Dengan
ini, aku mencintaimu,
dengan
setitik dari sisa-sisa perasaan yang lama tak mengalami perubahan.
Tak
harap sebuah imbalan atau kenangan yang memilukan.
Asa
ukiran yang kita buat, untuk masa depan.
Aku
memang pernah bersamanya,
Tapi,
bukan berarti selamanya.
Dari
sebuah dahan, ku lihat rona jingga yang bertahan.
Pada
sebuah ufuk barat sedang melambaikan tangan, menitipkan rindu pada malam.
Dengan
ini, aku menyayangimu,
dengan
sebuah hati yang selalu menanti.
Di
balik senyum letih karena tak ada ujung dari kisah ini.
asal
jangan kau ingkari hati yang tak berperi.
Ku
selundupkan rindu di antara pelangi,
bukan
berarti aku sudah tidak perduli,
tapi
lihat diri sedang menari, harap kau kembali
Dengan
ini, aku memilihmu.
Dengan
kesungguhan untuk saling membutuhkan.
Bukan
pada ego kita yang bertentangan.
Coba
lihat seperti apa aku berusaha menyatukan hati dari dua raga yang berbeda.
Ingat
kita hanya tercipta dari deretan sel yang saling membutuhkan.
Bukan
aku tidak memohon,
tapi
cinta tidak harus dari mengemis untuk mendapatkannya,
bukan
ku beli untuk bisa ku tawar.
Bukan
siapa yang menarik dan siapa yang ditarik.
Terlebih,
kita saling tertarik,
untuk
mempunyai misi yang sama dengan tekat dan ego yang berbeda.
Maaf,
aku tidak bisa mencintaimu dengan utuh.
Hatiku
hanya berupa puing-puing yang berserakan.
Telah
lama mati suri, tanpa ku sadari.
Jika
kau menginginkanku,
pungutlah
sisa-sisa puing itu bersamaku.
Kita
bisa mulai dari titik kekalahanku.
Aku
mencintaimu, apapun itu.
No comments:
Post a Comment