Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Monday, January 16, 2012

spechles




Jakart 25 january 2012
  Siang itu hujan menerpa gue saat gue main kerumah temen SMP gue. Gue pikir gue emang harus banyak2 silaturahmi sama mereka karena longdistancenya rumah gue dengan habitat sekolah gue.
  Gue bertemu dengan beberapa temen smp gue yang notabene deket sama gue. Sebut aja namanya ina. Dia cantik sekali. Bahkan kalo gue di jajarkan dengan dia. Udah kayak langit dan bumi. Gue berpikir kalo tidak ada satu centi pun dari diri gue yang memancarkan cantik. Dan dia sebaliknya dari gue.
   Setiap kali neliat dia di sekolah gue Cuma bertanya dalam hati gue. “seberapa uang yang dia keluarkan untuk pergi ke salon setiap minggunya?” sedangkan kalo ddi bandingin lagi sama gue yang duit jajannya Cuma *jujur* 7000 perak (waktu gue SMP) itu pun belom di potong ongkos bulak balik naik angkot seharga 2000 perak (sebenernya pelajar SMP harus bayar dua ribu sekali naik angkot tapi karena gue bermodal nekat alias ngasihnya seribu terus langsung kabur gitu aja alhasih abang2 angkotnya sering banget ngomel2in gue) oke sebenernya gue bukan mau ngebahas berapa ongkos naik angkot semasa SMP.
   Gue berjalan kerumahnya naik motor gue. Mungkin karena saking lamanya gak kerumah dia gue sampe lupan rumahnya dan sempat nanya rumah dia ke seorang pedagang bakso. Setelah mastiin kalo itu beneran rumahhnya dia gue langsung menghampirinya dan mendapatkan dia yang lagi duduk di teras.
  Melihat dia hati gue seolah di sambergeledek siang itu juga. Dia tersenyum menghampiri gue dengan berjalan susah payah karena perut yang membesar. Iya tepatnya dia sedang hamil tua! Karena gue kasihan melihat dia gue yang langsung menghampiri dia sebelum dia menghampiri gue. Gue langsung meluk dia dengan erat. Saat kami berdua duduk di teras rumahnya. Dia menceritakan semuanya yang udah terjadi sama dia. “iya vie, kejadiannya begitu saja” ucapnya dengan nada yang hampir terisak.
Gue sedih, kerena kondisinya yang sepertinya tersiksa denganperut yang besar itu. Kagum karena seusia dia (dia emang lebih tua satu tahun dari gue tapi kami satu angkatan dan satu kelas selama tiga tahun) sudah akan mempunyai baby. Tuhan maha kuasa memberikan dia kekuatan.
  Gue gak tahu apa yang akan gue perbuat ‘seandainya’ hal yang terjadi sama sobat gue itu menimpa gue. Setelah itu gue pamit pulang.
  Gue melajukan motor gue ke rumah sobat gue lagi. Tapi yang ini Cuma waktu kelas 3 kami sekelas. Karena memang kelas yang gue tempatin adalah kelas pilihan. (unggulan berdasarkan nilai rata2 kelas) saat itu gue langsung turun dari motor. Gue menghampiri temen gue dan dia langsung meluk gue. “I miss you. Long time no see sist” ucap gue sambil bales pelukan dia.
  “apa kabar? Sekarang pacaran sama siapa? Caesar gimana?” Tanya dia sambil nyeruput teh yang di sediakan untuk kami berdua. Masih inget banget sih sama satu nama itu. Iya satu kelas tau kalo gue tergila2 sama satu orang cowok bernama Caesar yang notabene dia adalah pacar pertama gue. Padahal kami beda sekolah dan Caesar satu tahun lebih tua dari gue.
  “selama ini cukup baik. Gue lagi pusing mikirin kelulusan. Pacar? Untuk saat ini enggak. Caesar baik2 aja dia lagi sibuk kuliah.” Ucap gue karena beberapa waktu yang lalu gue sempat main sama Caesar.
  Lalu topic berganti topic dia menceritakan tentang temen satu kelas di kelas 3. sebut aja namanya nami. Mani enggak cantik. Tapi dari paparan temen gue yang tadi nami sering have sex dengan teman dekatnya. Mendengar itu gue jantung gue terasa lagi menari tarian tortor. Apa si yang mereka lakukan selama ini? Have sex semudah itu? Rasanya gue pengen nyamperin temen gue sekarang juga dan nampar mukanya biar dia sadar. Tapi temen gue yang di hadapan gue ini ngeredam emosi gue.
  Gue gak pernah abis pikir kalo temen2 gue yang terhitung IQ nya di atas rata2 karena kami pernah masuk kelas unggulan sewaktu SMP ternyata jalan pikirannya pendek. Guys apa yang kalian pikirkan selama ini? Gue tau mereka adalah seorang remaja yang emosi perasaannya labil banget. Gue tahu gimana rasanya merasakan cinta dan gue tau gue juga akan berbuat apapun demi cinta. Tapi apakah mereka harus seperti ini? Apakan cinta harus dengan have sex untuk menyatakan bahwa saya cinta kamu? Omong kosong kalo ada yang berargumentasi seperti itu. Untuk saat ini yang gue pikirkan adalah bagaimana caranya gue bisa merubah seluruh kehidpan gue untuk kearah yang lebih baik. Terutama ibadah solat gue. Gue gak pernah berpikir “oh sekarang gue jomblo gue harus cari pacar” dan gue gak pernah berpikir “siapa ya yang jadi pacar gue kelak?” no! semua itu teredam dengan pikiran gue yang terkadang bertolak belakang dengan perasaan gue. Seenggakya walaupun gue single selama 356 hari terhitung dari sekarang. Gue lebih baik dari pada yang punya pacar dan mereka have sex! Damn it! Buat para remaja terutama sahabat2 gue. Ambil sisi positifnya dari cerita ini ya. J

No comments:

Post a Comment