda tanda kekhawatiran mereka di handphone ku. aku mengaduk-aduk mangkuk serealku. 
"mikirin apa day?" tanya fia yang baru keluar dari kamarnya. ia duduk tepat di hadapanku. mengambil beberapa roti dan mengoleskannya dengan selai coklat favoritnya. 
"eh, enggak ko. kakek sama nenek mana?" tanyaku mengganti topik. fia ber deham sejenak.
"tuh didepan lagi mandiin si jelek. kalo nenek aku gatau deh" aku ber-ooo ria.
si jelek yang dimaksud fia adalah motor vespa tahun 80an.
"eh iya fi, kamu mau ikut gak nanti sore ada pameran camera lho" ajakku pada fia yang tengah menggigit potongan rotinya.
"dimana?"
"gallery cipta dua"
fia manggut-manggut.
"coba deh liat nanti sore. kamu tau sendiri dosen matematika ku kayak apa sangarnya?" brrr... galakan mana ya sama bu ida? guru bahasa inggrisku yang brekele tapi ga kawin kawin. aku rasa kalo mereka berdua dijodohin cocok kali ya?
"oke, kalo kamu mau nyusul aja ya, eh iya aku duluan ya sist, udah setengah tujuh. kalo terlambat bisa berabe nanti" aku lekas meraih tas coklatku yang semalam diantar oleh pak udin.
"bareng aja day, aku juga mau berangkat" pinta fia.
"yaudin, yok!"
aku mendului fia keluar rumah. ternyata benar kakek lagi mandiin si jelek.
"kakekkk.. aku sama fia berangkat yaa.." aku setengah berteriak.
kakek mengajukan jempolnya. dan tersenyum ke arah aku dan fia. aku segera masuk ke dalam Jazz biru fia. sepupuku yang satu ini memang orangnya selalu asik, smart, dan menarik. she's not beauty but aku suka dengan sifatnya yang familiar. itu point penting dari diri fia. makanya aku betah tidur dikamar fia hehe.
fia pun melajukan mobilnya.
"tengkyu ya" kataku selepas turun dari mobil fia.
"okay. yok duluan" fia melambaikan tangannya dari dalam. aku mengangguk cepat.

camera siap, baju ganti siap, sepatu cats siap, oke nanti sore aku siap ke pameran camera. aku baru saja menghempaskan diriku di bangku. dan tanpa ku sadari Jimmy sudah menungguku dikelas sejak pagi.
"kemarin kemana?" pertanyaan jimmy menyelidik.
"gak kemana-mana" aku menggeleng.
"tapi kamu gak ada dirumah" desis jimmy. bolamatanya mengelang. seakan siap menerkamku tiada ampun.
"siapa suruh dateng kerumah!" aku makin kesal dibuatnya. kalau saja jimmy bukan pacarku pasti sudah ku lempar ia kedasar laut!
"hp mu kemana?"
kok jimmy nanyain handphoneku? oh... aku baru ingat.
"hp ku ketinggalan dikamar fitri" jawabku santai.
"sudahku duga, kamu pasti kabur dari rumah!" nadanya tambah berang! nyaris membuatku meringis. ternyata pertengkaran kami menjadi tontonan rakyat sekolah. ini bukan terjadi sekali duakali. tapi ini yang kesekian kalinya. entah kenapa, aku selalu salah dimata jimmy.
"memang kenapa? apa itu menjadi urusan kamu?"
"tentu!"
"jangan sok mencampuri urusanku lah" desisku..
"errrhh" Jimmy menggeram. "keras kepala kamu day!"
aku tidak menggubris omongannya. percuma saja berdebat dengan orang macam dia. gak akan ada habisnya. yang ada malah bikin aku emosi. sabar sabar day .
...

"udah siap?" tanya dino. aku mengangguk diikuti oleh senyuman Benny.
"lin mana?" benny celingak celinguk mencari lin.
"ganti baju" jawabku seraya mengikat tali sepatu cats ku.
"Rifky gak ikut sob!" ujar dino. aku mendongakan kepalaku. dan sebuah pertanyaan tersirat dalam garis wajahku.
"biasa, selly ngambek lagi" dino berhasil menjawab pertanyaan dalam benakku. lalu aku membulatkan mulut. ooo...
Rifky memang pengalah si. apalagi kalo selly lagi ngambek. semua akan dibatalkan demi pacarnya itu. walaupun aku tau banget. si penggila polaroid itu ingin sekali datang ke pameran, coba Jimmy bisa kayak Rifky yang selalu jadi the best boy for selly.
"mau kemana?" tanya Jimmy sinis. ia mengarah ke wajahku. bener kata penulis komedian : raditya dika "datang tak diundang pulang tak berkutang" tapi Jimmy kan gak kutangan hehe.
"gallery cipta" jawab dino santai sekaligus mewakili jawabanku.
"orang rumah tau?" tanya Jimmy dengan nada 
introgasinya. aku menggeleng. 
"kalo gitu kamu ga boleh ikut!" sergahnya. 
yang lain memandang kami. Benny meringis kesal. ia mengeratkan kepalan tangannya. 
"tapi fia tau kok!" ujarku 
"fia lagi fia lagi ckckck" Jimmy berdecak decak. "emang fia itu ibu kamu!" 
matanya kembali memancarkan suatu kesinisan padaku. 
"sekarang aku tanya" aku mengumbar senyum licik. "memangnya kamu itu papahku? seenak jidatnya melarangku pergi" kali ini aku gak tinggal diam. gak perduli dengan benny dan dino yang melihat pertengkaran kami. persetan dengan jimmy. yang aku lakukan ini bukan tindakan kriminal kok. lagi juga aku gak ada tampang copet pasar senen. aku hanya melakukan hal yang kusukai. hanya sebatas itu. apa aku salah? ku rasa tidak! dan aku tidak pernah melibatkan siapapun termasuk pacarku sendiri dalam hal ini. 
"ayo kita berangkat!" seru Lin melengang disampingku. lin memang tidak menyadari kehadiran jimmy yang masih garang. dan dia tidak ta
perkara antara aku dan jimmy yang baru saja berlalu. tapi nada semangat lin memecahkan atmosfer ketegangan yang mengelilingi kami.
"oke. yuk cabut!" seruku tak kalah bersemangat. aku dan lin melengang bersamaan. diikuti oleh benny dan dino. sementara jimmy tak aku hiraukan sedikitpun. biarin aja dia disana. sukur sukur gak membatu kayak malin kundang. tidak berperasaan!
inova milik benny sukes mendarat di parkiran TIM. aku segera turun membawa backpack camera saku ku yang berwarna merah marun. lin membawa toshiba camileo H30nya.
benny dan dino membawa versapack sebagai bag dari camera yang dibawa. kami memasuki pintu gallery. sepanjang pintu masuk banyak terpasang balileo, poster, slogan serta banner yang meramaikan area gallery.
photokina adalah ajang pameran fotografi, dimana para produsen dunia foto-video memamerkan produknya. acaranya digelar dua tahunan. di berbagai tempat. dalam arti tidak hanya satu tempat. 
emungkinan akan berpindah ke tempat lain. kebetulan tahun ini digelar digallery cipta 2. tempatnya sangat memungkinkan untuk dijangkau oleh para photografi pemula sepertiku. acara ini bukan hanya sekedar memamerkan produk produk baru didunia foto video saja, melainkan juga menarik para penggemar foto video karena banyak work shop, event fotografi dari seluruh indonesia. biasanya pada saat seperti ini para produsen saling berlomba untuk memamerkan sekaligus mengadu produk produk. mereka baik dari segi teknologi maupun bisnis. pameran ini dibanjiri new produk dari berbagai macam pabrik foto dan video. camera camera yang menyilaukan bagi mata seorang penggila fotografi terpajang pada frame kaca khusus di sepanjang lorong gallery. di sudut sudut dan beberapa dipajang ditengah untuk yang new mode. 
seperti sony alpha 560 dan sony alpha 580 seri 5xx hadir dengan sensor baru, video full HD serta feature 3D yang swing panorama.

photograflove :)

Aku membolak balikan majalah foto-video yang tadi siang ku beli. Mataku menyapu halaman perhalaman. Setiap halamannya berisi gambar camera yang lagi ngetrend. Tak jarang mataku membulat dan mulutku ternganga melihat gambar camera dalam majalah yang mengagumkan! Aku memang suka memotret, hobby malah. Tapi, sayang aku cuma punya camera saku canon yang harganya tidak seberapa. Itu pun hadiah dari papah di ulangtahunku yang lalu. Dengan resolusi 10 megapixel dan LCD ukuran 2,7 inci aku melampiaskan hobby memotretku. Majalah ini cukup menggiurkanku untuk membeli canon EOS 60D. Camera keluaran bru yang menggantikan canon EOS 50D. Yang ini sering banget disebut sebut di internet, makanya namanya melambung tinggi dipasaran. Apalagi di lengkapi kekuatan CMOS 18 megapixel. Dan yang paling membuatku ngiler kepengen beli adalah layar LCDnya yang bisa diputar dan di tekuk. Sayang beribu sayang harganya gak nahan. Menembus belasan juta. Itu yang membuat nyaliku langsung ciut apalagi klo ngeliat kocek jajanku yang gak seberapa. Tengkyu banget deh.
Tv ku biarkan menyala tanpa ku tonton, jam menunjukan pukul s malam, suasana rumahku telah sepi. Handphoneku beberapa kali bergetar tapi tak ku pedulikan. Aku lg marah sama Jimmy lantaran tadi siang ia membuatku kesal.
"hai diana" sapa om Reza yang baru datang. Aku menurunkan majalah yang tadi menghalangi pandanganku. Dan ku lihat wajah om Reza tersenyum sumringah bersama dengan tante Mila yang mengapit lengannya.
"hai om, tante" aku berbalik sapa pada keduanya dengan menyunggingkan senyum.
Tanpaku persilakan mereka telah mengambil posisi duduk di sofa sebelah kananku. Tepat menghadap ke tv.
"kamu baca apa day?" tanya tante mila.
"cuma majalah ko tan"
"sejak kapan kamu suka fotografi?" tanya tante mila yang ga pernah mengetahui hobbyku ini.
"he'eh" aku mengangguk.
"coba om liat majalahnya" om reya merebut majalahku, lalu ia membukanya. Aku melihat expressinya yang seolah ngewow dan anggukan kepalanya beberapa kali.
"papah dimana day?" tante mila kini mengganti topiknya."ada dikamar, sebentar ya diana panggilin" om dan tante mila mengangguk serempak, aku segera hengkang ke kamar papah. 
Tok tok tok. Ku ketuk pintu kamar papah lalu setengah berteriak dari balik pintu "pah, mah ada om reza sama tante mila" 
"iya tunggu sbntar"suara mamah terdengar sedikit parau. Aku tau mamah pasti sangat lelah karena mereka baru aja pulang dri luar kota. 

"tunggu aja ya tan, bentar lagi juga mamah dateng" 
"mamah sama papah baru pulang day?" 
aku mengangguk 
"dari mana?" tanya om reza. 
"banyuwangi" 
keduanya membulatkan mulut. aku mengambil handphoneku di atas meja. sempet kaget juga si ngeliat 11 missed called dari Jimmy. 
"temen om ada yang jual alpha tiga-tiga" kata-kata Om Reza membuatku menuding ke arahnya. 
"serius Om?" tanyaku "berapa harganya?" aku bersemangat. 
"ya.. paling di bawah angka lima" aku tersentak. 
"limaa... juta?" iyalah masa gopek! 
om reza mengangguk. sebenarnya angka lima untuk kelas sony.
alpha 33 itu termasuk murah. dan walaupun murar dari mana aku bisa dapetin uang sebanyak itu? tabunganku juga belum nyampe setengahnya dari itu. akhirnya aku cuma cengar cengir "nanti deh om, diana tanya dulu sama papah"
gak lama kemudian mamah datang menghampiri kami dengan baju tidurnya. iya benar. ku rasa memang waktunya mamah beristirahat. hanya saja karena kedatangan om reza dan tante mila, beliau meluangkan waktunya untuk mereka. maka dari itu aku langsung ngeluyur ke kamar. who know? ada something yang harus di bicarakan. dan mungkin aku tidak boleh mendengarnya. karena belum cukup umur.
...

aku masih kepikiran omongan om reza semalam. sony alpha 33..
"mah..." panggilku pada mamah yg sedang menyendokan nasi goreng ke piring papah. saat itu kami sedang berada di meja makan untuk menyantap sarapan yang gak jauh beda dari sarapan saban hari. 
"iya kenapa sayang?" sahut mamah kalem. serta ramah. aku diam sejenak.
"kenapa day? kamu mau nambah nasi goreng nya?" tanya papah. mereka yang dekat denganku pasti selalu memanggil ku "day" bukan "diana" kata papah si kata "day" itu diambil dari julukan nya lady diana yang sering di panggil day sama pangeran charles. dan panggilan itu sangat familiar dikalangan human in earth. ya termasuk aku juga. bahkan aku mengagumi sosok lady diana. karena kepiawaiannya dalam menolong sesama.
aku menggeleng. dan menarik napas sejenak. aku ragu untuk mengucapkannya. "aku ingin sony alpha tiga tiga pah.." aku sengaja mengatur frekuensi bicaraku. agar terdengar lebih halus lembut memelas dan kasihan! trik ini kupakai kalau aku menginginkan sesuatu dari papah. hehe. 
papah dan mamah langsung bertatap muka. lalu mamah memalingkan ke arahku. "bukannya kemarin papah memberimu camera saku ya? yang canon itu lho day" nada bicara papah mengingatkan. seolah aku ini nenek nenek pikunan. aku mencoba meralat omongan papah.
bukannya-kemarin-papah-memberimu-camera-saku-ya? padahal kejadiannya udah hampir setengah tahun. ini sebenernya yang pikun tu aku atau papah si?
"memang kamera mu kemana day?" tanya mamah.
"ada kok. ga rusak masih bagus malah"
"tuh kan masih bagus. pake yang itu aja dulu"
ups... haduh kenapa aku bilangnya masih bagus si? nanti kalo ga dibeliin gaswat!!
"yah.. mamah. aku mau sony alpa" tatapanku memelas pada mamah. lalu beralih ke papah.
"day.." sanggah papah.
"lagi pula harganya ga mahal ko" aku menyanggah lagi "gak perlu jual warisan kakek" gak tau kenapa aku bisa ngomong asal jeplak begitu.
"kamu ini kalo punya mau pasti gitu" sahut mamah sambil berdecak decak.
"pah.. beliin aku ya? ya? plis pah.." gak berhasil merayu mamah aku berpaling merayu papah. papah hanya mengeluarkan seuntai senyum yang tidak aku mengerti. 
sudah ku duga mereka akan bersikap seperti itu. aaaa... mereka jahat!
aku langsung meraih tasku. dan segera pergi kesekolah tanpa pamit. aku jadi kesel sendiri. dengan mood yang jelek banget aku mengikuti jam pelajaran. meski jujur aku gak ngerti sama sekali apa yang di jelasi pak Sam di pelajaran fisikanya. alhasil aku malah nyoret nyoret buku catatanku dengan puluhan huruf "alpha 33" bukan dengan rumus fisika. i'm so hopeless.
"kenapa sms dan tlp ku gak kamu angkat day?" pertanyaan jimmy seolah menudingku. sudah ku prediksi sebelumnya bahwa jimmy pasti menemuiku usai bel sekolah berteriak-teriak.
"hmpft.." aku berkeluh dengan menghembuskan napas perlahan. lalu mataku menatap jimmy berang "aku lagi gak ingin ngebahas yang itu" tukasku.
aku harap dia segera pergi dari hadapanku. karena today aku benar benar lagi bad mood untuk perang sama jimmy atau siapapun yang mau main perang-perangan sama aku. mata jimmy menuding kearahku. 
"tapi aku mau mendengar penjelasan kamu. diana!" ada penekanan disuara jimmy.
"kenapa kamu maksa aku si!"
kini jimmy mengambil posisi duduk tepat di sebelah kiriku. ia nenatapku serius.
bisa ku lihat di bola matanya seolah ada jarum yang akan memecahkan bolamataku dalam sekejap.
"kamu tuh ya keras kepala banget. aku tanya baik-baik malah jawabnya begitu!" suara jimmy mengelegar. dan kini seluruh isi kelas menyorotiku. ada yang kasian. ada juga yang kesel sama cara jimmy memperlakukan selayaknya aku sebagai pacarnya. semua terlihat dari expresi mereka. sementara aku seolah orang yang paling ga bersalah di mata mereka. bahasa kerennya korban.
bola mataku terbelalak. "seharusnya aku yang marah. kemarin ngapain kamu pulang bareng nindy?" mendali kini berpihak padaku. jimmy bungkam. kata-kataku sukses menusuk jimmy. dan tanpa tralala lagi aku meninggalkan jimmy begitu saja dengan mengantongi senyum kemenangan. dan sangat wajar kalau aku melakukan hal ini. sebab ini pelajaran buat jimmy. gak semudah itu berurusan dengan
 aku mengambil langkah cepat menuju kantin. ku temukan teman temanku disana. 
"tumben lama kenapa?" tanya Lin. si sipit itu 
"pasti urusan sama jimmy ya?" sambung benny dengan gaya sok taunya. 
"aduh. jangan ngebahas jimmy deh" keluhku. pikiranku terasa mumet bila berurusan dengan nya. 
"besok ada pameran camera nih, namanya photokina. pagelaran taunan. ada yang mau ikut?" tanya Dino mengajukan usul. soal Jimmy terlupakan begitu saja. Lin, Benny, dan Rifky mengacung. sementara aku tidak bereaksi. 
"lo gak ikut day?" tanya Lin menyipitkan matanya yang emang udah sipit. jadinya merem dong? hehe iya kali. coba aja bayangin sendiri. 
"emang dimana?" 
"gallery cipta 2" jawab Dino 
"lo ikut aja day" usul Rifky, yang lain ikut mengiyakan. 
"tenang day. acaranya pulang sekolah. jadi lo gak musti cabut sekolah" dino kembali memantapkan. 
"oke gue ikut" putusku. mereka tersenyum. oh iya aku belum cerita ya. Lin
benny, rifky dan dino adalah club foto disekolah. termasuk aku didalamnya. mereka tidak jauh beda denganku. penggila photografi. tapi kami masih tergolong pemula. menurutku dunia photografi itu sangat interesting! dan mengasikan. dapat mengambil gambar yang dilihat oleh mata dengan diabadikan sepanjang masa. kalo soal fotografer aku sangat mengagumi saelan wangsa. seorang fotografer yang mendalami bidang foto landscape atau sebuah tempat. ia mengawali fotografi sejak SMA ya seperti aku ini. dan memulai dengan kamera analog bermerk seagul. lelaki berkacamata jebolan universitas taruma negara ini menghasilkan foto foto landscape yang kerap unik. dengan teknik pemotretan sedikit berbeda dari fotografer lainnya. berkat om wangsa kini aku jadi lebih dan lebih tertarik lagi dalam dunia fotografi.
...
"aku mau bantu kakek boleh?" tanyaku pada lelaki bertongkat itu. ia adalah kakekku. kakek mempunyai usaha resto di daerah fatmawati.
"kok tumben? memangnya ada apa?" tanya kakek keheranan.
"mau cari pengalaman kek.. boleh ya?" sebenernya niat aku membantu kakek adalah supaya mendapat uang jajan tambahan, siapa tau aku bisa meraih camera impianku itu. tanpa belas kasihan dari papah.
"tentu, tapi sudah izin papahmu?"
aku menggeleng pelan.
"diana udah besar kakek, masa cuma hal kecil seperti itu harus minta izin papah?"
padahal aku tau, seharusnya aku lebih baik minta izin papah terlebih dahulu.
pikirku, aku yakin kalo tidak akan ada yang akan memarahiku. sekalipun papah! aku tau yang aku lakukan bukan hura hura atau semacamnya. dan ini sudah menjadi tekad ku.
"aku ingin propesional kek" tegasku.
"oke, nanti akan kakek pertimbangkan dengan nenekmu" ujar lelaki yang telah memiliki ribuan keriput diwajahnya itu.
lalu ia menyundutkan sepuntung rokok dimulut yang mulai menguning.
"makasi ya kakek" kataku kegirangan.
dan nenek dengan bangganya menerimaku.
bahkan beliau tidak seperti kakek yang sepertinya agak curiga dengan permintaan ku yang satu ini.
"semangat bekerja day! ingat, bekerja itu tidak mudah" nenek memberiku semangat sekaligus petuahnya. dan thanks god, hari ini juga aku langsung di terima bekerja di resto milik kakek. meskipun aku masih tergolong junior banget disini. tapi seniorku menunjukan sikap keramahannya padaku.
"mohon bantuannya kak" seruku pada seorang pegawai kakek.
ini langkah awalku walaupun memang sepertinya tidak mudah. tapi, aku punya keyakinan yang cukup besan. terutama obsesiku pada camera impian itu.
...

drrt.. drrt.. drrt..
from : Lin Aliyu
day, kt dino bsk bw bju gnti y!

aku tersenyum membaca sms Lin. antusiasme lin memang menakjubkan.

to: Lin Aliyu
ok :)
baru setengah hari aku bekerja saja, aku sudah merasa kelelahan. badanku terasa remuk semua. tubuhku sudah bobrok disofa ruang tamu kakek. sepertinya aku akan menginap malam ini dirumah kakek.