Dear Tuan penulis,
Sudah berapa dekade aku tidak menulis surat untukmu, Tuan? Ku harap kau
selalu baik-baik saja. Aku tersenyum ketika membaca recent update postingan
blog lampau yang berisi beberapa surat cinta yang pernah kubuat untukmu, dan
aku bahagia sekali saat mendapat sebuah balasan darimu, itu adalah sebuah
penghargaan bagiku, Tuan.
Lama tiada dialog romantisme dari aksara yang kita buat, aku telah
melalang buana. Gadis penyuka teh ini tidak lagi berlarut-larut dengan drama
queen yang seperti kebanyakan sebelumnya. Aku sedikit lebih dewasa dari pada
yang kau kenal dulu.
Kali ini aku akan mengajakmu berpetualang kedunia peri, seperti halnya
khayalan kita yang seringkali melalang buana sampai menembus andromeda. Berpeganganlah,
Di dunia peri, tidak ada sesuatu yang mustahil, semua bisa dilakukan
berdasarkan hati. Di suratku sebelumnya, kalau tidak salah aku menuliskannya
beberapa tahun yang lalu, sudah sukup usang tapi aku masih ingat aku
mengajarkanmu beberapa mantra sakti dari seorang penyihir kecil, kau tau? Waktu
itu aku baru selesai menonton film harry potter yang terakhir. Matra-mantra itu
berfungsi sebagai petuah untuk hidup
kita.
Kalau di dunia peri, mungkin tidak jauh berbeda, dimana mereka hidup
karena satu kekuatan bernama cinta. Peri-peri yang kurang kasih sayang, mereka
akan sakit lalu perlahan mati, sedangkan peri yang bertahan mereka adalah yang
memiliki kekuatan bernama kasih.
Kau mau belajar dari peri=peri itu tuan? Kalau iya biar kutunjukan
caranya. Tenang, mereka tidak akan menggigitmu.
Akweyra, peri yang selalu memberikan kasih sayang setiap senja datang. Ia
tidak pernah berhenti mencintai senja meski jingganya hanya sebentar. Kau tau,
Tuan, betapa indahnya jika kita mencintai orang yang mencintai kita? Tapi,
kemungkinan itu saja belum cukup. Akweyra hanya mencintai senja secara
diam-diam. Mengaguminya pada cakrawala yang membentang, memuji kemegahannya. Berkali-kali
ia membuat surat cinta untuk senja, namun tak pernah dibalaskan, ia tidak
pernah mengatakan apapun pada senja, hanya mengimpannya sendirian.. tapi
Akweyra tetap mengaguminya.
Sailendraf, peri perempuan yang banyak memberi bunga pada setiap orang
yang jatuh cinta, ia menabur bunga sebagai alunan rasa dari kepegasan
pertanyaan-pertanyaan kepastian yang selalu diminta oleh perempuan. Ia selalu
mengerti bagaimana perempuan hidup dari air mata dan untuk airmata, ia bahkan
selalu ada disisi perempuan yang dalam penantian panjang.. meski ia tahu cinta
perempuan itu tidak mungkin terbalaskan.. Sailendraf terlalu mencintai
lorong-lorong penantian yang ia taburi bunga setiap hari, dan ia tahu bunga itu
akan layu..
Annasyila, peri paling cantik di dunia peri, hanya saja kecantikannya itu
adalah sebuah luka, yang mana setiap laki-laki tidak pernah mengerti betapa
susahnya berjalan di atas heels 15 cm demi melihat kaki yang jenjang, betapa
pedihnya mata-mata perempuan yang dipakai lens warna-warni agar nampak indah,
betapa perihnya wajah perempuan yang terkena SPF demi mendapatkan kulit
bersinar. Terlebih dari mereka-mereka yang mengikuti operasi plastik. Lalu Annasyila
selalu terlihat murung setiap kali menemui lelaki. Mengapa mereka membuatnya
harus terlihat cantik dan menyakiti dirinya?
Tuan, tiga peri itu kuperkenalkan padamu, aku ingin kau berteman padanya.
Menjaganya agar mereka menyayangimu dengan penuh kasih. Jangan kau pikirkan apa
dan bagaimana cara berkenalan pada mereka, cukup pejamkan matamu lalu tersenyum,
dan itu akan membuatmu lebih baik.
Aku harap, kau memiliki rasa kasih sayang yang lebih untuk orang-orang
sekelilingmu, agar peri-peri yang kutitipkan untukmu bahagia. Kalau saja setiap
manusia yang hidup di dunia ini mempunyai termometer rasa yang mana perasaan
manusia bisa di presentasikan, agar mereka bisa tolak Ho (dalam bahasa ilmu
statistik ini dinamakan signifikan) atau setidaknya sinyal agar jika kita
mencintai seseorang dan orang itu mencintai kita, kita akan tetap stay buat
dia. Jika tidak.. perahu ini akan mencari dermaga-dermaga lain.
Di suratku kali ini, agak sedikit kekanak-kanakan, memang. Aku sudah
janji tidak akan membahas soal pekerjaan yang sekiranya membosankan.
Menuliskan surat ini memang membuatku mengulum senyum, aku ingin menemui
lagi laki-laki bertubuh tinggi dengan gaya casual dan yang punya selera membaca
jenis buku fiksi ilmiah, atau sejenis diksi yang kritis agaknya.
Tuan, segitu dulu ya surat dariku..
Aku senang jika kau mau membacanya.
Terlebih, aku senang, jika kau mau menulis lagi..
Cheers, Nona Sagitarius.
Maaf jika aku hanya bisa membalas suratmu kali ini melaluikolom komentar.
ReplyDeleteLama sudah aku tak menulis, terlebih fiksi dan puisi yang sekadarnya. Entah, ada yang berkecamuk dalam pikiran dan hati yang begitu besar sekarang, hingga membuat kebahagiaan yang dulu memudar. Aku seperti linglung, terjebak diantara kesukaan dan keterpaksaan. Dan mari kita lewatkan sejenak tentang kebbobrokan diriku saat ini.
Terima kasih kuucapkan. Semoga ketiga peri yang kau kenalkan kepadaku mulai kembali membangkitkan gairah yang telah padam. Dan senyum kebahagiaan, merona pada wajahku yang kusam.
Suatu saat nanti, aku ingin dan akan kembali. Mungkin kau bisa membantuku melalui doa dan rasa kau tularkan dalam tulisanmu. Amin.