Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Sunday, April 13, 2014

Topeng kehidupan



Hidup adalah  sebuah
petualangan yang kerap memberikan kita rintangan, pilihan, dan kesulitan. Tatkala
kita sebagai manusia, sebagai makhluk yang berlumuran dosa ini adalah tokoh
utamanya.

Hidup membuat banyak orang memakai topeng, topeng kehidupan—sebagai
lakon atas dirinya. Hidup sering kali membuat kita terpaksa menjadi orang lain.
Membuat kita lebih egois, ingin ini, ingin itu, ingin segalanya. Bila perlu
seantreo bumi adalah milik kita seorang.

Rasanya semua manusia mulai memakai topeng. Bahkan acap kali
aku tertipu dan sulit membedakan yang mana yang memakai topeng dan yang mana—yang
tidak. Yang mana yang bepura-pura dan yang mana yang menerima kita apa adanya.

 Hidup juga tidak bisa memberi jaminan, kepastian yang layak
bahwasannya manusia tetap pada titiknya. Anggaplah semua orang yang
berlalu-lalang adalah semua kepura-puraan. Sampai akhirnya kita jengah dengan
orang yang bertuhan uang, bermental kompeni. Memperdaya orang-orang di bawah
dengan iming-iming surga.
Yang tersenyum, belum tentu dia bahagia. Yang
tertawa, mungkin saja memendam duka. Yang bersedih siapa tau hanya berpura-pura.
Tidak semua yang baik itu tulus, bisa jadi ia punya kepentingan.

Lalu, di mana letak ketulusan itu?...

Tatkala kita mempercayai bahwa semua
manusia akan bersikap jujur, tapi kadang seseorang memerlukan beragam topeng
untuk menutupi keburukan dan menyembunyikan kebaikan

Dan di mana kau sembunyikan hati yang
berpredikat