Kadang, senja menjadi saksi kita
untuk bercerita mengenai sajak-sajak cinta yang kita buat untuk menyambut
datangnya malam, tanpa kelam.
Vieority:
“Rona
senja pun tak mampu menawar rindu, sayang. Ini seperti buaian takdir yang
menjeruji hati.”
Arieimmaduddin:
“Takdir
kadang menjelma menjadi bualan. Jangan darinya kau berharap imbalan. Sabarlah
menunggu datangnya pelukan.”
Vieority
:
“Kali
ini, biarkan aku yang menciummu. Menghilangkan sejuta rindu dengan paduan
bibirmu.”
Arieimmaduddin
:
“Hanyutlah
dalam pelukanku, sayang. Dan berdenyutlah dalam mesranya ciuman kita, selagi
senja masih ada.”
Vieority
:
“Izinkan
aku menumpahkan airmata kerinduan, tuan. Asa ciumanmu tak hilang bersama senja
yang ada.”
Arieimmaduddin
:
“Tumpahlah,
dinda. Tumpahlan bersama ciumanku yang pasti abadi. Lalu sudahi sedih yang
membanjiri pipi.”
Vieority
:
“Sudah
kanda, sudahi rindu ini dengan mengusap pipi, tetap menjadi angan hati bersama
senja yang pergi.”
terimakasih tuan @arieimmaduddin :))
Biarlah jingga itu tumpah ke dalam lautan. Lautan yang menjadi tempat mengalirnya rindu teredam. Rindu yang selama ini kusimpan.
ReplyDeleteBiarlah rindu yang kausimpan segera terbakar. Terbakar oleh sentuhan tanganku yang tak kekar. Tangan yang akan menjagamu dari semak belukar.
huaaaaa galau ah ntarnyaaaa :'D
ReplyDeleteternyata aku masih tak bisa berkata-kata, hanya ungkapan yg sedikit terbata-bata.
ReplyDeletekalian lah inspirasiku, kata-kata ku masih saja kaku, hampir terlihat bisu, sebab hati masih hanyut dalam ragu.
teruslah berkarya, hingga suatu saat mereka terus menjaga mata, untukmu, mengawasi setiap gerak cerita kehidupanmu dan mungkin dirinya.
hehehe with my pleasure kak di. :) it just a fantasy not reality. Thankyou so much.
ReplyDelete