November 1994.
Tangisan
pertamaku, saat aku baru saja keluar dari rahim Ibuku. Dengan air mata bahagia
Ibu dan Bapak menciumku. Dan menamaiku ovie nurbaity paring.
November 1995.
Aku punya sepatu
baru, saat aku berjalan pelan-pelan dan beberapa kali terjatuh.
November 1996.
“Ndi na pate
babun.” Kata ibu saat itu, aku selalu berbicara seperti itu. Bicaraku berlum
jelas. Tapi Ibu selalu mengerti apa yang aku inginkan. “Mandinya pake sabun”
November 1997.
Tepat satu bulan
setelah ulang tahunku yang ke tiga, Ibu memberikan kado spesial untukku, yaitu
seorang adik laki-laki yang di beri nama ayyub abdurachman paring.
November 1998.
“Ibuu.. aku
jatuhhh.” Seruku sambil terisak-isak menangis saat aku baru saja belajar
menaiki sepeda baru hadiah ulang tahunku.
November 1999.
Usiaku belum
cukup, tapi aku ingin sekali bersekolah. Seperti kakak laki-lakiku. Dan ibuku
tidak rela membiarkan aku menangis. Jadi aku di biarkan mengikuti
sekolah-sekolahan. Dengan seragam laki-laki milik kakakku, aku tidak bisa
membayangkan betapa polosnya aku saat itu.
November 2000.
Kali ini, aku
resmi jadi siswi kelas satu SD. Tentunya dengan rok sekolah. Bukan celana
millik kakak laki-lakiku yang longgar itu. Senang sekali rasanya.
November 2001.
Aku sudah lancar
membaca, menulis, mengaji, aku bisa mengingat alamat rumahku dengan baik, nomer
telepon rumah. Dan aku punya banyak teman.
November 2002.
(January) Aku
punya adik lagi. adik perempuan yang cantik. Bernama Dina Amelia soleha paring.
Beberapa hari sebelum lahir Ibu dan bapak mempersilakan aku menamai adikku
“Dina”
November 2003.
Ini namanya
persahabatan. Sahabatku bilang kalau kita pulang sekolah harus bareng-bareng.
Yang ninggal bakal gak di temenin.
November 2004.
Nilaiku merah.
Rata-rata Cuma 6,5. itu yang membuat bapak geleng-geleng kepala. “Kok bisaa?”
tentu saja bisa dong pak. Aku lebih tertarik bermain peletokan, layangan,
orang-orangan ketimbang belajar.
November 2005.
Tulisanku jadi
kayak cakar ayam. Kok jadi jelek banget sih? Ini pasti gara-gara pakai pulpen.
Aku tau wali kelas tidak akan mengizinkanku memakai pensil kecuali pada
pelajaran matematika. Alhasil bukuku penuh dengan tipe x dan tanganku penuh
tinta.
November 2006.
Al-qur’an
baru!!!!! Senang rasanya. Kata Ibu, al-Qur’an itu supaya aku makin rajin
mengajinyaa. J
November 2007.
Aku gak yakin
sama baju putih biru yang ku pakai. Rasanya sedikit kebesaran. Oh iya, Ibu
tidak akan membiarkan anaknya ini terbalut dalam baju kecil dan ketat seperti
anak ABG lainnya. Dan rambutku harus di tutupi sebuah jilbab.
November 2008.
Aku mulali
mengenal laki-laki, Bu, Pak. Aku suka sama Mas yang itu lho, yang baca
Al-qur’annya keren banget. Aku suka. Aku suka mendengarkan lagu-lagu dari
band-band. Aku suka baca novel, ya, aku suka! Aku jadi semangat belajar karena
si dia! Dan.. ibuuu! Aku dapat rangking!
November 2009.
Ini pertama
kalinya aku punya pacarrr. Rasanya senang sekali. ya! Aku punya pacar! Dan
tidak lama kemudian kita putus hehehe. Bu! Aku masuk kelas unggulan lho. Aku
seneng bangett! Dan ibu.. bapak.. kenapa kalian bercerai?
November 2010.
Di tahun ini aku
seperti kehilangan arah untuk melangkah. Bapak dan Ibu sudah tidak lagi ada di
sampingku. Aku rindu kalian. Satu satunya yang membuat aku tersenyum dan penuh
semangat Cuma pacar baruku.
November 2011.
Happy failed
anniversary sayang. Kalo aja waktu itu kita sama-sama punya waktu untuk
berpikir mungkin kita bisa mengambil keputusan dengan baik. Dan kamu adalah
inspirasi ku untuk menulis. Setidaknya dengan menulis aku bisa mengingatmu
dengan baik.
November 2012.
Huaa! Buku
antologi ke dua ku terbit. Sesuai dengan bulan kelahiranku, bulan paling
romantis “November Rain” aku juga sudah kembali ke Ibuku disini. Dan
universitas ini membuatku semangat belajar! Semangattt! Dan tetap, menulis itu
karena kamu.
hemm, sepertinya kamu ingat sekali hal-hal yang terjadi ketika itu, aku saja sudah tidak bisa mengingat januariku 4 tahun yg lalu, hehee..
ReplyDeleteaku gak ingat, tapi banyak orang2 terdekat yg cerita. Terutama, ibu dan bapak. :)
ReplyDelete