Coretan ini ku
tulis, saat aku sedang merindukanmu, tidak ada yang lain yang bisa ku lakukan
selain menunggu. Rindu seolah melekat pada diriku menjadi maya yang tak kasat
mata. Kadang rindu menjadi mengerikan, ia menghantamku dengan batu karang,
kadang juga rindu bisa membuat hatiku menggelembung, kemudian, aku sesak napas.
Kadang rindu
menarikku ke awan, masuk ke dunia fatamorgana mengenalkanku pada sejumlah
malaikat di atas sana,
kemudian kami bercengkrama dengan dewi fortuna, hingga menyebrang samudra
melewati benua eropa untuk bertemu dengan dewa cinta.
Rindu membuatku
melayang, terbang sampai batas yang seharusnya tidak ku lampaui, melalui
sel-sel dalam tubuh ini rindu merajuk, menatap lama andromeda, meminta
kejelasan padanya tentang cinta. ku temukan asa kosong yang membuat hatiku
urung untuk mencintaimu lagi. Aku berlarian tak tentu arah, berharap rindu
tidak lagi menjadi bayanganku, malah, limbung menemani saat ku tak temui lagi
kau di hati. Frustasi menghampiri menjadikan pelarian dari rasa yang makin
menjadi-jadi, bahkan sekarang tanpa dirimu. Di mana letak kastil cinta kita?
Yang mana kau menjadi pangeran yang menciumku saat aku tertidur.
Kapan kau akan
mengekspedisi cintamu? Aku mungkin sudah lelah. Mengamati mu dari jarak yang
jauh. Merasakanmu lewat maya. Kau bawa terbang terlalu jauh. Hingga aku tak
sadar diri, lalu aku di jatuhkan ke dunia Fana di hantam bebatuan keras bernama
Ego. Lalu, kapan kau akan akhiri Rindu pada temu?
No comments:
Post a Comment