Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Thursday, January 31, 2013

Dunia imajinasi kita.



Dear Tuan Capricon.

Disini aku akan mengajakmu menaiki pesawat ulang alik sebagai perjalanan kita kali ini, mari berpegangan, dan kencangkan sabuk pengamanmu. Sebentar lagi kita akan terbang. Ke dunia imajinasiku.

Aku senang mendengarnya, kamu baik-baik saja disana. Di rumahku pun sama, hujan dan cuacanya dingin, itu yang menyebabkan aku harus memakai jaket, dan dua selimut setiap malam. Saat aku menulis surat ini, rintik hujan masih menyertai malamku.

Aku sudah membaca balasan suratmu disini Terimakasih, aku senang sekali kamu menyambut kedatangan suratku yang kemarin dengan antusias.

Bertemu? Mungkin suatu saat nanti, kita akan bertemu.

Oh ya? Jadi Arka takut padamu? Setiap anak, punya proses untuk adaptasi dengan hal-hal yang baru. Mungkin Arka tidak tau, bahwa sebetulnya di dalam wajahmu yang horror itu, ada jiwa ondel-ondelnya J

Tapi pada dasarnya mereka sama-sama ingin disayang, diperhatikan, di ajak bernyanyi dan dipeluk sewaktu wajahnya bersedih. Begitu yang aku lakukan saat aku berdiri di depan kelas menghadapi puluhan anak yang hiperaktif. Meski kadang aku sediri masih suka kaget saat mereka menyebutku, Ibu.

Oh iya, aku punya murid favoritku, namanya David, anak laki-laki setiap pagi ia menyambutku riang dengan suaranya yang supernyaring dan senyum polosnya memamerkan sederet giginya yang ompong, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan begitu saja tanpa berdosa, seperti;

“Ibu, pesawat itu kok besar sih?”

“Ibu, dulu waktu kecil giginya ompong gak?” tentu saja.

“Ibu, tadi pagi aku ngompol, gak sengaja lho bu, kalo ibu ngompol gak?” ya, itu realita. aku sering ngompol sampai kelas 5 SD. :P

Dan yang terakhir ku dengar kemarin, “Apakah ibu sudah menikah?”

Goddamnit, pertanyaan mereka membuatku kalap, syok, keki, ingin ketawa, dan segalamacam perasaan bercampur aduk di dalam hatiku. Haahahhaha. Mereka tidak tau bahwa sebetulnya aku ini anak ingusan (sama seperti mereka) hanya bedanya keberuntungan menghampiriku karena aku bisa berada di tengah-tengah mereka membimbingnya bernyani, bertepuk tangan, dan bercerita tentang hal-hal yang membuat mereka penasaran.

Aku selalu suka saat mereka bergelayut manja di lenganku, memelukku dari belakang, mencuri-curi perhatian, atau apapun mereka lakukan demi mendapat perhatian dariku.

Ada juga pasukan super girl, yang terdiri diantara cewek-cewek yang secara tidak langsung mempunyai skil sebagai artis, karena mereka selalu menunjukan beberapa fashion yang di pakai ke sekolah, seperti kunciran rambut, sepatu berwarna pink, atau bermacam-macam aksesori lainnya yang mencolok.

Dan aku sudah membuat anggota power ranger, untuk lima anak laki-laki yang suka berantem, namanya Opik, Pa’i, Ferry, Dimas, Dan Edo. Tidak jarang mereka membuat kekacauan di kelas. Bayangkan saja pada saat pelajaran menghitung mereka melakukan adegan salto, guling-gulingan, berlarian di atas meja, menendang papan tulis, atau adegan akrobat lainnya. Entah, sebetulnya ini taman kanak-kanak atau pertunjukan sirkus, sih?

Yang jelas, aku senang, aku sudah jatuh cinta pada mereka. Aku menyukai mereka, aku menyayangi mereka seperti menyayangi adik-adikku. Ya, hidup ini indah karena ada anak-anak kecil yang bisa bergerak bebas, mengkhayal setinggi mungkin, tanpa dibatasi dengan realita.

Mayday.. mayday.. pesawat ulang alik ini akan segera jatuh

Sekali lagi Huston.. Huston.. tolong segera di bantu, peringatan ini sebagai ujian dari kehidupan.. mayday.. mayday..

Tapi jika aku menarik sadarku, inilah perjalananku, sebuah proses kehidupan. Aku harus sadar bahwa semua yang aku lakukan adalah pencapaian, dimana pada akhirnya aku akan berhenti setelah raga ini sudah tidak bernapas lagi, tidak bisa melihat lagi, dan kembali kealam yang kekal.

Jika kamu tanya apakah sihir itu ada?

Aku akan menjawab, sihir itu ada jika kita mempercayainya, kamu lahir ke dunia ini, bisa berjalan, berbicara, bahkan bertengkar dengan lika-liku ujian kehidupan. Bukankah semua itu hal yang ajaib? Menurutku iya, dan menuliskan surat untukmu termasuk hal yang ajaib, karena dengan begitu saja mengalir seperti air yang mencari hilirnya, tulisan ini tercipta untukmu.

Mirror-miror on the wall, apakah tuan Capricon Bisa menyelesaikan skirpsinya?

Jawabannya, tentu bisa.

Pejamkan matamu, buang semua kebencian akan brengseknya dosen, angka-angka menyebalkan, dan lembaran kertas horror yang menjadi referensi. Bilang pada dirimu sendiri bahwa skirpsi terkutuk itu adalah temanmu, sahabatmu, bahkan calon isterimu yang kamu cintai. Berawal dari sana, kamu akan mendapatkan sebuah kehidupan yang baru, menemukan hal-hal baru yang lebih ajaib lagi, memukau, dan keren lebih dari pahlawan bertopeng.

Azalou erbapilo zeal, bermimpilah sejauh mungkin, setinggi mungkin dan berusahalah, gantungkan mimpi-mimpi yang gelap itu di atas kepalamu.

Wertyuo pobholak dertwan, anggap kertas-kertas mengertikan itu adalah sebuah pintu, yang di dalamnya berisi anak-anakmu yang satu perempuan dengan rambut bob dan senyum yang menawan, dan satunya laki-laki super kuat, keduanya lucu, dan menggemaskan. Setelah kamu lelah dengan seluruh perjuangan membuka pintu, semuanya terbayar ketika mereka berlari menghampirimu, memelukmu, dan mengatakan, “papa pulang,” kemudian mereka mencium tanganmu, dan bercerita bagaimana tentang boneka baru yang di belikan isterimu dan seberapa canggih robot ultramen dengan jubah merahnya.

Semuanya terangkum diatas tumpukan kertas yang kamu namai skripsi, hidup ini tidak berbatas menyelesaikan skripsi, masih banyak jutaan hal lain yang menantang, yang lebih seru, yang lebih membuatmu gila, sekaligus membobok benteng keteguhan hatimu. mungkin itu sejatinya sebuah petualangan hidup yang membuat kita sering kali merasa tidak kuat meneruskannya.

Tapi disini, semua orang berlomba-lomba mengadakan pencarian, pencarian jati diri, financial, kehidupan yang layak, iman, dan yang terakhir pencarian hati. dimana, saat ini kita sadar, kalau semua halau rintangan tidak bisa diselesaikan sendiri.

Tynbolif ozowara ufhvico, tuan capricon akan menyelesaikan skirpsinya dengan cepat.

Ia bisaa..

Aku yakin ia bisa..

Dan ia yakin, bahwa dirinya bisa.

Serta aku percaya, tuhan mendampinginya, berikut jutaan malaikat yang turut mengamini.

Tuan Capricon, percayalah. Semua yang kita lakukan di dunia ini tidak ada yang sia-sia kecuali diam dan berharap.

Pipiyot pun seorang penyihir jahat, tidak dengan simsalabim ia bisa membunuh nirmala. Jutaan proses ia ikuti. demi tujuannya, lihat seberapa usaha dia untuk mencapai sesuatu, tanpa memandang sesuatu itu berniat buruk atau tidak.

Lakukan, karena kamu mencintai, lakukan karena kamu ikhlas.

Bicara dengannya? Tidak terimakasih, tuan. Aku tidak ada kaitannya dengan dia.

Tapi jangan percaya kalau aku adalah orang yang seperti kamu bayangkan. Sekali lagi, surat ini hanya sebuah sihir yang ku tuliskan dalam hilafku.

Pada kenyataannya manusia sama, ada saat-saat mereka berada di titik jatuh, dan ada kalanya mereka berusaha bangkit karena tidak mau terus-terusan jatuh. Dan ada waktunya mungkin kita harus berpegangan agar tidak lagi terjatuh.

Alexi, tolong cepat bunyikan alarm peringatan, putuskan sebagian hal yang wajib di putuskan, buang seluruh hal yang menyulitkan perjalanan kita.

Kemudian…

Setelah pencapaian itu sampai pada titik tertentu, pesawat ini akan mendarat dengan mulus, dengan senyum sumringah dari semua maskapai, awak kapal, dan seluruh penumpang, termasuk kita.

Bersabarlah menunggu datangnya pelukan, Tuan.

Sekian perjalanan imajinasi kita hari ini..

Cepat bangkit dan kerjakan skripsimu atau aku akan menonjokmu! :p




Cheers,

Nona S.

tiga malaikat.


Hai Mr Leo.
Surat cinta ini ku tulis untuk seorang yang tidak pernah hilang dalam ingatanku, hidupku, dan hatiku. Laki-laki paruh baya yang selalu memberiku semangat kapanpun.

Bapak, apa kabar? Aku sengaja menulis surat ini, dengan linangan air mata, karena sungguh.. aku rindu sekali denganmu. Tidak ada yang mencintaimu sama seperti cintaku kepada Ibu, Ibu, Ibu kemudian barulah aku mencintaimu dengan utuh.

Pak, aku rindu—rindu sekali. Rasanya beberapa kali mendengar suaramu di telepon membuatku tidak sanggup lebih lama lagi memendam air mata. Setelah malam itu, kau mengantarkanku, Ayub dan Dina pulang kerumah, dan kau menghilang di balik kaca mobil setelah melambaikan tangan kearah kami bertiga, aku ingin sekali berlari. Mengejarmu, memintamu singgah di rumah Ibu, sebentar saja. Ku mohon…

Tapi sekali lagi realita menamparku, memukul kepalaku menarik syaraf sensorikku, agar aku sadar. Bahwa kalian, Bapak dan Ibuku yang terbukti sampai detik ini sama-sama masih saling mencintai, tidak bisa bersatu, bersama lagi, seperti dulu; kita selalu menghabiskan waktu menonton Tv sambil minum teh hangat pada musim hujan. Atau pisang goreng buatan ibu? Ya, kau sangat suka kan dengan itu?

My hero, aku rindu saat aku pulang sekolah, kau selalu menanyaiku, apakah kakiku pegal-pegal? Ada kejadian apa di sekolah? Atau sering kali kau membantuku membuat tugas, setidaknya aku suka saat kau mengoceh di samping meja belajarku sewaktu aku sibuk dengan Bab Respirasi Mamalia, atau menghitung jumlah atom-atom menyebalkan itu.

Aku ingat, saat aku baru saja patah hati beberapa bulan yang lalu, aku tidak pulang kerumah, aku ke rumah mas gomes dan menginap di rumahnya sampai besoknya kau memarahiku karena aku tidak memberi kabar. Padahal malam itu, kau sama sekali tidak tidur karena menungguku pulang.
Yang paling membuatku ingin menangis, saat aku baru pulang dari kantor, waktu itu hujan. Kau menungguku di depan gang, di pinggir jalan, dengan sarung kotak-kotak andalanmu kalau tidur dan sebuah payung. Saat aku bertanya sedang apa kau disini, kau menjawabnya dengan senyum, kemudian berkata, “menunggumu,” sungguh, itu yang membuatku menitikan air mata.

Pak, kami disini selalu baik-baik saja. Aku sudah bekerja, mewujudkan impianku, Menjadi seorang guru, Ibu dan Bapak paling setuju dengan cita-citaku yang satu itu. Tengah hari aku pulang dan membantu Ibu, setiap minggu aku kuliah. mengejar sebuah gelar yang mengangkat derajat manusia.

Hari ini aku kepasar dengan Ibu. beliau membeli singkong, kesukaanku. Sawi, beberapa ekor ikan, tauge, buncis, dan jenis-jenis bumbu yang aku sendiri belum paham. Aku senang bisa membantu Ibu, satu-satunya wanita yang paling ku hormati, dan ku cintai. Kalau tidak sekarang, kapan lagi aku membantunya? Untuk sekedar mencuci piring atau mencuci pakaian saja aku tidak keberatan. Aku juga senang bisa menjadi tempat curhatnya ibu. Setidaknya, itu sedikit mengurangi beban hidupnya.

Kalau Ayyub, si bedul item anak laki-laki bapak yang satu itu udah besar lho pak, dia udah kenal perempuan, meskipun sedikit bandel karena jarang mandi dan males bantuin ibu, dia jadi wakil ketua rohis di sekolahnya. Oh iya ku dengar kemarin ia baru saja mendapat sertifikat karena memenangkan lomba catur di sekolahnya, ternyata jurus jitu catur yang di turunkan bapak ke Ayub itu ampuh hehehehe. oh iya, karena umur aku dan ayub yang berdekatan, kita sering menonton Film bareng lho, bermodal DVD pinjeman, atau donlot di situs tertentu, kita nikmatin semua Film2 itu, dari yang bergenre romance, action, fantasy, sampe horror yang membuat aku sering jitakin kepalanya pas setan lagi keluar dan berteriak huaaaaa, kampret lo! Setannnn!

Dina, si nenenoe, oh iya, aku emang terkenal suka merusak nama orang. hehhehe ._.v anak perempuanmu yang paling ganjen, entah kenapa antara aku dan Dina itu sangat bertolak belakang, dia begitu bawel, paling males sikat-gigi kalau enggak di omelin sama Ibu, dia anak Ibu yang paling ngejengkelin, paling ganjen, dan aku heran dia itu sering ngubrak-ngabrik tempat make upku. Kalau aku lebih suka membaca buku di kamar dia punya hobby menonton sinetron putih abu-abu dan beberapa FTV yang tayang setiap hari. Aku tidak tau lagi bagaimana caranya melarang anak kutu itu supaya gak terlalu banyak nonton sinetron. Tapi semenjak Bapak dan Ibu pisah, dia seperti kehilangan sesuatu di hidupnya. Aku mengerti Pak, mengerti sekali. perasaan adikku itu. Dia trauma sampai berpengaruh dengan minat belajarnya.

Harusnya aku bisa jadi seorang kakak yang baik, tapi itu butuh proses, suatu hari ia tidak di naikan oleh wali kelasnya. Tapi kau tau? Hal itu yang membuat minat belajarnya kembali. Dina yang dulu males bangun pagi buat berangkat sekolah, sekarang jadi semangat belajar. dan smester ini dia menadapatkan peringkat 3 lho pak, oh iya, kemarin juga dia yang jadi wakil sekolahnya maju ke tingkat kecamatan untuk turnamen tenis meja. Dan, yang sekarang ia lakukan setiap hari, setiap menit, di manapun ia berada, gadis kecil itu selalu berisik dengan hafalan pembukaan UUD-nya. Ibu lebih suka dia seperti itu, dari pada melihat dia naik ke atas pohon nyolongin mangga tetangga atau main panas-panasan ke tengah sawah sampe badannya kurus kering item, tinggal bolamatanya saja yang keliatan.

Bapak mau tau tentang Ibu? emmm, Ibu masih seperti dulu. Masih rajin solat, rajin ngomel, rajin bikin pisang goreng, dadar guling (kataku) dadar gulung (kata ayyub) kami memang selalu berdebat tentang nama panganan itu, dan ubi goreng. *horee*

Bapak pasti kangen sama pisang goreng Ibu ya? Rasanya aku mau ngirim satu pisang goreng itu ke Jakarta.

Ibu juga masih sering bertanya pada anak-anaknya, hari ini mau masak apa? Kalau di tanya seperti itu tentu saja beliau menerima jawaban yang berbeda-beda, selera makannya juga beda, kalau aku pasti menjawab, “sayur asem,” karena aku adalah sayur asem holic, tapi mungkin Ayyub berteriak “Ayam goreng,” karena ia benci sayuran, sementara Dina yang gak doyan makan hanya bergumam, “Mie goreng ijo,” karena belakangan ini dia menyukai makanan jenis itu, setelah mie goreng yang biasa kurang popouler lagi menurutnya.

Sebetulnya, kami tidak menginginkan hal ini terjadi. Namun kami pasrah pada kenyataan, yang aku ingat ucapanmu, bahwa hidup ini hanya menyamakan keinginan kita dan keinginan Tuhan. Jika keinginan kita dan Tuhan satu persepsi, maka terjadilah, tapi jika tidak, maka kita harus siap apapun yang di inginkan Tuhan.

Terlahir di dunia, aku hanya punya satu Bapak, dan satu Ibu, dan itu hanya sekali. Jadi menurutku, kalianlah panutan sesungguhnya. Kemanapun aku pergi, kalianlah tempat ku pulang. Dan aku, adalah tempat dimana kalian menanam sebagian jiwa kalian yang sudah di sepakati untuk mengikatkan tali cinta kalian. Dan sekali lagi, ini adalah kehidupan yang tidak terus berjalan tanpa hambatan. Ini jalan yang sudah Tuhan berikan untukku, agar aku lebih tegar, agar aku lebih banyak berikhtiar.

Pak, disana yang semangat ya kerjanya, jangan lupa cuci baju, sebab aku tidak bisa lagi mencuci bajumu, atau menjaitkan celanamu yang sering kali robek itu. Sungguh, aku rindu sekali denganmu, boleh aku memelukmu? Ya, nanti jika kita bertemu aku ingin mengatakan kalau aku yang merusakan kacamatamu, aku tidak sengaja menginjaknya waktu menyapu lantai.

Pak, jaga dirimu baik-baik ya, kita bertiga sayang sama bapak, selalu sayang, dan tidak akan pernah berubah sedikitpun.
Semoga tuhan menyatukan keluarga kita, diakhirat kelak.

Dengan tinta cinta dari ketiga malaikatmu.

Ovie, Ayub dan Dina.

Saturday, January 26, 2013

Cupi alase nambrelalion



Dear Capricon,
Surat cinta ini sengaja ku tulis untuk seorang teman yang jauh disana.

Hai Capricon, apa kabarmu? Semoga selalu baik-baik saja disana. Hari ini aku berkerja dengan cukup baik, anak-anak muridku itu sangat menginspirasi, mungkin mereka adalah objek yang membuatku tersenyum di setiap pagi, dan aku benci hari minggu, di mana saat orang-orang pergi dengan schedule mereka masing-masing, aku malah sibuk dengan dosenku yang superbawel. Ya, bagaimana lagi. Aku harus mendapat gelar sarjana secepatnya. Padahal otakku yang koslet ini, sering kali berkayal fantasi saat pelajaran kalkulus.
Rasanya aku ingin membuyarkan semua rumus-rumus itu dengan; Cupi alase nambrelalion, itu sejenis sihir yang baru saja ku pelajari. Untuk mengubah rumus-rumus menyebalkan di layar komputerku dengan gambar-gambar Disney, oh alangkah indahnya hidup ini, jika bisa imigrasi ke dunia Disney. Aku akan mendaftar jadi pacar ke tiganya donal bebek, atau mickey mouse juga tidak apa-apa. Aku rindu Hogwarts.
Atau mau tau jenis sihir yang lain? Segeralah minta padaku.

Capricon melankolis, aku mengenalmu dengan baik, aku bahagia sekali saat kamu mau menjadi patnerku untuk menulis. Sebuah cerpen yang kita tulis di sela-sela skirpsimu. Yang pada akhirnya kita menamakan “Coretan cinta.” Hal bodoh seperti apa yang dua anak SMA melakukannya setiap hari? Selain mencoret-coret meja dengan tipe x. kalo boleh jujur, aku pernah membuat contekan di atas meja saat ujian tengah smester. Hehehe. Kamu selalu mendapatkan banyak ocehanku mengenai cerpen kita, dan akhirnya kamu menerima cerpen itu dengan cerita yang hampir 90 persen, ku rubah. Walaupun cerpen itu tidak masuk kategori, aku tetap senang, kita bisa bekerja sama, menyatukan dua ego kita (maksudku egoku) yang selangit itu.
Aku suka saat kamu mengoceh di telepon, bercerita tentang kehidupanmu, pacarmu, atau siapa saja lah. Aku juga suka saat kamu ikut andil sewaktu aku kesulitan menghubungi dia. Setidaknya kamu membantuku walau pada saat itu, aku tidak berhasil menghubungi dia sampai detik ini.
Dan yang lebih aku suka caramu menulis dengan unsur kebebasan di setiap paragrafnya, secara tidak langsung tulisanmu selalu memberi aku pelajaran bahwa hidup ini tidak selalu terpaku pada satu tema.
Aku sudah memutar otakku, jungkir balik, untuk terpaku pada proses kehidupan, pekerjaan, sekolah, dan tetekbengek sertifikat lomba yang tiada artinya, tapi di saat aku menulis, seluruh imajinasi itu keluar, mulai dari perasaan, rindu, pangeran, sampai aku terjun ke galaksi Andromeda di luar sana. Sangat jauh bukan? Tentu saja. Butuh berapa juta tahun untuk menuju Andromeda? Tapi dengan menulis, sambil sesekali memejamkan mata, kemudian melepaskan seluruhnya di alam bawah sadar tentang imajinasi, mimpi, sihir, dan miliaran hal yang tidak bisa terungkap dengan fakta, aku bisa menulisnya selama jemariku masih mampu menari-nari di atas keyboard.

Capricon, kamu yang menenangkan aku sewaktu draft tulisanku hilang karena laptopku rusak, ya, setidaknya melalui kata-kata itu aku harus mengambil hikmahnya. Kamu tau? Setelah tulisan itu hilang begitu saja, aku berhasil menuliskan satu naskah yang sekarang sudah masuk ke meja redaksi. sekali lagi, itu karena sihir. ku bilang apa, Cupi alase nambrelalion itu sihir yang ampuh bukan? :))

Atau pembicaraan kita soal entahlah apa namanya, di chat YM kita selalu membahas berbagai hal yang kita mau bicarakan. Ngoceh ngalor-ngidul tidak jelas, bahkan soal si dia, si anu, dan dia anu.
Tuan Capricon yang baik hati, ada yang aku tidak suka dari kamu. Beberapa hari lalu aku membaca blogmu. Oh iya, aku lupa. Kita sama-sama suka menulis blog. Ku baca postingan terakhirmu yang kamu tuliskan pada tanggal 14 january, tepatnya satu hari setelah ulang tahunmu.
Aku selalu suka kamu bercerita dengan menulis, itu adalah hal yang baik. Tapi tolong jangan ceritakan tentang tiga teman istimewamu. Kalo tidak salah sibulat kecil maintate, phenoxymethyl yang berbadan bulat besar, dan yang satu lagi aku lupa siapa namanya. atau mungkin sengaja ku lupakan? Yang jelas aku tidak ingin berhadapan dengan mereka.
Entah kenapa saat kamu menceritakan itu, aku ingin sekali menonjokmu. Biar kamu sadar kalau hidup mati seseorang ada di tangan tuhan, bukan karena ketiga teman kecil bodohmu itu.

Capricon, Kamu tau, aku cemburu dengan mereka? Kenapa mereka bisa menenangkanmu? Padahal mereka tidak bernapas, tidak bernyawa, dan tidak bisa memelukmu dengan baik. Coba buka mata kamu, masih banyak orang di sekeliling kamu yang selalu bisa memberimu nyawa, lebih dari itu. Ketergantungan kamu pada mereka boleh saja, aku tidak melarang. Tapi ku mohon, entah, bagaimana caranya jangan membuatmu berpikir seolah mereka akan killing you slowly.

Capricon melankolis, Tuhan itu ada disini, di hati kamu, jadi jangan takut kalau organ dengan empat lubang yang memacu aliran darah ke seluruh tubuh itu akan berhenti secara perlahan. Aku juga akan merasakan itu suatu saat nanti. Tapi hidup hanya sekali, tersenyumlah untuk dirimu. Aku ingin kamu mencintai, dirimu.


cheers,


Nona Sagitarius.

Wednesday, January 16, 2013

Dear tuan kacamata.




Dear, Tuan kacamata.

Hai, sudah lama ya, kita tidak saling menyapa.  Tapi aku ingin menyapamu lewat surat ini. Aku tidak yakin kamu mengingatku, bahkan untuk sekedar mengingat namaku.
Tuan, saat aku menulis surat ini, udara sedang berada di 24 derajat celcius. Dingin, diringi buih hujan yang tak kunjung reda dari semalam. Kamu ingat? Hujan yang menunda pertemuan kita hingga dua jam, dan aku nekat hujan-hujanan demi bertemu denganmu.
Aku ingin menanyakan apa kabar? Selama dua tahun ini kamu menghilang seperti orang yang tertelan bumi. Seperti yang sudah kamu ketahui, aku masih sering berkunjung ke daerah lapang di lantai lima sebuah gedung, untuk sekedar mengingatmu. Atau mengungkap rindu? Entahlah, apa namanya. Tapi seperti itu yang aku lakukan, sejak kamu pergi dan meninggalkan bekas ciuman di pipi.
Tuan kacamata, aku tidak lupa dengan mu, kamu selalu terlihat lucu bila tanpa kacamata, karena itu aku sering menyebutmu hidung besar, hehe.
Kamu itu, seseorang bertubuh tinggi yang membuatku terlihat seperti kurcaci bila berjalan disisimu, tapi kamu tidak pernah perduli dengan itu.
Disini, semua sudah di laminating, di bawah syaraf sensorikku, untuk mengingatmu seperti ketika kamu mengelap es krim yang belepotan di bibirku, kamu yang selalu mengambil brokoli waktu kita makan capcai, kamu yang selalu mengambil satu ayamku, karena kamu tau aku tidak akan sanggup makan dua ayam di paket AW, atau kamu yang selalu membodoh-bodohi aku, jika aku masih saja lupa membawa payung padahal saat itu sedang musim hujan.
Oh iya, kamu ingat sippo? Sudah lama ya, kita tidak membahas dia. Boneka beruang kecil yang kamu berikan sebagai hadiah ulangtahunku, tapi kamu tau? Aku sangat takut dengan boneka? Ya, aku ini aneh tuan, aku takut dengan boneka-boneka. Kali ini kamu boleh mengatai aku gila karena aku masih syock nonton film chucky.
Tuan, kamu tau perasaanku? Seharusnya kamu lebih baik tidak tau, atau pura-pura tidak tau, itu jauh lebih baik dari pada kamu mengungkapkannya tapi kamu tidak bisa bersamaku. Aku bukan sedang mengungkit-ungkit masalalu kita, aku hanya ingin bernostalgia lewat surat ini.
Mungkin segitu saja surat yang ku tulis ini, aku tidak pernah mengharap balasanmu.

Dengan hati yang lelah menanti,
Ovie.