Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Wednesday, June 22, 2011

bagian 2


                           Empat
     Aku membuka laptopku usai menuntaskan tugas fisika yang di berikan Pak Ilo. Aku mengaktifkan YM-ku. Saat itu malam hampir larut. Tapi, mataku tak kunjung terpejam. Aku menerima YM dari Mas Dylan.
Dylan : Hai, lagi apa kamu?
Tami  : eh mas delan. Abis belajar. Mas delan lagi apa?
Dylan : lagi di jalan udah malem ko belom bobo?
Tami  : lho? Emang mas delan mau kemana malem-malem beggini? Belom mas, gatau nih aku   gak bisa tidur.
Dylan : tidur lah. Besok kamu kesiangan lho! Aku mau jemput pacarku di kampusnya.

     Aku mengulang kalimat terakhirnya. Mengarahkan mouse dengan lambat lambat. Aku-mau-jemput-pacar-ku-di-kampus-nya. Mataku kini membulat nyaris keluar dan aku terpukul. Harapanku hancur… saat itu,tentu saja aku kaget. Dan lebih tepatnya lagi aku merasa sedih serta kecewa.
Dylan : tami? Ko ga bls ym ku? Udah bobo ya?
     Malam itu aku menangis sejadi-jadinya, benar-benar aku kecewa di buatnya. Mas Dylan yang selama ini baik padaku. Ternyata sudah punya pacar? Jadi selama ini apa maksudnya ia perhatian padaku? Kenapa gak mengabaikan ku saja? Hah? Jadi aku tidak menaruh harapan besar padanya. Aku gak pernah mengerti di balik senyumnya. Gelagat matanya menaruh penuh pesona. Yang membuatku terpancing.
      “Mas Bintanggggggg!” aku menangis ketika menerobos kamar Mas Bintang. Tanpa ketuk, salam atau permisi.
      Mendapati Mas Bintang yang tengah menyeruput kopi yang menemaninya dalam mengerjakan setumpuk tugas kuliah. Aku bisa melihat tumpukan kertas-kertas A4 itu di meja belajarnya. Tapi ku abaikan. Mas Bintang mungkin terkejut melihat aksi ku. Tiba-tiba datang. Terus nangis-nangis. Seperti Alba yang minta beliin robot-robotan, tapi gak di turutin sama Papah.
    “Kenapa kamu?” Tanya mas bintang keheranan.
    “Mas, apa bener Mas Delan udah punya pacar?” tanyaku seraya terisak-isak.
Mas Bintang mengangguk. Aku makin sedih dengan anggukan kepala mas bintang. Itu berarti benar.
    “Kamu suka sama Delan?” Tanya Mas Bintang. Aku mengangguk keluh. Tapi aku belum percaya tanpa adanya bukti. Padahal aku tau dari Mas Dylannya sendiri. Tapi aku tetap gak percaya. Oke now or never. Aku harus menanyakannya. Ini menyangkut perasaanku. Cinta pertamaku dan Mas Dylan, orang yang selalu ku harapkan untuk ku miliki. Hasrat untuk memiliki Mas Dylan begitu besar. Tapi hasrat itu masih berapi-api tapi harapanku kandas. Begitu Ma Bintang memperlihatkan foto-foto Mas Dylan dengan pacarnya. Air mataku benar-benar turun. Karena aku sangat terpukul saat itu.
   “Namanya Adisty, dia temen kampus Mas Bintag juga. Tapi beda fakultas” jelas Mas Bintang. Itu jelas menusukku. Mas Dylan gak salah pilih. Adisty lebih cantik dariku. Aku Cuma bocah SMA yang kadang masih ingusan. Rambutku juga masih sering di kuncir kuda. Apa artinya diriku ini di bandingkan Adisty. Mas Bintang menghapus air mataku.
   “kenapa Mas Bintang gak cerita kalo Mas Delan punya pacar?” kataku masih sedikit terisak.
   “kamu gak cerita kalo kamu suka sama Delan. Ya mana Mas tau.”
    Oke aku bikin kesalahan lagi! Pertama karena aku gak pilih-pilih buat suka sama orang. Main jatuh cinta aja. Gak liat-liat tempat. Jatuh sendiri kan aku yang ngerasain sakitnya!. Kedua aku gak bilang Mas Bintang kalo aku suka sama temennya. Kalo aku bilang kan seenggaknya Mas Bintang bakalan ngelarang aku suka sama temennya itu. Jadi aku gak bakalan kayak gini!
    Aku kembali ke kamar.. aku terlelap di tempat tidurku. Dalam isakan tangisku. Mas Dylan telah mengkontaminasi hatiku. Aku begitu nelangsa sekarang… hiks…. Ku rasa aku tidak benar-benar tertidur. Aku hanya terhanyut dalam kondisi tidak sadar dan tidak bisa berpikir. Hanya bertahan dengan segenap kekuatan ke perasaan yang bebas. Dimana saat ini aku masih bisa bernafas.
                                                       ©©©
  Aku segera bangun setelah matahari membiaskan cahaya pertamanya di luar jendela kamarku. Usai sarapan semangkuk sereal aku siap berangkat ke sekolah. Pagi ini Seperti biasa. Arza menjemputku. Mataku terlihat sembab. Untung tertutup dengan  kacamataku. Tapi Arza tetap bisa melihat kesembaban mataku. Aku tidak mau memikirkan hal itu lagi.
   “Semalem abis nangis ya bu? Kok nelangsa amat?” pertanyaannya sukses menebak keadaan diriku.
   “Enggak kok” kataku mengelak tuduhan Arza.
   “Yaudah jangan nangis lagi ya bu. Yuk cabut” lalu mengajakku untuk naik ke belakangnya. Ia sempat berbelik badan untuk melihat kondisiku lagi. Lalu tersenyum.
   “Makan ini ya tuan putri biar lebih refresh” kata Arza mengeluarkan permen mint dari kantongnya lalu menyodorkannya padaku. Ia sering menyebutku tuan putri, ibu, tante, atau apalah seenak jidatnya. Untung Arza bukan seorang yang introvert. Walau hatiku kini berselimut kalbu. Aku masih bisa tersenyum dengannya. Ketika peri-peri dan tukang sihir memamerkan kesaktiannya. Arza menunjukan persahabatannya. Benar-benar teman utusan dari langit.
   I belive you can” kata Arza menyakinkanku. Padahal aku belum menceritakan apa masalahku. Tapi ia tetap mendukungku. That’s is friendship. I’ll be fine J
                                                       ©©©
      Aku seperti mengalami horor night. saat mengetahui Mas Dylan yang telah mempunyai pacar. Setelah itu aku berusaha untuk menghapus Mas Dylan dari hatiku. I must erase him from my heart now. memangsulit apalagi, Mas Dylan kan first love ku. Hari ini aku harus pulang telat karena ada tugas  kelompok. dari Bu Sarah tentunya aku sekelompok dengan Arza, Bu Sarah si yang menentukan. Tapi, gatau kenapa aku dan Arza selalu dapat bagian yang sama.
     Dan benar kata Arza, tidak sedikit orang yang menganggap kami pacaran termasuk Bu Sarah. Kami yang mendengar kasak-kusuk gossip kaki lima seperti itu. Cuma ber haha hihi doang untuk menanggapi hal itu.whatever they will say. Yang penting aku sama Arza tetap berhubungan baik.
      Ada 6 orang di kelompokku, aku (pastinya), Febry, Elisa, Hany,Arza dan satu lagi Elang. Sial banget kan ada Elang pula. Ini yang aku gak suka. Tadinya aku sempat meminta sama bu sarah supaya elang diganti sama yang lain tapi bu sarah tidak mengizinkannya entah karma alesan apa aku juga gatau. Sial banget si aku ini. Buat hany si enak bias mantengin elang terus-terusan tapi aku? Jangankan ngeliat, ngelirik aja OGAH!
    Mereka sepakat untuk belajar di rumah Elisa aku pun setuju, tapi yang aku gak setujunya aku harus berada di mobil Elang, bersama Elisa, Febri dan Elang pastinya. Tadi aku ingin sama Arza naik motor tapi Hany keburu nemplok duluan di motor Arza. katanya suka sama Elang tapi Arza di embat juga! huh maunya apa sih?. Dari pada aku harus jalan kaki ke rumah Elisa,  jauh banget. apa aku naik ojeK aja? Atau naik taksi?  Gak mungkin naik taksi. Untuk remaja seperti aku naik taksi itu pasti menguras kantong. uang jajan ku kan gak seberapa . mamah hanya memberiku uang ceban lebih goceng. itu juga syukur-syukur kalo lebih. So.. sekarang aku harus memeksakan bokongku di salah satu jok mobil Elang. Kepepet!.
                                                       ©©©

SISTEM EKSKRESI IKAN
Itu materi yang di berikan Bu Sarah untuk kami bahas bersama.
    “Sistem ekskresi ikan berupa ginjal yang berfungsi sebagai pengekskresian limbah nitrogen dan mengatur tekanan osmosik cairan tubuh”  jelas Hany membuat kami ber-ooo-ria.
   “Cairannya berupa apa aja?” Tanya Arza
    “Limbah hasil ekskresi ikan terdiri atas sembilan puluh persen amoniak dan urea yang di buang melalui anus”  jelasku. Hemmm aku gak bilang, aku pinter ya. Cuma aku gak bilang juga aku tergolong orang-orang bodoh. Aku sedikit mengerti soal ini. terutama dari buku-buku yang aku baca. kebetulan papah adalah dosen di salah satu universitas swasta. di Jakarta. so beliau adalah kutunya buku. dan otomatis beliau menanamkan kebiasaan membaca kepada anak-anaknya termasuk aku. Bahkan Alba saja yang masih kecil di biasakan membaca buku-buku cerita ataupun fable.
    “Ikan tuh bias keringatan gak?” Tanya Elang membuatku tersontak melotot.
ini pertanyaan yang menurutku aneh. Ikan keringetan? Ckckck.
   “Ikan mengekskresikan banyak urine yang telah di encerkan oleh ginjal bukan berupa air keringat yang di ekskresikan. seperti manusia tapi cairan berupa ammonia dan urea” jelasku cukup logis. ini dia yang ku sukai dari pelajaran eksakta. terutama biologi. karena pertanyaan bodoh macam tadi bias di jawab secara logis. pastinya jawabanku bisa di terima dan masuk akal dong.
     “Perbedaan hipotonis dan hipertonis apa?” Tanya Elisa seraya mencari jawaban di glosarium buku halaman belakang.
    “Aduh. Elisa masa gitu doang lo gak tau, hipotonis itu larutan yang memiliki konsentrasi rendah dan hipertonis sebaliknya” kata febry dengan gaya sok tau. dia mirip enksilopedia  education aja hehehe.
                                                       ©©©

Aku menerima SMS dari Mas Dylan setibanya aku di rumah.
From: Mas Dylan
Hai tami , lg pa? Ko kmrn ym ku gk d bls?
    Ngapain coba dia SMS-ku? Belum puaskah menghancurkan hatiku? Aku melemparkan handphoneku ke tempat tidur, lalu aku mengganti pakaian dan pergi makan di pantry. Tidak lama kemudian, setelahaku baru saja melahap beberapa sendok nasi. Mas Bintang menarik salah satu kursi di pantry dengan wajan yang tak sedap. Aku menyerengitkan alis mataku.
   “Mas Bintang kenapa? Kalah main ps lagi sama mas dika?” tanyaku penasaran. Mas Bintang bakal cemberut asem dan marah-marah sendiri kalo dia kalah main takken2 sama Mas Dika. Mas Dika itu sepupu-ku, hemm tepatnya dia anak bude-ku.
Mas Bintang menggeleng
   “Lalu kenapa?” tanyaku kembali.
   “Cewek yang mas suka jalan sama temen Mas, Dek” katanya lemas.
     Dan kembali lagi ku temukan orang yang tengah patah hati, ternyata gak Cuma aku tapi Mas Bintang juga (yes! punya temen) jahat banget si aku ini. Orang lagi patah hati aku malah seneng. kenapa semua orang ribet sama yang namanya cinta? Perasaan dulu waktu aku masih duduk di bangku SD aku gak pernah se-nelangsa ini deh. Sekarang aku belingsatan. tanpa Mas Dylan di hatiku. Begitu juga Mas Bintang yang tengah merasakan sakitnya. sama sepertiku.
                                                       ©©©

     Lama-lama aku trbiasa kok dengan kacamataku yang sekarang nyangkut di depan mataku, gak seburuk yang ku kira kok.
     Hany ternyata mencari-cariku dan langsung bilang “Gue muter-muter gedung sekolah nyari batang idung lo tau” kata Hany yang berhasil menemukan ku bersama Arza dikantin.Padahal saat itu aku sedang menikmati somay-ku. Ya sambil cerita soal kebusukan Elang. Tapi, Hany menyeretku menjauhi Arza. Oh ternyata Hany ingin berbicara dengan ku. ku tebak hemm sepertinya sedikit penting sampai Arza ku tinggalkan.
    “Tami. lo kan deket sama Elang tolong kasi ini ya ke Elang” kata Hany seraya senjulurkan sepucuk amplop merah jambu kearahku.
Apa maksudnya? Aku deket sama Elang? Deket dari hongkong! Asumsi lo salah hany! Hany tuh gak mikir apa kalo aku tuh sama sekali ogah deket-deket sama Elang. Cuma sekali pulang banreng aja di bilang deket, itu juga karna TERPAKSA kalo enggak. ih makasi deh.
   “Hemm kenapa lo ngasih nya ke gue? Kalo ngasi langsung kan lebih enak” aku sedikit menyarankan. tujuannya si mau nolak hehe
    “Gue malu kalo ngasih langsung, tam. gue percaya elo kok.” Katanya pasti. Krasa-ku mengatakan TIDAK. Hany membujuk-ku agar membantunya. Iya iya aku mau membantu Hany, dan tentu saja hal ini masih rahasia. Arza saja tidak ku beri tau.
                                                       ©©©

      Arza izin pulang pada jam istirahat ke-2. Karena, nanti sore ia akan mengikuti CUP. di sekolah BAKTI UTAMA. Jadi, musti persiapan buat kompetisi nanti. Terus aku? Pastinya harus pulang tanpa Arza, huft males deh. Aku merasa kebelet pipis saat jam pelajaran berlangsung. maka dari itu aku segera ngabur ke toilet, usai menyiram kloset dengan kurang dari seember air aku menemukan sosok Elang dihadapanku
Elang? Ngapain dia? Mengganggu pemandangan-ku saja.
      “Ngapain lo disini? Mau ngintip ya?” tanyaku sinis.
     “Emang menurut lo yang pergi ke toilet Cuma buat ngintipin lo dang? Kurang karjaan amat gue!” katanya sukses membuatku keki. Aku menuduhnya tanpa alasan yang konkrit. Aku terjebak dalam kata-kataku sendiri. Sial sial sial.
      “Ini buat lo” kata ku menjulurkan sepucuk surat tadi.
      Mumpung Elang ada si depan mataku jadi kuberikan saja, setelah itu aku langsung ngabur menjauhi manusia nyebelin itu tanpa menyebut identitas yang mengirim surat. hemm pastinya ada dong nama Hany di dalamnya. Aku gamau lama-lama liat Elang. bisa-bisa nanti aku cepet tua di bikinnya. karena aku yang selalu esmosi eh salah maksudnya emosi saat bertemu elang.
                                                       ©©©





                            Lima
     Aku mendekati Erlita teman sekelas-ku yang sering di juluki enci. ENCI GLODOK. Bukan Cuma karena matanya yang sipit. ataupun keturunan tionghoa aja. Tapi, dia sering menjajakan barang dagangannya di kelas mulai dari pulsa,  baju, dress, nasi uduk, alat kosmetik, minyak wangi, dan masih banyak lagi yang tidak bisa ku sebutkan disini.
      Hemm mungkin kalo misalkan pacarnya bias di jual. dia bakal ngejual pacarnya juga kali ya? Hehe tapi gak separah itu kok soalnya belum ada bukti yang autentik kalo si lita mau jual pacar. Menurutku dia cantik sih dengan rambutnya yang ikal dan bulu yang cukup lentik untuk menghiasi matanya. Juga Rambutnya yang sering di cablakin sama anak se-kelas buceri (bule ngecet sendiri) pirang sih soalnya.
        Hemmm… satu lagi yang aku sukai dari si Ellita ini gaya ngomongnya itu lho. yang suka nyablak dan gak di ayak. So dia ceplas-ceplos dan itu membuat perutku menggelitik.Eh ko jadi keterusan ya ngomongin enci glodok si? Balik lagu yuk e cerita. Aku mendekatinya pastinya punya maksut, tujuan dan kepentingan. Apa lagi kalo bukan minta tebengan pulang?
      “Ta, gue nebeng motor lu ya nanti sampe rumah?”
      “Kalo sampe rumah bukan nebeng oon. Itu nganterin. Lu kira gue tukang ojek.”
      “Iya anterin gue deh”
      “Boleh “ kata-kata erlita membuat nafasku cuykup lega. “Tapi bayar goceng” masi ada tapinya lagi. huh. tuh bener kan kataku apa-apa di jadiin bisnis. Lita tuh pantesnya masuk kelas sosial biar dapet pelajaran ekonomi!
       “Mahal banget, gopek aja ya?” ake bernego mirip orang di pasar yang tengah berniaga. Erlita mengeluh. Huftt.
      “Jaman sekarang apa-apa naik neng,  Ngaco aja gope. Beli es kenong juga gak dapet!agi lo gatau apa hukum ekonomi semakin tinggi permintaan,semakin tinggi juga harga yang di tawarkan.”  kata Erlita menirukan gaya Bu Rusli saat menerangkan hukum ekonomi di kelas X dulu.
       Aku gak salah bilang kan. kalo Erlita tuh harusnya masuk kelas sosial aja. cocok tuh jadi anaknya Bu Rusli. Aku yakin, Erlita setelah lulus nanti dia bakalan langsung ngabur ke glodok buat bantuin engkohnya jualan panci! Hehehehe
Dan dengan terpaksa aku menyetujuinya, dari pada aku gak bisa pulang…
                                                       ©©©
     Hari sabtu enaknya di rumah molor! Aku rasa tukang sayur komplek udah pada gak teriak-teriak lagi. Berarti udah aman posisi ku untuk ngelanjutin tidur hehe. Penyakit yang kadang nempel di tubuh ku ini adalah M (males). Apalagi kalau hari sabtu, saatnya libur dan saatnya tidur sampe siang hehe.
     Tapi gak sesuai harapan ku nih.mamah menyuruhku menyiram dan mencabuti dedaunan kering di halaman depan. Huh mamah gak cees banget sih sama aku. Aku terpaksa menurutinya. Saat asik meniram tanaman aku menemukan batang hidungnya Mas Dylan yang tau-tau nongol tanpa diundang di depan rumah ku, dan ia langsung tersenyum lebar menyapaku.
    “Hai Tami, wah rajin banget ya. Hemm Mas Bintangnya ada gak?” sambil sepik nanyain Mas Bintang lagi , aku tidak ingin melihatnya. Aku juga tidak ingin menjawabnya. Gak penting bagi-ku .
     “Eh nak Delan, nyari Bintang ya?” kata Mamah dari dalam yang tau-tau keluar membawa senyum sumringah  dan langsung menghampiri Mas Dylan. Untunglah Mamah dateng. Jadi, aku tidak perlu menjawab dan meladeni orang itu.
    “Iya Iante, Bintangnya ada?” tanya orang itu.
    “Ada ko , masuk aja ya nak Delan, Bintang ada di kamarnya”
     “Iya tante” lalu ku lihat orang itu ngeluyur pergi ke dalam rumah.
     Mamah baik banget sih sama orang satu itu. Udah kayak anaknya aja. Mah yang jadi anak ini kan aku, Mamah pasti langsung menendang bokong orang itu kalau tau Mas Dylan telah menyakiti hatiku. Tapi sayangnya, aku gak pernah cerita sama Mamah soal siapa-siapa saja yang aku suka soalnya…(mikir dulu) ya itu tadi seperti sebelumnya aku ceritakan kalo aku belom pernah suka sama cowok, dan ketika aku suka sama cowok aku belum berani cerita, tapi kalaupun aku cerita nanti aku diketawain tagi. Ih gamau ah!
                                                       ©©©

      Usai membantu Mamah, aku segera ngucluk kekamar biar gak ngeliat wajahnya Mas delan. Muak aku! Dan pastinya batin-ku teriris sakit.
     Aku melangkah menaiki tangga, hemm sempat ngengintip sedikit sih (awas bintitan) mas bintang dan temannya yang satu itu tengah asik menonton film south kensington. Film itu sudah 2 kali aku tonton sampai bosan aku.
Alu kembali melemparkan seperangkat tubuhku di tempat tidur
Drrtt..drrrtt..drrtt…
Satu pesan mendarat di desktop handphone-ku setelah aku melihat ternyata dari.
From : elang busuk!
Hai tami. lg pa?
Apa maksudnya coba? Tiba-tba SMS-ku setelah ku presiksi gak ada angin , gak ada hujan, dan he say “hay tami lagi apa?” sok deket banget sih1
To : Elang busuk!
Ap? Mo gngguin gw lg, hah?
    Aku membalasnya dengan sedikit sewot. eh banyak ding hehe. Aku menamai elang di handphone-ku Elang busuk! Itu karena tingkahnya yang ku anggap busuk. dan aku cukup menjaga jarak dengan laki-laki yang mendekati-ku, takut-takut nanti aku kecolongan lagi, seperti Mas Dylan yang sukses mecuri hatiku saat ini.
Drrrtttt…drrrttt…drrtt.
From : Elang busuk!
Ko gt doang swot sh? Huh pyh lo!
Tuh kan sudah ku bilang sebelumnya Elang tu nyebelin, ngeselin, nyolotin. Mending tadi tidak ku balasin SMS-nya. Hanya membuat emosi saja.
                                                       ©©©
         Akhir-akhir ini aku dengan sengaja tidakmengaktifkan YM-ku, nulis di blog, email, frontal ditwitter, ataupun ngebacot di facebook-ku. Karena… soal hati-ku. Aku yang tengah menghilang dari peradaban dunia maya demi kebaikanku. Biar gak ketemu Mas Dylan si situs-situs semacam itu. Dan puluhan SMS-nya yang mendarat di desktop handphone-ku dari mas delan  minggu ini juga tak aku balaskan. Jangan kan ku balas, aku baca saja tidak, begitu SMS masuk aku langsung men-deletenya.
       Kerjaanku saat ini hanyalah menjadi siswa yang baik di sekolah,Menjadi anak yang baik intuk kedua orang tua-ku, jadi adik yang manis untuk mas bintang , jadi kakak yang cantik untuk alba, dan juga jadi teman yang baik untuk arza. Itu saja tidak ada yang lain.
     Aku ini anak satu-satunya perempuan dirumah otomatis banyak yang menyayangiku contohnya mas bintang yang terang-terangan melontarkan selemparan kata saying padaku waktu aku sakit dan di opname di rumah sakit beberapa waktu yang lalu. So… aku memanfaatkan rasa sayangnya. Gak jahat dong kalo Cuma bermanja-manja ria sama Mas Bintang? Apa lagi aku tau saat ini Mas Bintang senasib denganku.
    “Mas yuk nonton resident evil empat ?” ajakku sedikit memaksa. Kalo gak di paksa kayak gini mas bintang gak bakalan mau dijamin deh. Akhirnya setelah melakukan pengorbanan yang cukup banyak untuk membujuk mas bintang. Ia menganggukan kepalanya, yes nonton!.
                                                       ©©©
     Sesampai di 21 aku masuk ke studio 6 film akan di mulai 5 menit lagi. Aku duduk di kursi nomer D.15. dan ternyata di kursi itu sudah ada yang mempatin. Tau tidak orang nya siapa? Iya bener itu Elang! Manusia sinting itu. Padahal aku tidak ingin melihat wajahnya. Di sekolah saja sudah cukup membuatku muak!
    “Sorri. Ini kursi ada yang punya” kataku masih bernada santai. Tapi nadaku sedikit berdesis. Saat itu Mas Bintang tengah membeli pop cron.
   “Siapa lo? Yang punya kursi ini tu gue”
   “Hah? Sinting lo ya? Jelas-jelas ini punya gue nih liat  tiketnya.”aku menjulurkan tiketku.
   “Lo kira Cuma lu doang  yang punya. Nih. Gue juga punya! Seenak nya aja lo” katanya mengeluarkan tiket yang sama. Mataku kontan melotot. Melihat keberaniannya menjulurkan tiket itu. Ku ambil tiket nya lalu ku samakan.
   “Eh bodoh! Lo gak bisa baca ya! Ini tuh studio 6. Yang filmnya evil empat!” kataku menggubris. Aku bisa merasakan orang-orang di sekelilingku yang mulai memusatkan perhatian kepadaku. Tapi aku sebodoamat dengan mereka. Tak peduli ataupun hirau. Elang malah tersenyum sengit kearahku.
   “Ini emang studio 6 tapi bukan evil empat. lo baca dong tiket lo baik-baik. Nih liat. Film lo studio lima!”
        Aku menarik tiketku dari tangannya kembali. memastikan. Ternyata aku salah masuk studio. Aduh aku malu banget!. Malu. Malu. Maluuuuuu. Aku segera berlari keluar dan mendapati mas bintang dengan orange juice dan dua buah pop cron. Dan ia melihatku dengan alis yang naik. Aku tak menggugah pandangan Mas Bintang. Segera menarik mas bintang untuk masuk studio. Kali ini tidak akan salah lagi kok.
       Film yang banyak ku temukan Zombie didalamnya pun ku tonton, walaupun masih dalam atmosfer kesal yang menerkam ku. Tapi, film ini. sukses membuatku menjerit keras karena aku takut dengan si zombie dan jutaan temannya. Aku pun tidak segan-segan untuk beberapa kali memeluk mas bintang , wong itu mas-ku ehehe. Aaa Mas Bintang aku takutt!. Bodoh ya aku, tadi ngajak-ngajak Mas Bintang sampe ku tarik2 bajuya. sekarang teriak-teriak ketakutan , aneh!
                                                       ©©©

       Usai menonton film yang cukup memnuat adrenaline ku bangkit. Aku dan Mas Bintang mampir di kafe weny. Hemm.. hanya sekedar main-main doang sih gak ada tujuan lain. Tapi yang membuat-ku malas dan ingin buru-buru pulang, ketika kami bertemu dengan Mas Dylan dan dia bersama orang yang ku prediksi sebagai pacarnya. Aku yakin itu adalah adisty. Udah gitu Mas Bintang bukannya cepat mengajak-ku hengkang dari tempat ini. malah menyruh Mas Dylan dan cewek itu bergabung bersama kami. Di hadapanku lagi. Padahal kan Mas Bintang tau aku suka sama Mas Dylan tapi? Mas Bintang gak mikir perasaanku apa? Hiks.
    “Hai Delan, Adisty. Kalian abis nonton juga?” tanya Mas Bintang tersenyum simpul kearah keduanya.
   “Iya, lo juga?. Hai Tami” Mas Dylan menyapa-ku dikalimat terakhirnya. Aku Cuma tersenyum kepaksa aja. Malas banget aku dengan orang macem dia. Udah ada ceweknya masih aja sok baik dengan ku. Huh dasar cowok gak bener!
   “Hai Tami , ini pasti adiknya Bintang ya” kata Adisty yang menurut-ku sok akrab. Iya lah aku ini Adiknya Mas Bintang. Ya masa Adiknya Bang Toyib sih? Hadehhh!
    “Hai” jawab-ku singkat.
          Aku tak perlu menanyakan namanya, sudah jelas aku tau kalau itu adalah adisty. Memang belum pernah ketemu langsung sih tapi kan Mas Bintang pernah memperlihatkan foto-foto Adisty dengan Mas Dylan di facebook-nya.
     Dan aku juga tidak perlu basa-basi dengannya ataupun Mas Dylan. aku kira, tidak ada yang perlu di bahas untuk saat ini dan mudah mudahan juga untuk selanjutnya. soalnya aku sudah tidak ingin berbicara dengan Mas Dylan lagi.
      Aku mengaduk-ngaduk banana split-ku yang setengah meleleh. Mereka tengah asyik bercengkrama dan tidak jarang juga aku mendengar haha-hihi dari ketiganya. Tapi aku tidak bercampur ria dengan mereka. Aku sedikit menyekatkan diriku dari mereka. Sesekali aku tersenyum untuk menghargai mereka.
      Aku juga sempat beberapa kali memperhatikan paras cantinya adisty yang lebi cantik aslinya di bandingkan di foto. Mungkin adisty adalah foto genic . tidak seperti aku? Apa aku ini?serasa langit dan bumi  ketika memandang adisty dan membandingkan dengan diriku. Kapan sih aku bias seperti adisty? I think Never can
                                                       ©©©














                        Enam
       Kalau aku lagi gak ada kerjaan seperti sekarang pasti aku memainkan laptopku aku udah bilangkan di halaman sebelumnya kalau aku gak punya saudara perempuan di rumah ini. Masa mau ikut main basket sama Mas Bintang? Atau ikutan main mobil-mobilan sama Arba? Rasanya gak mungkin deh.
        Ada si sepupu-ku namanya Sinta, tapi dia sekarang tinggal di USA untuk melanjutkan kuliahnya. Long time no see with sinta. Kami hanya berhubungan lewat E-mail saja. Hanya sebuah e-mail yang membuat kami terhubung selebihnya tidak. Itu pun kalau ia sempat membaca dan membalas email ku yang ku dengar dari cerita kakek-kan Sinta sangat sibuk dengan program sarjana-nya disana.
       Karena saat ini aku sedang iseng tingkat dewa aku membuka icon facebook orang. Hemm tidak ada yang menarik, sampai ku temukan kiriman dari facebooknya elang yang masuk ke beranda-ku. ERLANGGA SETYA PUTRA ALFIAN.itu nama facebooknya elang dalam kirimannya tertera alamat wibesite nya, hemm macem blogger gitu. Eh tapi setelah ki buka beneran blog sih hehe. Aku segera meng-klik link yang tertera disana.
     Terpampang dengan jelas judul blog-nya CORETAN SI ELANG BODOH. Aku setuju dengan kata-kata itu akhirny si elang mengakiu kalau dirinya bodoh. Aku tersenyum puas membacanya. Karena aku penasaran dengan isi blog itu maka ku baca-lah blog nya.

Bermain dengan mereka itu indah

Sore ini sepulang sekolah, seperti biasa aku pergi  ke tempat yang seperti biasa ku kunjungi, tempat yang kumuh dan kotor , tempat ini ku fonis tidak layak huni oleh manusia secara logika, tapi apa boleh buat, mereka bertahan gidup tanpa logika . tapi aku tidak akan menyalahkan merekan , aku hanya bisa berbagi sedikit yang ku punya , yang menurut ku tidak berharga . aku suka disini, aku bisa berjumpa dengan teman-teman kecil-ku. Doni, siska, reva, indah dan teman lainnya. Mereka memeng masih kecil. Tapi mereka mempunyai keinginan yang besar , semoga semua yang ku ajarkan bisa membuat mereka lebih baik.

Elang? Ngajar? Aku menyerengitkan alisku lalu membaca post selanjutnya.

Engkau yang ku cinta semoga tenang disana.

Aku biasanya mengunjungi teman jalananku yang selalu bisa membuatku terharu akan semangatnya. Tapi sore ini aku harus menemani mamah yang terbaring lemah di rumah sakit. Dan saat itu aku menyaksikan tuhan mengambil mamah , dan aku harus menerima kenyataan kalau mamahku telah tiada. Aku ingin tetap tegar.

Jadi mamahnya elang?. Oh god…  aku gak nyangka.
                                                       ©©©
    Aku lagi hangeout sendirian di pim. Lho kok hangeout sendirian? Iya abis karna teman ku Arza yang lagi rajin banget dia bantuin nyokapnya. belanja kain di pasar tanah abang.pusat grosir itu menjadi langganan nyokapnya. Mas bintang juga lagi sibuk ngerjain tugas. Bilangnya si besok mau ujian. Semalam papah bilang agar mas bintang meningkatkan nilai IP nya. Malu kan seorang anak dosen terpandang IP anaknya jelek. Itu yang selalu di tanamkan oleh papah. Mungkin nanti kalau aku sudah kuliah. Nasipku akan seperti mas bintang.
   Makanya puas-puaskan lah berhura-hura di seragam abu-abuku. Senang jadi anak SMA. Penuh warna warni di setiap harinya. Teman-teman yang selalu menjadi pelengkap hidupku. Kecuali Elang yang sekarang ku anggap menambah penderitaan. Dan beban hidupku. jadi aku sendirian deh.
   Tak ku sangka, dan tak ku inginkan. Aku bertamu dengan Mas Dylan.. aaaaa malas! mood ku langsung berbalik 180 derajat dari sebelumnya. Became bad mod! Tapi jantungku terasa  hiperaktif ketika Mas Dylan menghampiriku. Duh pake kesini lagi, ngapain si?
      “Hai tami, sendirian?”
    Aku gak menjawab pertanyaan Mas Dylan. Malah aku berusaha kabur dari hadapan Mas Dylan saat itu , tapi.. baru selangkah aku melangkahkan kaki. Mas Dylan sukses meraih tangan ku dan ia menghentikan langkahku.
     “Tami?.. kenapa kamu jauhin aku?” Tanya nya.
Aku masih diam.
      “Kenapa kamu gak bales chat ym-ku. Gak bales wall di facebook, bahkan kamu gak sama sekali membalas sms ataupun mengankat telepon ku?” Mas Dylan melanjutkan omongannya.
   Ia menyerbuku bengan seribu pertanyaan yang tidak bisa ku jawab dengan alasan yang logis. Iya masalah perasaan emang logis apa? Menurutku tidak! Perasaan tidak bisa di jabarkan seperti matematika kok. Please mas mengerti aku.. batin ku melirih.
Akhirnya aku angkat bicara.
   “Mas delan mau tau kenapa aku kayak gini?...”
Lalu aku terdiam kembali sampai beberapa detik.
    “Kenapa?” Tanya nya.
    “Hiks.. karma aku menyukai Mas delan. Hiks. Aku salah, gak seharusnya aku menyukai Mas Delan, karna itu aku gak ingin merusak hubungan Mas Delan dengan adisty.. hiks..hiks..hiks..”        aku terisak di kata-kata terakhirku. Tapi aku segera menghapus air mata yang membasahi kedua belah pipiku Dan berlari meninggalkan Mas Dylan disana.
                                                       ©©©
     Aku duduk termangu di atas meja belajarku. pastinya untuk belajar karena besok pak ilo guru fisika ku akan menggelar ulangan maka dari itu aku harus belajar. Tapi otakku terus memikirkan kejadian tadi siang. Aku memang harus mengatakannya agar perasaanku lega.memang benar sih ini membuatku cukup lega. tapi sampai saat ini aku masih terisak-isak. Huh cengeng banget sih aku dari puluhan halaman yang lalu nangis mulu. oke biar gak di katain cengeng aku harus berhenti nangis.
    Aku harus mengonsentrasikan pikiranku kepada buku fisika di depan ku ini. bukannya malah membanjirinya dengan linangan air mata. Aku menghela nafas panjang untuk mengatur frekuensi pernafasanku  yang sempat membuatku megap-megap karena isakan tangisku. Aku ingat kata-kata arza beberapa hari yang lalu. “I belive you can” hehe iya okay I can.
Aku mulai membuka blok not ku yang berisi catatan rumus fisika yang akan ku pelajari dan…. Simsalabim esoknya aku dengan mudah mengerjakan ulangan fisika.
                                                       ©©©

        Dikelas-ku ini sering banget terjadi kerja sama antar siswa, tentunya untuk kepentingan bersama. Hemm.. salah satunya tragedy contek-contekan pas ulangan tadi ada 10 soal esay yang harus di berantas. Sementara di kelasku ada 30 anak. Otomatis satu soal di kerjakan 3 orang, berembuknya diam-diam pastinya, kebetulan saat itu pa kilo sedang asik memainkan laptopnya so.. kami bisa nyontek sana0sini dengan luwes-nya.
       Absen no 1 sampai 3 mengerjakan nomer 1, absent no 4 sampai 6 mengerjakan nomer 2 befitu seterusnya. Setelah ketemu hasilnya ditulis di selembar kertas kosong dan kertas itu yang akan jadi sumber contekan kembali lagi kepada moto kami “satu untuk semua” kertas yang tadi akan melompat sana melompat sini dan kami bisa mengerjakan soal itu tanpa bersusah payah memutar otak.
     Trik-trik semacam itu kami terapkan dalam setiap mata pelajaran dan hasilnya kami peroleh cukup memuaskan. Hemm kami selalu mengutamakan nepotismedi dalam kelas jadi terasa layaknya saudara satu sama lain. Di kelas kami pun ada yang memanfaatkannya untuk ber-niaga.
    Siapa lagi kalau bukan Erlita. Satu-satunya manusia yang menjajakan dagangannya di kelas. Usai ulangan jam berikutnya kosong, hurai-hurai. Katanya miss hildapulang ke medan . jadi lumayan lah bisa menghilangkan stress otak dari pelajaran eksak hari ini.
      Ketua kelas ku : Jimi yang memang menurutku sudah agak somplak menyetel musik RMB, musik yang mengiringi gerakan sufle dan memulai gerakan sufle-nya. Elisa dan febry seperti biasa bercuap-cuap ngomongin hot gossip .arza duduk di pojokan entah sedang apa? Tidak terlalu ku perhatiakn gerakannya. Sementara aku sedang memainkan game di handphone-ku untuk menghilangkan rasa bete-ku.
    “HEH BAYAR UANG KAS DONG!” teriak Elang. Kualitas suaranya nyaris membuat gendang telingaku ingin pecah.
   “Bisa pelan dikit gak sih! Gak perlu teriak-teriak kali” kataku yang kesal dibuatnya.
   “Marah-marah mulu ni orang? Lagi dapet ya mbak? Abisnya tadi lo di panggil pelan gak denger” Elang menggerling membuat ku keki. huh sial!. Emang iya iya elang tadi panggil-panggil aku? Perasaan engga deh.
     “Huh berisik lo! mana sini duitnya” aku memasang tampang kesal biar gak keliatan kekinya.
    “Berapa utang gue?”
    “Semuanya delapan ribu”
    “Banyak amat, korupsi lo ya?”
    “Ih engga!. Lo liat nih tangihan lo, empat minggu lu gak bayar” kataku memperlihatkan buku tagihan kas mirip seperti depkolektor yang tengah menagih credit card konsumennya yang mengalami limit.
    “Nih” ujar Elang seraya menyodorkanku sepuluh ribuan. Lalu aku kembalikan 2 ribuan. Nah gitu dong nyadar bayar uang kas!
                                                       ©©©
       Sepulang sekolah Mas Dylan menarik tangan ku secara terpaksa untuk menduduki kursi mobilnya. Aku sudah menolaknya mati-matian untuk tidak ikut dengannya. Tapi apadaya, aku ini perempuan tidak lebih hebat dibandingkan dengan kelelakiannya. Pintu mobil segera di tutup oleh Mas Dylan dan tidak lupa untuk menguncinya agar aku tidak bisa lari darinya. Saat itu aku ingin menangis dan teriak memanggil Mas Bintang untuk menyelamatkanku.
       Pandanganku kabur dan aku tidak sadarkan diri setelahnya. Karena akan perasaanku yang membuatku pasrah.Ketika aku terasadar aku masih dalam mobilnya mas delan. Ini pertama kalinya aku menaiki mobil mas delan dan hanya berdua dengan mas delan, seharusnya aku senang serta bahagia karena bisa berdua dengan Orang yang ku sukai sebelumnya, tapi ini tidak. Aku takut.
      Setakut-takutnya rasa takut yang pernah ku alami dan disampingki masih ada mas delan yang terlihat tengan menginjak pedal mobilnya.Tak terasa aku tak sadarkan diri cukup lama, karna saat ku tersadar hari mulai gelap. Mataku menyepu sekeliling. Masih seperti tadi namun aku yang tampak lebih ketakutan. Hembusan angin dingin yang keluar dari celah-celah AC mobil membuatku menggigil. Mas delan masih fokus terhadap pandangan didepannya.
   “Mas tolong antarkan aku pulang” lirih ku. memandang Mas Dylan dengan penuh harap. semoga Mas Dylan segera mengantar ku pulang. Suaraku nyaris selirih embusan angin yang berselir-selir.
   “Kamu jelasin dulu sama aku soal perasaan itu. Please aku mau tau” Mas Dylan sedikit memaksa.
   Ia terlihat geram sambil memandang lurus ke depan. Di dalam mobil penuh aura ketegangan.
    “Mas aku harus ngomong apalagi? Gak ada yang musti dijelasinkan” kataku kali ini aku sudah tidak melirih lagi.
    “Pokoknya aku mau kamu ceritain soal itu”
     “Buat apa? Toh Mas delan gak akan menanggapinya”
    “Kalo gitu aku gakakan nganterin kamu pulang”
Aku speechless mendengarnya.
    “Jelaskan semuanya!” ancam Mas Dylan kali ini membuat ku terisak. Hiks.sorot matanya menyambarku. Kontan membuatku jiper dalam sedetik. Aku merasa lima keli lebih kecil dari ukuranku sebenarnya. Bak manusia liliput. Mas Dylan jahat banget. Sebelumnya aku gak pernah di bentak sama cowok apalagi cowok ini tidak terlalu ku ketahui latar belakangnya, siapa dia? Beraninya membentak diriku yang tidak berdosa ini, sungguh aku membenci Mas Dylan.
     “Aku gamau!”
     “Berarti kita tetep disini” Mas Dylan menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan.
  Aku menghela nafas panjang. Setelah dia beberapa detik akhirnya aku angkat bicara.
     “Kalau Mas delan gamau mengantar-ku pulang, oke aku bisa pulang sendiri!” itu sudah menjadi keputusan ku.
        Tanpa pikir panjang lagi aku segera melonjak dari jok mobil Mas Dylan dan segera keluar dari tempat terkutuk itu. Dia pikir aku ini anak kecil apa? yang gak bias pulang sendiri? Hah? Aku bias kok pulang sendiri. Masa anak seumuranku ga bisa pulang sendiri? Oke aku bisa . aku bakalan tunjukin Mas Dylan kalo aku ini tami yang gak bia di permainan!. Tapi… aku gatau sekarang berada dimana? Aku asing dengan daerah ini. Sekarang sudah gelap dan aku juga gatau harus naik angkot apa?.
            Aku kalut, bingung, nelangsa, linlung, dan segerobak kata-kata semacam itu yangmemenuhi perasaanku, namun aku terus melangkahkan kaki-ku tanpa tau arah harus kemana? Yang pasti aku mau pulang. Hiks.. hiks..Mamaaaaaa aku mau pulang! Mas Bintanggggg jemput aku. Hiks.. hiks. Bukannya aku cengen tapi memang saat itu aku benar-benar mau nangisssss. Batin ku teriris sakit.
    “Tami” seseorang memanggilku setelah aku sadar ada orang yang keluar dari mobil yang menghampiriku. Kok dia tau nama ku sih? Aku menoleh dan menemukan seperangat tubuh manusia didepanku yang tidak asing lagi bagiku. Perasaanku langsung pias melihat wajah elang yang tengah berdiri di hadapan-ku.
        Aku yang masih memakai seragan sekolah-ku, menangisdipinggir trotoar dan tidak tau mau kemana, telah di temukan oleh Elang, seperti seorang laki-laki yang tengah menemukan kucing buruk rupa di tong sampah. Malangnya nasipu ini. i have a big problem. Ini bukan sekedar masalah perasaanku saja yang patah hati karena Mas Dylan. tapi lebih kepada sekelamatan ku dan juga menyangkut nyawaku, apalagi aku ini perempuan.
     “Ngapain lo disini? Malem-malem lagi” kata Elang yang memperhatikan ku sedang terisak-isak.
         Aku juga gatau ngapain disini, kalo soal malem aku juga gak sadar , orang pas aku sadar udah gelap. Mungkin saking speechless-nya .Tapi saat itu aku tetap bungkam hanya isakan ku saja yang terdengar.
   “Gamau” aku menolak ajakan Elang untuk ikut dengannya dia emang gak bicara apa-apa sih , tapi dia menarik tanganku. Akhirnya elang bicara juga
    “Kali ini lo harus mau, lo gak boleh ngelak. Biar gimanapun gue gak bakalan ngebiarin cewek sendiirian nangis disini, apa lagi lo temen gue” katanya dengan bida ku prediksi nada kesungguhan. Elang menatapku tajam dah matanya seolah meyakini-ku bahwa Elang tidak lagi berguman. Ia menarik tangan-ku, tanpa ba-bi-bu lagi aku segera menuruti Elang.
         Dan diantarnya aku pulang. Sampai di rumah Elang yang menjelaskan semua yang menerpaku hari ini pastinya kepada kedua orang tua-ku. Syuurlah orang tua-ku tidak menganggap elang macam-macam kepadaku. Syukurlah aku selamat. Aku bias menghela nafas lega sekarang
        Whatever lah elang mau menganggapku cewek apaan, yang malem-malem nangis di trotoar. Saat itu aku seperti wanita korban KDRT suaminya. Benar-benar aku masa bodo dengan anggapan Elang , aku diantar Elang saja sudah cukup, huft. Dan aku juga gak crita sama mas bintang soal semalam itu.
      Takut-takut nantinya Mas Bintang malah marah, dan terjadi pertengkarang antara mereka, aku gamau hal itu sampai terjadi. seharusnya aku mengadu ke Mas Bintang kalau temannya itu brengsek dan jahat. Dan temannya yang membuat-ku seperti ini, tapi aku gak sekeji itu dengan mengadukan hal yang dilaukan Mas Dylan terhadapku. Aku masih punya naluri manusia. Tidak seperti dia yang menurun kan aku di tengah jalan. Malam-malam lagi. Benar-benar manusia tidak punya hati!. aku gak ingin ada perpecahan Mas Bintang dengan temannya itu. Cuma gara-gara aku tapi semalam Mas Bintang turut bertanya soal yang semalam itu.
   “Kamu kemana aja mi, semalam?” Tanya Mas Bintang yang turut serta mengkhawatirkan aku.
   “Aku nyasar , mas” kataku memprovikasi masalah secara terpaksa. Tapi bener kok aku nyasar, kan aku gak tau jalan. So.. aku gak ngibul kan? (tetep aja ngibul namanya!)
   “Masa bisa nyasar sih? Cuma dari sekolah doang”
   “Bisa lah, Mas.  lagi Mas Bintang gak jemput aku!”
Bola mata-ku membelak hebat. Hati-ku ber haha-hihi melihat Mas Bintang melongong.
                                                       ©©©

No comments:

Post a Comment