Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Sunday, November 11, 2012

ikrarku



Dengan ini, aku mencintaimu,
dengan setitik dari sisa-sisa perasaan yang lama tak mengalami perubahan.
Tak harap sebuah imbalan atau kenangan yang memilukan.
Asa ukiran yang kita buat, untuk masa depan.

Aku memang pernah bersamanya,
Tapi, bukan berarti selamanya.
Dari sebuah dahan, ku lihat rona jingga yang bertahan.
Pada sebuah ufuk barat sedang melambaikan tangan, menitipkan rindu pada malam.

Dengan ini, aku menyayangimu,
dengan sebuah hati yang selalu menanti.
Di balik senyum letih karena tak ada ujung dari kisah ini.
asal jangan kau ingkari hati yang tak berperi.

Ku selundupkan rindu di antara pelangi,
bukan berarti aku sudah tidak perduli,
tapi lihat diri sedang menari, harap kau kembali

Dengan ini, aku memilihmu.
Dengan kesungguhan untuk saling membutuhkan.
Bukan pada ego kita yang bertentangan.
Coba lihat seperti apa aku berusaha menyatukan hati dari dua raga yang berbeda.
Ingat kita hanya tercipta dari deretan sel yang saling membutuhkan.

Bukan aku tidak memohon,
tapi cinta tidak harus dari mengemis untuk mendapatkannya,
bukan ku beli untuk bisa ku tawar.
Bukan siapa yang menarik dan siapa yang ditarik.
Terlebih, kita saling tertarik,
untuk mempunyai misi yang sama dengan tekat dan ego yang berbeda.

Maaf, aku tidak bisa mencintaimu dengan utuh.
Hatiku hanya berupa puing-puing yang berserakan.
Telah lama mati suri, tanpa ku sadari.
Jika kau menginginkanku,
pungutlah sisa-sisa puing itu bersamaku.
Kita bisa mulai dari titik kekalahanku.
Aku mencintaimu, apapun itu.

No comments:

Post a Comment