“Nadia pipis di
celana, nadia pipis dicelana.”
Bukan aku,
tentunya aku tidak pernah melakukan itu. Ku ingat-ingat lagi, ternyata itu
Ervin, lelaki yang paling ku benci di dunia ini. sejak aku masih duduk di
bangku SD. Lihat, betapa menyebalkannya dia, menjulurkan lidahnya sambil
mengatakan itu. Sekarang, ia di hadapanku bertekuk lutut sambil menyodoriku
cincin berlian dua puluh empat karat.
Bukan aku, yang
seharusnya menerima permintaanmu untuk menjadikan aku ratu di kerajaan hatinya.
“Menikahlah
denganku,” tatapan Ervin begitu meyakinkan. Ini gila, bawa aku ke rumah sakit
jiwa SEKARANG!
“Kamu sakit?”
tanyaku. Ku rasa dia belum minum obat.
Ervin
menggeleng, “Nadia,” ucapnya. Aku yakin setelah memanggil namaku ia akan
meneruskan kalimatnya dengan.. “Pipis di celana.” Dengan gaya yang selalu ia gunakan untuk meledekku.
Tapi, prediksiku meleset. “Aku mencintaimu,” lanjutnya.
Cubit aku!
Tahu tidak? Selama 15 tahun aku hidup terus di hantui bayang-bayangmu.
Dan selama itu aku tidak bisa menyimpan rindu dengan baik. Aku kualahan karena
aku telah memendam perasaan untuk orang yang sama sekali tidak pernah
mencintaiku. Sudah ku bilang, bahwa aku baik-baik saja. Tapi senyumku tidak
bisa membohongi air mata yang mengalir di kedua belah pipi. Dengan mimpiku yang
kau bawa pergi. Semua yang ku harapkan bahwa cintamu akan bersama.
“Aku tau kamu
tidak akan percaya, tapi tolong mengertilah, aku sungguh mencintaimu.”
“Tidak
seharusnya kamu katakan ini padaku, lihat jari manismu sudah terpenuhi satu
cincin,” kataku. Aku mencoba menahan air mataku agar tidak tumpah. Dan aku
tidak berhasil melakukan itu.
“Aku tidak
perduli! Aku tidak mencintainya!” Teriak Ervin mencopot cincin yang melingkari
jari manisnya. “Tolong jujur padaku. Bahwa kamu juga mencintaiku,” lirih Ervin
menatapku.
Aku membantu
Ervin berdiri, air mataku menderas. “Vin, bukan aku,” kataku.
Ervin baru saja
ingin membantah kalimatku, tapi segera ku hentikan dengan meletakan satu jari
di bibirnya.
“Bukan aku, yang
tidak pernah mencintaimu.” Kataku. Ervin langsung memelukku, ini pertama
kalinya, aku di peluk laki-laki yang ku cintai, ini pertama kalinya aku jujur
dengan perasaanku sendiri.
“Marry me?” kata
Ervin.
Aku mengangguk.
wow, bagus mbak ceritanya :)
ReplyDeleteSo sweeeetttt.... :")Terharu..
ReplyDeletesalam kenal yaa
halo indra, ayu, terimakasih ya. :) salam kenal. Ovie.
ReplyDelete