Dairy rawat inap
Horeeeee! Hari ini aku pulang dari rumah sakit. Dokter memberiku izin pulang tadi pagi. Sekarang infusku di cabut oleh suster yang merawatku selama dua minggu ini. I miss my home.. kangen banget deh sama semua yang ada di rumah. Mommy, Daddy, oma, opa, juga aldo.
Mommy bilang, ia akan menjemputku usai menjemput Aldo di sekolahnya. Seperti biasa si preman tolol itu bikin ulah lagi di sekolahan. Jadi aku harus menjadi orang sabar saat ini. Oh iya sambil menunggu Mommy datang menjemputku. Perkenalkan. Namaku Rananda Tasya. Bisa di panggil nanda, rana juga boleh, atau tasya gak masalah kok. Tapi, entah mengapa orang-orang lebih senang menmanggilku Nana. Ini lebih mirip anak kecil yang cadel kalo ngomong minta pakein celana “mah pakein aku nana dong?” aku ini jadi lebih mirip pakaian di bandingkan manusia. Tapi, Oma bilang dulu tuh aku bilang celana itu “nana” dan jadilah nama panggilan yang menurutku sebuah kata yang sumbing.
Aku sudah dua minggu di rawat di rumah saki ini. Tepatnya di RS tarakanita. Ini karna motorku di serempet mobil, dan aku terlempar 10 meter sari motorku. Serangam putih abu-abu masih nyangkut di tubuhku terbeset ke aspal. Dan naas nya aku. Kaki ku patah! Hingga harus di pasangi gips. Untung saja kakiku tidak sampai di amputasi. oh my god! Aku gak ngebayangin deh gimana nantinya kalo aku gak punya kaki. Hiks. Dieu m'aide (prancis : tuhan tolong aku)
Aku gak sadarkan diri selm 8 jam. Wah Mommy udah khawatir banget waktu aku pingsan selama itu. Aku yakin rasa cemas Mommy udah nyampe tingkat dewa! Excuse Me Mama, je ne veux pas dire ça comme ça (prancis : maaf ya mama aku tidak bermaksud seperti itu)
Drtt..drrtt..drrtt..
Aku menerima pesan dari Mommy
Mommy agk tlat mav y.. kmu tnggu sbntr y.. traffic jam nih.. oke
Oke-oke, itu alas an orng jakata kalo di tanya kenapa ngaret?. Iy jelas. Jakarta gitu. Terkenal dengan macetnya! Kalo gak mau macet naik sandal jepit aja!. Semua orang yang ke kantor berani membawa mobil. Satu mobil satu orang! Itu kan malah tambah macet tau. Emang si kelihatannya kalo orang kantor bawa mobil tuh ter-waw banget!. Tapi, tau kah? Kalau mobil itu salahsatu sumber terbesar dari kemacetan? Mungkin kalau mereka lebih berfikir untuk hemat enegi. Mereka akan memilih naik busway. Atau kalo mereka lebih cinta lagi sama buminya. Mereka akan lebih memilih untuk naik sepeda.
Waktuny makan siang. Selama aku belum menginggalkan rumah sakit ini. Aku masih tercatat sebagai pasien disini. Dan jelas dong aku kebagian jatah makan siang. Lagi-lagi cum dapet nsi, sayur tauge yang gajelas itambah tempe sepotong. Sayurr..sayur..sayur.. melulu. Lama-lama wajhku berubah mirip kacang panjang deh!.
Buknnya aku nyari makan gratis lho. Tapi, tau sendiri. Dokte melarangku makan di luar. Kalo misalkan boleh hengkang sekarang juga. Aku bakal langsung nangring di warung padang nya Uni Ira. Asli deh sambel ijonya muanteb banget!.
“makasi ya, Sus” kataku tak berselera setelah mendapati makanan dari Suster Mia.
“di habiskan ya, Nana” kata Suster itu dengan senyum termanis di hadapanku
Aku celingukan. Mencari sosok yang hangat bagiku. Bukan Mommy, Daddy, Aldo, atapu siapapun. Tapi, Ia adalah seseorang yang berharga bagiku. Biasanya ia akan menemuiku saat aku makan siang seperti ini. Dan membawakanku abon sapi untuk menambah nafsu makank. Aku mencoba turun dari ranjang. Aku memcoba berjalan ke luar kamar tertatih tatih. Di bantu oleh tongkat. Beberapa langkah aku keluar dari kamar aku di dapati seseorang yang menghampiriku.
“maaf apakah benar saya berbicara dengan mbak tasya?”tanya lelaki yang matanya persis menuding ke arahku
“iya benar” kataku seraya mengannguk
“ahh” orang itu tersenyum lega. “ini untuk mbak tasya” ujarnya. Menyodorkan sesuatu ke arahku.
Aku terdiam beberapa saat. Sebelum aku menerima pemberiannya. Aku tidak tau dia siapa? Dari mana? Dan untuk apa dia memberikan bingkisan ini padaku.
“nona tenang saja, saya tidak bermaksud jahat pada nona” tegasnya. Ternyata ia mengerti sorot mataku yang bernada curiga.
Setelah ia berhasil memberikan bingkisan itu padaku. Ia berbalik lalu pergi.
“eh..eee.. mas! Tunggu! Tunggu!” beberapa langkah setelah ia menjauhiku. Aku menghentikan langkahnya. Orang itu berbalik arah. Aku berusaha menyeret kakiku sekuat tenaga. Tapi ia tidak tega melihtku berjalan seperti itu. Ia kalahkan langkahku.
“ada apa mbak?” mbak..mbak! emang gue embak lo. Batin ku.
“yang ngirim ini kemana?” tanyaku penasaran.
“orangnya gak bisa nemuin mbak” jawab orang itu.
Aku manggut-manggut. Lalu orang itu menghilang dalm hitungan detik. Di tengah keramaian lalu lalang orangdi sepanjang koridor rumah sakit. Dan mataku tidak berhasil me menemukan sosok lelaki itu lagi. Aku menggeser kakiku untuk dudu di kursi yang tidak jauh dari tempatku berdiri. Sehingga tidak terlalu sulit untukku menjangkaunya.
“suster” panggilku pada suster yang tengah lewat dengan mendorong trolley nya.
“iya, ada apa nona?” Tanya suster itu dengan nada superlembutnya.
“tolong bantu saya. Mengambil makan siang di kamar?” pintaku menunjuk ke arh kamar 208 yang selama ini menjadi kamar kedua. Setelah kamar pertama di rumahku.
“tunggu sebentar ya” suster itu mengannguk lalu masuk ke dalam kamar yang ku tunjuk.
Aku membuka bingkisan plastic itu. Menemukn secarik kertas di dalamnya. Dan seplastik kecil abon sapi yang ukurannya 50 gr.
“Mas Ari….” Lirihku. Ini pasti dari Mas Ari!. Aku berharap ia segera datang menemuiku.
Di makan ya abonnya
Semoga cepat sembuh ^^
Ari
Mas Arii….
“nona” sus mia menghilangkan lamunanku.
“ehh.. iya, Sus” kataku kelimpungan.
“ini makan siangnya” kata sus Mia menjulurkanku sekotak nampan yang bagian-bagian tertentunya diisi makanan yang membosankan itu.
“di habisakan ya” pesan sus Mia. Lalu ia kembali mendorong trolleynya.
JJJ
Rabu, 17 november. Rawat inap.
Setelah delapan jam aku tak sadarkan diri. Aku berhasil membuka kelopak mataku perlahan. Aku menatap langit-langit kamar yang awam bagiku. Melihat suasana kamarku seperti habis di renovasi ke bentuk kamar yang biasa. Tidak seperti kamarku. Yang bergenre merah jambu. Ini tidak. Catnya putih polos. Membosankan untuk menikmat kamar dan anak rumahan sepertiku. Aku yakin ini bukan kamarku. Kamarku penuh dengan motif strawberry yang imut banget. Dan di jamain kalau udah masuk ke kamarku seharian gak keluar alias bertelor disitu juga betah. Aku aja PEWE banget. Disini aku mencium bau obat yang sangat santer.
Aku melihat sekelilingku. Ada Mommy, Daddy, Opa, Oma, dan Aldo. Dan yang lebih jelas ku lihat expressi Mommy dengan rasa khawatirnya. Kepalaku di lilit kain putih. Alias di perban. Kaki ku di gips karena patah. Dan tanganku di tusuk selang infus. Mommy tersenyum cemas ke arahku. Sementara aku hanya terbring tak berdaya di ranjang besi ni. Aku meras tulangku rontok saat itu. Sehingga aku tidak bisa menggerakkan seluruh bagian tubuhku. Terkecuali, gerak reflex di pelopak mataku.
Aku terngiang teringat kejadian kemarin yang menimpaku. Sepulang sekolah. Kira-kira pukul 4 sore. Aku pulang dengan menggunakan motor maticku. Mungkin saat itu nasibku sedang tidak beruntung. Sebuah jeep hitam menyerempetku di tikungan jalan menuju rumahku. Hanya beberapa puluh meter dari mulut komlplek rumahku. Aku dan motorku terpisah dalam jarak yang cukup jauh. Aku tidak tau bagaimana kelanjutan ceritanya karena aku sudah tidak sadarkan diri lagi, dan ketika aku tersadar. Aku sudah berada di kamar asing ini.
Aku benci suasana kamar ini. Aku ingin pulang. Dan bermain bersama keysha di tempat les. Keysha itu teman sekolahku. Kebetulan kami punya hobby yang sama yaitu les music. Bahkan aku masuk group musik. aku ingin makan ice cream. Atau sekedar hangeout di tea house daerah mampang bersama keysha.
“mom..” lirihku menatap mommy dengan penuh memelas.
“iya sayang” sahut mommy halus
“aku ingin pulang”
“nanti ya kalau kamu sudah sembuh” mommy meyakinkanku.
“tapi mom, aku tidak ingin disini”
Daddy tersenyum lalu ia ambil suara. “secepatnya kamu akan pulang sayang” tegas Daddy.
“déjà, vous aurez certainement rentrer à la maison. être patient” kata oma. (perancis: sudah, kamu pasti akan pulang. Bersabarlah)
Keluargaku memang berdarah jawa campur perancis, opaku berdarah perancis bukan perempatan ci amis ya! makanya aku memanggil orang tuaku mommy dan daddy. Tapi kenapa namaku bukan “Patricia” , “Alice” atau “Jenie”. Ini mah “Nana”. Apa maksudnya coba? Iya.. iya.. aku tau kaau “Nana” itu panggilan saying dari mommy yang di berikan untkku. Tapi, apa gak ada yang lebih bagus gitu? #protes.
Dokter datang untuk memeriksakan kondisiku. Ia menempelkan kepala stetoskopnya di bagian dadaku. Stetoskop itu terasa dingin menusuk bagian organ I dalam dadaku. Wajahnya kelihatan ramah, dengan sorot mata yang begitu bersahaat. Dan senyum yang bersahaja. Lalu ia memeriksa ensi darahku, dan menerawang bagian mulutku dengan senter yang di keluarkan dari saku kirinya.
“syulurlah nona tasya sudah baikan” dokter itu member kesimpulan setelah ia memeriksakan kondisiku.
“kapan saya boleh pulang dok?” tanyaku dengan tidak sabar menunggu jawaban dokter “iy kamu boleh pulang sekarang” tapi, tentunya dokter itu tidak akan mengatakan hal itu sekarang. Ia tersenyum. Lalu dengan perlahan ia berbicara.
“kamu bosen ya?”
Aku mengangguk pasti.
“orang baru masuk kok ya udah mau keluar” sahut Oma.
“kamu mau pulang?” Tanya dokter lagi.
Aku mengannguk lagi. Lagi juga siapa si yang mau tinggal di rumah sakit?
“istirahat yang cukup, makan yang banyak, dan monum obat secara teratur, oke.” Kata dokter itu.
Ihhhhh dokter!! Nenek-nenek ngesot juga tauuu! Aku menggerutu dalam hati.
“bu, pak. Saya permisi dulu” dokter itu pamit meninggalkan ruangan ini.
“iya dok sikalan. Terimakasih dok!” kata Daddy ramah.
“tuh kan. Kamu itu harus banyak mkan. Istirahat yang cukup dan minum obat secara teratur” oma mengulangi nasihat dokter yang semua orang sakit udah bosen ngedengarnya.
“nih kamu makan dulu!” kata Mommy menyodorkanku nampan yang berisi makanan.
Sayur kacang panjang, nasi, sama tahu rebus. Apa enaknya?
“mom.. aku maunya nasi padang” pintaku dengan tampang paling memelas pada Mommy.
“kamu ini ngaco aja. Mana ada di rumah sakit yang jualan nasi padang” tukas mommy.
“ketoprak deh” kataku mengganti menunya dengan menu makanan yang gampang di cari. Kan dimana-mana pedagang ketoprak menjamur.
“itu juga gak ada saying” kata mommy dengan nafas sabarnya.
“kalo gak ada nasi padang sama ketoprak aku mau soto ayam deh”
“sekalian aja lo minta nasi uduk sama pecel lele!” sambung Aldo dengan nada supernyolotnya. Aldo itu sepupuku yang tinggal bersama keluagaku. Karena orang tuanya harus pinah ke bali untuk masalah kantor. Usianya setahun lebih tua dariku. Tapi tingkahnya itu lho yang nyolot seperti anak kecil!
“ssttt. Aldo” cegah Mommy.
“lagian siapa sih yang milih menu kyak gini. Pasti elo ya, do?” aku menuding aldo tajam. “mana menunya mom?” kini maaku bertanya pada Mommy.
“ni anak ngaco amat si? Ini rumah sakit neng. Bukan hotel berbintang. Yang siap nganter makanan yang lo pesen ke kamar!” seru Aldo gemas.
Aldo mendapati pelototan dari Mommy. Wajahnya langsung menciut kayak kerupuk tersiram air.
“Aldo, udah dong, Nana kan lagi sakit” tegas Oma.
“tapi, oma…”
“yang lagi sakit yang mana?” sanggah Oma.
“ Oma nih belain Nana mulu” keluhnya. Lalu ngeluyur pergi entah kemana.
Huh! Bagus deh. Si rese itu udah minggat. Jadi aku gak perlu rebut sama dia hehe. Merci Oma.
“Mom, nasi padanggggg” rengekku.
“nana makan ini aja ya? Besok Mommy beliin nasi padang deh”
“mom, yang sakit ini kan kaki aku doang. Kenapa aku harus makan seperti orang yang menderita penyakit kronis si?” tukas ku.
“sayang.” Mommy menatapku harap-harap cemas. Aku luluh di tatap mommy seperti itu. Aku akan merasa dosa bila sekali lagi manentang mommy. Dan akhirny aku mau makan juga. Dengan harapan besok aku dapat nasi padang dari mommy. Dan aku ingin cepat keluar dari sini! dieu j'espère que je veux(perancis: tuhan aku harap seperti yang aku inginkan)
JJJKamis, 18 november. Rawat inap.
Aku seneng banget Keysha mau datang kesini untuk menjengukku. Aku bisa bercerita dan ngebacot dengan dia. Ya lumayan lah. Keysha bisa menjadi obat untuk rasa bosanku. Dengan bawelnya keysha bercerita padaku.
“davi nyariin elo tau” kata keysha.
“serius lo, cong?” tanyaku penasaran.
Aku sering memanggil keysha dengan panggilan “cong” soalnya. Keysha takut banget sama “bencong”
“darius sinatria deh gue”
“yeee.. elo ngibul aja”
“eh, enggak! Gue gak ngibul!” sanggahnya.
“terus? Gue harus percaya gimana?”
“buktinya dia besok mau kesini. BUAT-JENGUK-ELO” ia mengeja kalimat terakhirnya. Seolah aku ini anak esde yang tidak mengerti tentang kata-perkata atau bahasa elo-guenya orang dewasa.
“serius? Wajahku berubah menjadi lebih penasaran. “dia bilang apa aja?” tambahku karena makin penasaran lagi.
“ah, elo serius-serius mulu. Sumpe gue!”
“oke gue percaya, besok bawain yayang davi yaa” kataku dengan wajah paling imut yang ku punya.
“hah. Elo kalo aa maunya aja! Dasar lo”
“pliss cuplis dong . keysha cantik!”
“wes kalo cantik mah dari dulu, cing!”
Iya dehhhhh! Kalo ngomong soal cantik sama keysha mah gak aka nada habisnya. Ngakunya si Angelina jolly kalah cantiknya. Ngimpi aja tu anak!
“waktu dia denger lo sakit. Wajahnya itu. Langsung berubah expressi. Jadi cemas gitu”
“ah, elo kalo mau ngarang bebas jangan disini deh. Depan Bu Nur sono. Biar dapet nilai tambahan bahasa!” kalo yang ini aku gak percaya. Kaaknya avi gak pernah sebegitunya deh sama aku.
“suwerr deh gue! Gue gak boong cing!” sebaliknya ia memanggilku cing karena aku tkut sama “cacing” ~~~ ihhh! “kalo gak percaya. Tanya aja sama dita, udin, ucup juga ada waktu gue cerita” ditanya si enak. Tapi udin sama ucupnya itu lho yang bikin. Gimana______ gitu hehehe.
Gak lama kemudian. Dokter Hardy masuk untuk mengecek kondisiku. Ah aku tidak perduli dengan kehadirannya. Aku tetap meneruskan obrolanku dengan Keysha.
“terus dia bilang apa, cong?” tanyaku penasaran.
Dokter itu kembali memeriksakan tubuhku. Mengecek denyut nadiku. Dan mengganti botol infuse yang telah kosong dengan yang baru.
“dia gak komentar banyak si, Cuma Davi bilang. Kalo dia bakal jenguk lo, so.. Just wait for his arrival” kata Keysha.
Semoga saja benar. Besok ia akan menjengukku. Batinku. Oh iya davi itu teman sekelasku. Gebetanku juga sih. Kata anak-anak sekelas. Aku si iya-iya aja selama gak merugikanku heheh.
“wah kalian pasti lagi ngomongin orang yang di suka ya?” kata dokter. Ini bukan kalimat pertanyaan. Tapi aku yakin ini kalimat pernyataan!
Aku tersenyum malu. Sementara keysha malah angkat bicara. “iya dok, gebetannya Nana, mau dating kesini besok!” seru keysha.
“ehh. Enggak kok dok. Bohong tu! Jangan di percaya!” ralatku gelagepan.
Aku memelototi keysha dengan tatapan bernada awas-lo-ya!. Tolol banget tu manusia! Pake di jelasin lagi! Keysha Cuma bias nyengir kuda. Aku kira dokter itu tidak perduli dengan apa yang akan ku bicarakan dengan keysha. Menurutku seorang dokter lebih banyak pekerjaannya. Menolong umat manusia yang sakit ketimbang ikut ngerumpiin soal Davi, bersama aku dan Keysha. Ternyata dokter yang satu ini juga doyan ngerumpi!. Bajunya doang yang berseragam dokter. Terlepas dari jas itu. Mungkin dia seorang lelaki yang doyan ngegosip sama ibu-ibu yang beli sayur di depan komplek tiap pagi. Senyum sumringah dokter itu pun pecah. Mengembang hangat di wajah bersahajanya. Tapi kacamatanya masih memancarkan kalau ia bertangan dingin.
“saya juga pernah seperti kalian kok” dokter itu mengeluarkan kata dari pita suaranya.
Seketika kami bergeming dan suasana kembali hening. Dokter itu tertawa pelan.
“saya senang sekali kalau saya sakit. Pacar saya dating untuk menjenguk!” lanjut dokter itu.
Sementara aku dan Keysha menganguuk-angguk. Sesekali keysha ber –ooo-ria.
Alamak! Aneh sekali orang ini! Tau-tau kok ya malah curhat! Kayaknya di atas jidatku gak ada plang yang bertuliskan “CURHAT GRATIS” deh. Sebenarnya aku mau ketawa sih. Tapi, gak enak kalau ketawa nya sekarang. Simpen dulu! Ayo simpen!
“yasudah, di lanjutkan ya ceritanya. Saya harus memeriksa pasien lainnya” kata dokter itu lalu pergi meninggalkan kami.
Nah itu baru bener. Dokter itu memeriksa pasien! Bukan nimbrung curhat disini!
Aku melirik keysha. Lalu melirik ke arah pintu yang di lalui dokter tadi untuk keluar. Dalam hitungan satu detik. Tawa kami pecah. “HAHAHHAHAHAHAHAHHAHA” kami terbahak-bahak. Bahkan keysha tertawa terpingkal-pingkal!
Keysha kembali duduk di sofa. Di sudut ruangan. Sembari membolak balikan majalah yang tergeletak di depannya. Sementara aku membuka twitter. Melelui mobile twit ku. Aku mendapat beberapa mention dari teman-teman sekelasku.
Kikiazkiya: @ranandatasya cepet sembuh ya.
Farahdasmoro: @ranandatasya aku kawatirrrr-_-
Fahmyhamidy : cepet sembuh ('́⌣'̀ ) @ranandatasya
Firdahanun: minum obat yang banyak yaaa hahahah @ranandatasya
Inimah doain aku supaya mati -__-
Hilmipratama: banyak yang jenguk. Banyak duit! Ahaha @ranandatasya(~˘▽˘)
Dasar hilmi! otaknya gak jauh dari yang ijo-ijo!
Dan yang paling new. Ada davi!
“cong, davi mensyen gue!”
“iya lo serius? Dia bilang apa?” keysha ikut bersemangat. Ia menuup majalahnya. Dan segera berjalan kearahku. Ia menggeser kursi di sampig tempat tidurku. Agar ia lebih dekat dengan posisiku.
“mana? Sini gue liat” ia merebut handphoneku.
Daviaditya: hay @ranandatasya gimana keadaan lo? J
Usai membaca ia mengembalikannya padaku. “buruan beles cing!” katanya masih dengan nada bersemangat. Ini sebenernya yang suka aku atau keysha? Hadeeehhh.. kok ya keliatannya keysha ini semangat amat.
Aku me-retweets mention dari davi.
Ranandatasya : udah baikan kok J RT @Daviaditya: hay @ranandatasya gimana keadaan lo? J
Simsalabim… davi secepat kilat membalasnya.
Daviaditya : syukur deh, gue ikut seneng dengernya. Cepet sembuh ya lo! RT@Ranandatasya : udah baikan kok J http://t.co/wzn7X9D
Yippiyyy davi perhatian banget! Gak sabar jadinya pengen buru-buru ketemu sama davi besok.
“wah enak banget ya jadi elo. Di perhatiin sama davi” keysha iri padaku.
“yeee ngiri lo” sahutku sinis. Tapi tatapan sinis ku bercandaan doing kok. Hehehe kemudian aku ketawa lagi. I’m waiting in here for you davi!
Jum’at. 19 november. Rawat inap.
Aku membuka email dari Jeremy. Ia adalah sepupuku yang tinggal di perancis. Walaupun kami terpisah diantara 2 benua yang jaraknya cukup bias membuat orang mandi keringat bagi siapapun yang kesana dengan berjalan kaki. (ceritanya go green jadi pake sandal jepit aja). Aku dan Jeremy tetap berhubungan baik kok.
To : rananda tasyaa
Nana adikkuuu tercintaa. Hehehe. Aku dengar kamu masuk rumah sakit ya? Semalam kakek menceritakan nya padaku. Je suis désolé d'entendre(perancis: aku sedih mendengarnya). Aku khawatir dengan mu nana. J'espère que vous récupérer rapidement (perancis: semoga kamu cepat sembuh) Cherie nana J
Jeremy ^^
Wahhh ternyata jeremy juga menghawatirkanku ya. Hhehe. Ia memang selalu begitu terhadapku. Saying. Kami tidak pernah lagi bertemu. Aku dengan Jeremy terakhir bertemu saat aku duduk di kelas 4 esde. Saat itu. Masih terlalu dini untuk aku mengenal karakter Jeremy. Mungkin kalau aku bertemu dengannya aku akan segera memeluknya. Jelas beda banget sama Aldo. Aldo itu supernyebelin!.
Seperti apa ya Jeremy sekarang? Kalau aku perhatikan dari beberapa foto yang ia kirim sih mirip sama onci ungu. Cuma bedanya Jeremy punya rambut berwarna pirang. Jelas ia mirip sekali dengan bule!. Kami memang sering kirim-iriman foto melalui e-mail. Foto terakhir yang ia kirim saat ia sedang berlibur di Hollywood land. Keren banget bias berlibur sejauh itu! It’s really interesting!
Menurutnya foto di effel itu sudah menjadi pemandangan yang membosankan. Sama saja ketika aku sedang foto di monas. Effel sama monas itu kan beda jauuuuhhh banget! Kalau aku udah bosen ngeliat pemandangan monas yang begitu-gitu aja. Bahkan sekarang kondisi monas pun mengenaskan. Banyak sampah-sampah berceceran akibat pedagang asongan yang menjamur disana.
To :Jeremy
Merci, merci, merci, et je dis un grand merci (perancis:dan banyak lagi ku ucapkan terimakasih) aku sudah baikan kok J. Hanya luka kecil di kaki ku hehe. Ne t'inquiète pas pour moi (perancis: jangan menghawatirkan aku) bagaimana dengan keadaanmu disana? Aku ingin sekali mengunjungimu. Tapi, aku tidak yakin mommy akan mengizinkanku pergi kesana L padahal aku ingin sekali memamerkan fotoku ber-background effel pada teman-teman ku heheh J
Ranandatasyaa
…
Biasaya, setiap hari jum’at. Pulang sekolah. Aku selalu mengunjungi taman belajar milik kak bovi. Dengan bermodal nekat dan keinginan besar kak bovi mendirikan sebuah taman belajar untuk anak-anak jalanan. Setiap sore taman ini di penuhi anak-anak itu. Dan tidak pernah kosong. Mereka meluangkan waktunya untuk meraih pendidikan di tempat yang tidak begitu luas ini. Aku menyaksikan mereka yang masih amat beia itu giat belajar. Dalam kehidupan yang bersahaja. Jika aku melihat mereka yang begitu bersemangat dalam menimba ilmu. Mendadak dalam batin, aku menyaksikan keberuntungan hidupku. Aku di besarkan dalam keluarga yang utuh. Aku punya mommy dan Daddy yang berpenghasilan cukup untuk membiayai sekolahku. Bahkan untuk biaya perawatanku di kamar vip ini. Mommy dan daddy selalu ingin member yang terbaik untukku. Juga tempat tinggalku yang menjadi isana tempat peristirahatanku. Dengan penuh kehangatan keluarga didalamnya. Semua yang kumiliki tidak lagi melekat pada anak-anak yang ada di hadapanku saat itu. Dan mommy sangat mendukung kegiatan yang ku jalani ini. Ia lebih suka melihatku mondar-mandir ke tempat kak bovi, disbanding aku pergi keluyuran. Apalagi untuk pacaran. Ku rasa mommy melarang untuk hal yang satu itu. Menurut mommy aku masih terlalu ingusan untuk mengerti soal pacaran. Walhasih. Aku gak pernah punya pacar. Tapi, kalo untuk sekedar suka dengan lawan jenis aku sering mengalaminya.aku emang gak secantik Penelope cruz tapi buat jatuh cinta sama seorang davi aku puny hak dong. Eh iya. Ngomong-ngomong davi kemana ya? Sudah hamper setengah hari aku menunggunya. Tapi batang hidungnya belum juga tampak di hadapanku. Untung saja aku bukan roti yang kalo kelamaan menunggu untuk dimakan bisa jamuran!
“suster” pannilku pada suster mia.
“suster” pannilku pada suster mia.
“iya, saya”
“sus, aku ingin pergi keluar, boleh?” pindaku
“kamu masih sakit”
“sebentar aja sus, plis ya ,sus? Ya? Ya? Boleh ya? Aku bosan di kamar”
“tapi, saya…”
Aku menyanggahnya. “sus.. pliss. Sebentar aja. Suster juga pasti bosan bila berada di posisi ku” pintaku memelas.
Aku merasa bosan berada di kamar ini. Hanya bias berbaring menatap langit-langit kamar yang tidak sama sekali menarik perhatianku. Mending kalau aku di bolehkan untuk nungging, atau sekedar berjingkrak-jingkrak di atas te,pat tidur. Mungkin itu akan lebih membuat rasa bosan ku menyurut. Suster itu menghela napas sejenak. “oke, tapi sebentar saja ya” katanya. Aku memamerkan ibu jariku sekaligus mengedipkan sebelah mataku.
“tunggu sebentar ya.. saya ambilkan kursi rodanya”
…
Akhirnya setelah perjuanganku meminta sampai memasang tampang pali melas. Aku bias keluar dari kamarku yang membosankan itu. Horeee #tepuktangan. Mekipun Dengan di bantu oleh suster yang mendorong kursi rodaku.tapi gapapa lah. Yang penting aku bisa keluar dari kamar :D
Aku menyuruh suster untuk meninggalkanku di koridor terbuka. Yang mengarah ke mulut taman. Suasana Nampak jauh berbeda di bandingkan dengan aku berada di dalam kamar. Meskipun kamar vip. Aku merasa seperti terpenjara dalam sel kelas eksekutif. Aku tidak bisa bernapas. Paru-paruku sesak karena ketkontaminasi bau obat yang santer. Aku tidak menyukai bau itu. Bahkan aku membencinya. Takku mendidih. Pikiranku mumet. Aku hana berteman dengan benda-benda mati. Seperti sofa di pijok ruangan dan tempat tidur. Apakah aku tidak akan ikut mati juga kalau begini terus?
Aku juga memnutuhkan udara di luar. Melihat semua kehidupan walaupun hanya seekor semut yang tersisa. Oksigen ku hiup dengan perlahan. Aku teringat mommy dan Daddy. Mereka masih harus bekerja keras di luar sana. Sesekali Mommy melihat kondisiku. Itupun hanya sebentar. Lalu mommy kembali lagi berkecimpung dalam dunia kerja.
Sementara oma dan opa tidak mungkin untuk mondar-mandir ke rumah sakit. Dua hari kemarin mommy yang menemaniku sewaktu malam. Mungkin mommy merasa lelah jika harus terus-terusan menemaniku disini. Dan Daddy juga harus dinas ke luar kota selama 5 hari. Aku yang harus mengerti kondisi mereka. Dan mommy menyuruh seseorang untuk menjagaku. Aku tidak sama sekali mengenalnya. Hanya tau namanya saja. Itupun bukan dari perkenalan aku dengannya. Melainkan pesan singkat dari mommy tadi pagi
Mommy bnyk krjaan nih, km d tmani sm mas ari y..
Siapa si tu orang? Kok Mommy memanggilnya dengan sebutan mas? Tadi pagi memang orang itu dating menemuiku. Untuk menawarkan jasanya.
“ada yang bisa saya bantu?” katanya.
Menurutku tidak ada yang perlu di bantu. Selama kondisi ku aman-aman aja.
“tidak, terimkasih” jawabku.
Lalu orang itu pergi entah kemana. Sampai saat ini ia belum juga kembali. Ah sebodo amat deh sama tu orang! Aku disini hanya menunggu..
“nanaaaaaa” teriak keysha setengah berlari menghampiriku.
Aha! Itu dia datang!
“gue nyariin lo di kamar gak ada!, gue kira elo udah minggat dari sini. Kalo lo beneran minggat uhh gaswat!” cerocos keysha dengan gaya nya.
Minggat? Hahah pengen nya si begitu. Aku hanya tersenyum geli memandang sbat karibku yang satu itu.
“oh iya sesuai dengan janji gue kemaren, gue kesini bawa pesenan lo” kata keysha.
“apaan? Nasi padang?” tanyaku belagak bego.
“emang kemaren lu pesen nasi padang ya? Ko gue gak inget si?” kata keysha sembari menggaru-garuk kepalanya.
Wajahanya berubah jadi pilon. Tu anak kan emang pikunan. Haha. Aku bisa melihat expresi wajahnya yang belagak mikir. Seolah keysha lagi ikut olimpiade di bejing. Terus dapet soal yang super susah. Terus dia mikir rumus yang mana yang cocok buat ngejawab ni soal. Setelah beberapa detik kemudian ia mulai angkat bicara lagi.
“ah enggak! Elo gak pesen nasi padang kok!” katanya menyimpulkan dari hasil pemikirannya beberapa detik yang lalu.
Padahal aku kan pesen nasi padang nya sam mommy. Dalam hatiku ketawa licik.
“bingung deh gue sama lo!” tukasnya.
Hiiii… lagian siapa suruh jadi orang bingung! Pegangan! Aku sukses membuat keysha kayak orang paling tolol di dunia ini. #jahat.
“yang penting gue kesini bawa pesenan lo!”kata keysha.
Aku kembali menyerngitkan alis. Keysha memutar kursi rodaku hingga 108 derajat. Dan kutemukan wajah yang super guanteng. Davi!. Ia tersenyum memandangiku. Dan sekertika juga aku meleleh dibuatnya.
Padaha aku kenal sama Davi udah lebih dari tiga bulan. Oh iya aku masih kelas x. jadi baru ngrasain gimana-gimananya pake seragam abu-abu itu. Orang bilang paling enak saat pake seragam abu-abu lho!. Meskipun aku dan davi tiap hari meet in class. Tapi, tetep aja kami masih malu-malu kucing. Hah! Dasar kucing. Pake malu-malu segala!
“hai nana” sapa Davi lembut.
“haa…iii” jawabku lembut serta berbata.
Kemudian suasana menjadi hening. Tidak ada suara kecuali dari gemercik air kolam yang berada di tengah taman. Keysha memandangi aku dan Davi secara bergantian.
“kok jadi kayak sinetron begini si? Saling pandang memandang begitu? Entar gue pasangin musik mellow!” protes Keysha. Aku yang menyadarinya jadi tambah malu.
Hari mulai senja. Cahaya matahari menjingga. Memantul di permukaan bumi.
“maaf, nona tasya harus kembali ke kama” kata sus mia yang baru saja dating menghampii kami. Padahal aku masih ingin sekali di sini.
Suster itu mengannguk ke arahku.
“biar saya aja sus, yang membawa tasya ke kamar” pinta Davi sopan.
Wahhh! Ini mukzizat untukku. Dua hal sekaligus terjadi dalam waktu yang bersamaan.
First : davi memanggil namaku “tasya” bukan “nana”
Second : davi yang akan membawaku ke kamar. Yipppiiiyyyyy! Kalo aku bisa loncat-loncat. Aku akan melakukan adegan itu sekarang juga. Saying seribu saying. Kaki ku masih sakit.
“oke, tolong titip tasya ya, davi” suster itu memberi amanat pada Davi.
Lho?lho? kok sus Mia bisa tau nama Davi ya? Davi segera mengangguk bak prajurit yang siap menjalankan perintah dari sang komandan perang. Davi mendorong kursi rodaku sepanjang koridor. Diikuti oleh keysha di belakangnya. Hingga sampai ke dalam kamarku. Davi juga yang membantuku naik ke tempet tidur. Serasa mimpi kalau Davi melakukan hal itu.
Handphone keysha menciak. Ada panggilan masuk entah dari siapa/
“sorri, gue angkat telpon dulu” keysha pamit izin untuk menerima telepon. Aku dan Davi mengangguk serempak. Tidak lama setelah anggukanku, keysha menghilang dari balik pintu.
Di dalam ruangan tersisa aku dan davi. Suasana menghening selepas keysha pergi. Davi membenahi selimutku tanpa suara. Ia membesarkan suhu ruangan agar tidak terlalu dingin. Lalu ia duduk di kursi tepat di sebelahku. Senyumnya pecah. Menerobos pelupuk hatiku. Aliran darahku dua kali lebih cepat dari yang ku perkirakan. Aku merasakan alunan lembut yang menyelimuti hatiku.
“maaf ya, tadi gue agak telat kesini” akhirnya Davi membuka pembicaraan.
Aku menganggu pelan.
“lo cepet sembuh ya” katanya.
Aku mengangguk lagi. Memang hanya bisa beradegan mangguk-mangguk doing sih.
“lo kenal sama suster mia?” tanyaku. Ini pertanyaan yang dari tadi ingin aku ajukan padanya. Hanya saja belum ada waktu yang tepat untuk membicarakannya. Nah, sekaranglah mungkin waktu yang tepat.
“enggak kok”
Wajahku tersirat tanda Tanya besar. Davi tersenyum lagi.
“not as you imagine. Simple aja. Gue kan pake seragam sekolah”
Wajahku berubah menjadi merah padam. Heg? Kenapa aku gak mikir sejauh itu sih? Davi itu kan pake seragam. Sementara di sekolahku memang peraturannya siswa wajib memakai tanda pengenal. Jelas-jelas di seragamnya davi ada tulisan dengan mengenakan hurf capital “DAVI ADITYA” aku benar-benar malu.
Seharusnya aku tidak menanyakan hal yang bodoh itu. Kalo begini caranya, davi akan mengetahui if I like him. Oh no! ini gak boleh terjadi! Aku gengsi banget kalo davi sampe tau!. Aku sendiri belum tau davi suka padaku atau tidak. Rasanya aku ingin menyelundupkan wajahku di bawah bantal.
Gak lama kemudia keysha datang . ahh.. untunglah. Ci cerewet ini cepat datang. Aku menghela napasku pelan. Untuk menghilangkan wajahku yang merah padam. Semoga Davi tidak memperhatikan hal itu. Keysha menutup pintu dan segera menyeter kakinya kehadapan kami.
“nyokap gue telpon. Nyuruh gue pulang, ada sesuatu yang harus di selesaikan” kata keysha dengan raut wajah yang mengenaskan. Ini pertamakalinya aku melihat keysha dengan expresi wajah yang seperti ini. Ia seperti kelimpungan terselimuti hawa bingung.
“sorri banget nih, gue caput dulu ya, dav, lo temenin nana ya!” kata keysha menatap davi lalu bergantian melihat kondisiku.
“yok, gue duluan, dav, na” katanya lalu ia segera meninggalkan kami dan menghilang di ambang pintu. Perasaanku tidak enak. Aku menatap Davi dalam. Menangkap satu titik focus dalam manic matanya. Davi pun mengannguk. Ia segera mengerti maksudku. Davi beranjak dari tempat duduknya. Lalu berpaling dariku. Namun beberapa detik terdiam. Ia berbalik mendekatiku. Kali ini dengan jarak yang paling dekat. Hanya beberapa centi meter dari wajahku. Aku bosa merasakan hembusan napasnya dan bau parfum maskulinnya yang sukses mengkontaminasi bau obat yang selalu aku hirup di dalam ruangan ini. Sorot matanya tajam. Meluluhkan aku. Dalam posisi seperti ini seorang wanita seperti aku pasti akan menyerah.
“gue pastiin keysha sampe di rumah selamet” tegasnya
“sayang ayo habiskan makananya” ujar mommy mewanti-wanti. Pagi ini mommy mengunjungiku. Sebab menurut laporan dari suster aku tida pernah manghabikan makananku. Itu benar. Aku tiada prnah menghabisan makananku. Sebab mnurutku smua makanan isini udah tercampur dengn ramuan yang tidak jelas. Sehingga aku tidak menyukai baunya.
“aku tidak suka mom” kataku eraya meletakan nampan makanannya di meja samping tempat tidur. Aku hanya menghabiskan jus melon yang mommy bawakan dari rumah. Alhasil perutku kembung.
“kalau seperti ini kapan kamu mau eluar dari rumah sakit?” Tanya mommy.
“makanya, mommy beli’in aku nasi padang” kataku bersemangat.
Mommy menghela napas sebagai keluhnya.
“baiklah, mommy akan menanyakan hal itu pada dokter hardi” ujarnya.
Aku Tersenyum lebar. Memamerkan sederet gigiku yang terpasangi kawat behel bergenre merah jambu. Tak lama kemudian seeorang datang menghampiri mommy, lalu dengan amat sopannya ia mencium tangan mommy. Hah… orang itu datang lagi. Keluhkuu dalam hati.
“bagaimana sayang? Kamu sudah tidak lagi kesepian dong ka nada mas ari” kata mommy.
“eng…”
“tentunya tasya gak kesepian tante” orang itu menyerobot kata-kataku.
What? Mom! Aku disini tuh sendirian tau! Itu bohong! His! Pinterbanget sit u orang memutar balikan fakta. Jelas-jelas dia ninggalin aku kemarin. Untungnya ada Davi dan keysha.
“oke, kalo gitu mommy tinggal dulu ya kalian. Mommy ada meeting pagi ini. I entrust tasya with you” kata mommy seraya mengalihkan pandangan ke orang itu. Dia langsung mengannguk secara cepat.
“sayang” kata mommy kali ini beralih ke aku. “nanti mommy kabarkan bila dokter sudah mengizinkan kamu makan nasi padang” kata mommy. Ia mengecup keningku sebelum menghilang di balik pintu.
Tinggal aku dan si pembohong itu. Yang berada di kamar ini. Aku menatapnya dengan tatapan sinisku. Tidak ada kata maaf untuk pembohong macam dia! Dasar pembohong! Aku bias mencium aroma kebusukannya!
“ada yang salah dengan saya?” Tanyanya
Bodohnya orang itu!. Jelas-jelas dia yang membuat kesalahan. Malah mengajukan pertanyaan seolah ia tidak tau apa yang terjadi. Makin jengkel aku di buatnya. Dari pada aku emosi lalu membuat keonaran di rumah sakit ini. Lebih baik aku mengalihkan pandanganku ke destock handphone-ku. Aku menerima sms dari Davi. Aha! Perasaan jengkelku cukup mereda dengan kehadiran davi yang memenuhi inboxku
Gmn kesehatan lo hri ni?
Aku segera membalasnya
Udh lbh baikn ko. Oya gmn keysha? Lo antr ampe rmhnya kn?
Sesekali aku menengok ke samping kananku. Ku temukan orang yang bernama ma sari itu sedang berbaring di sofa dengan memainkan ipod nya. Tanpa ku perdulikan dia aku kembali lagi ke layar handphoneku. Aku mendapati sms masuk. Pasti dari davi!
Wah sbntr lg msk sklh y? gw smlm nyri2 dlu. Gw dpt dy di halte. Bru dh gw antr plg. Tnang keysha slamet ama gw
Bener kan smsnya dari davi! Syukur deh kalo keysha selamet sampe rumah. Batinku melega.
Doain aj y spya gw cpt mask sklh. Oke gw prcy ko sm lo
…
To: ranandatasyaa
Je fais bien ici (perancis: aku baik-baik saja disini) syukurlah kalau kau sudah baikan. Iya jelas ibumu akan kawatir. Kau kan masih tergolong anak ingusan. Hehehe :P minum obatmu biar kau sepat sembuh.
Jeremy^^
Aku senang Jeremy terus bersikap seperti ini padaku. Aku merasa di sayang olehnya. Kalo begini caranya jadi pengen ketemu sama Jeremy.
SUREPRIZEE!!!!
Wah seneng banget kak bov, dan temen-temen aktivis datang. Kak Stephen. Kak ica, serta anak-anak yang kami ajar.
“hai kak tasya” sapa beberapa anak.
“wah kalian datang kesini kok gak kasi kabar dulu?” tanyaku keheranan serta senang.
“kan kami mau bikin pulplis(baca:surprise) buat kak tasya” kata farhan yang lidahnya masih keseleo alias cadel. Biarpun cadel farhan ini paling cerdas menurutku.
“ini untuk kak tasya” kata si kecil sarah yang menjulurkan mini parsel buah-buahan di dadanya.
“terimakasih sayang” kataku mengelus kepalanya.
Anak-anak itu sangat sopan. Walaupun merekan hanya mendapatkan pendidikan nonformal dari kakbov dan para aktivis lain. Tapi, itu sangat merubah tingkah laku,spoan santun,tatak rama, dan tutur bahasa mereka. Kak bov memang super ajaib dalam bidang ini.
“maaf kami hanya bisa seperti ini” kata kak bov dengan sangat merendahnya.
Kalo udah ngomongin kak bov Cuma bisa geleng-geleng kepala sambil ngangkat dua jempol deh. Ini cewek supel banget. Gak kayak cewek lain yang dikit dikit salon. Ah menurutnya kecantikan itu memang hal yang pertama tapi bukan hal yang utama. Pernah suatu waktu aku bertanya. Kenapa orang secantik kak bov tidak pernah pergi kesalon untuk mempercantik diri? Seharusnya yang namanya kaum hawa pasti ingin mempercantik dirinya. Dan dengan simple nya kak bov menjawab.
“jika wanita cantik apakah harus menjadi periorotas yang utama?”
Aku menggeleng.
“nah kamu sekarang lihat. Apakah Miranda gultom, atau sri mulyani dilihat dari kecantikannya?”
Aku menggeleng lagi.
“ketika seseorang melihat dua wanita super itu apa yang akan mereka katakan?”
“pintar, interesting, kritis” jawabku
Kali ini kak bov mengangguk dan tersenyum
“tanpa kecantikan mereka tidak tampak buruk. Iyakan? Malah masyarakat Indonesia menyukai karakternya” jelas kak bov.
Kembali lagi ke suasana tadi di kamar rawat inapku yang membosankan tapi kini di penuhi oleh teman-temen aktivis dan beberapa anak.
“justru aku yang harusnya berterimakasih. Karena telah marepotkan kalian”
“kami tidak merasa di repotkan sama sekali” sambung kak Stephen. Di ikuti oleh anggukan beberapa anak secara serempak.
“kak tasya disini sendirian ya?” Tanya sarah dengan polosnya.
“eng…”aku mencari-cari orang sinting itu. Maksudnya supaya menunjukan kalau aku disini tidak sendirian. Lalu segera memalingkan wajah ke sarah seraya menebar senyum ragu “iya, kakak sendirian sayang” kataku yang akhirnya tidak menemukan orang sinting itu.
No comments:
Post a Comment