Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Saturday, July 9, 2016

peri, perahu, dan dermaga lain




Dear Tuan penulis,

Sudah berapa dekade aku tidak menulis surat untukmu, Tuan? Ku harap kau selalu baik-baik saja. Aku tersenyum ketika membaca recent update postingan blog lampau yang berisi beberapa surat cinta yang pernah kubuat untukmu, dan aku bahagia sekali saat mendapat sebuah balasan darimu, itu adalah sebuah penghargaan bagiku, Tuan.

Lama tiada dialog romantisme dari aksara yang kita buat, aku telah melalang buana. Gadis penyuka teh ini tidak lagi berlarut-larut dengan drama queen yang seperti kebanyakan sebelumnya. Aku sedikit lebih dewasa dari pada yang kau kenal dulu.

Kali ini aku akan mengajakmu berpetualang kedunia peri, seperti halnya khayalan kita yang seringkali melalang buana sampai menembus andromeda. Berpeganganlah,

Di dunia peri, tidak ada sesuatu yang mustahil, semua bisa dilakukan berdasarkan hati. Di suratku sebelumnya, kalau tidak salah aku menuliskannya beberapa tahun yang lalu, sudah sukup usang tapi aku masih ingat aku mengajarkanmu beberapa mantra sakti dari seorang penyihir kecil, kau tau? Waktu itu aku baru selesai menonton film harry potter yang terakhir. Matra-mantra itu berfungsi sebagai  petuah untuk hidup kita.

Kalau di dunia peri, mungkin tidak jauh berbeda, dimana mereka hidup karena satu kekuatan bernama cinta. Peri-peri yang kurang kasih sayang, mereka akan sakit lalu perlahan mati, sedangkan peri yang bertahan mereka adalah yang memiliki kekuatan bernama kasih.

Kau mau belajar dari peri=peri itu tuan? Kalau iya biar kutunjukan caranya. Tenang, mereka tidak akan menggigitmu.

Akweyra, peri yang selalu memberikan kasih sayang setiap senja datang. Ia tidak pernah berhenti mencintai senja meski jingganya hanya sebentar. Kau tau, Tuan, betapa indahnya jika kita mencintai orang yang mencintai kita? Tapi, kemungkinan itu saja belum cukup. Akweyra hanya mencintai senja secara diam-diam. Mengaguminya pada cakrawala yang membentang, memuji kemegahannya. Berkali-kali ia membuat surat cinta untuk senja, namun tak pernah dibalaskan, ia tidak pernah mengatakan apapun pada senja, hanya mengimpannya sendirian.. tapi Akweyra tetap mengaguminya.

Sailendraf, peri perempuan yang banyak memberi bunga pada setiap orang yang jatuh cinta, ia menabur bunga sebagai alunan rasa dari kepegasan pertanyaan-pertanyaan kepastian yang selalu diminta oleh perempuan. Ia selalu mengerti bagaimana perempuan hidup dari air mata dan untuk airmata, ia bahkan selalu ada disisi perempuan yang dalam penantian panjang.. meski ia tahu cinta perempuan itu tidak mungkin terbalaskan.. Sailendraf terlalu mencintai lorong-lorong penantian yang ia taburi bunga setiap hari, dan ia tahu bunga itu akan layu..

Annasyila, peri paling cantik di dunia peri, hanya saja kecantikannya itu adalah sebuah luka, yang mana setiap laki-laki tidak pernah mengerti betapa susahnya berjalan di atas heels 15 cm demi melihat kaki yang jenjang, betapa pedihnya mata-mata perempuan yang dipakai lens warna-warni agar nampak indah, betapa perihnya wajah perempuan yang terkena SPF demi mendapatkan kulit bersinar. Terlebih dari mereka-mereka yang mengikuti operasi plastik. Lalu Annasyila selalu terlihat murung setiap kali menemui lelaki. Mengapa mereka membuatnya harus terlihat cantik dan menyakiti dirinya?

Tuan, tiga peri itu kuperkenalkan padamu, aku ingin kau berteman padanya. Menjaganya agar mereka menyayangimu dengan penuh kasih. Jangan kau pikirkan apa dan bagaimana cara berkenalan pada mereka, cukup pejamkan matamu lalu tersenyum, dan itu akan membuatmu lebih baik.

Aku harap, kau memiliki rasa kasih sayang yang lebih untuk orang-orang sekelilingmu, agar peri-peri yang kutitipkan untukmu bahagia. Kalau saja setiap manusia yang hidup di dunia ini mempunyai termometer rasa yang mana perasaan manusia bisa di presentasikan, agar mereka bisa tolak Ho (dalam bahasa ilmu statistik ini dinamakan signifikan) atau setidaknya sinyal agar jika kita mencintai seseorang dan orang itu mencintai kita, kita akan tetap stay buat dia. Jika tidak.. perahu ini akan mencari dermaga-dermaga lain.

Di suratku kali ini, agak sedikit kekanak-kanakan, memang. Aku sudah janji tidak akan membahas soal pekerjaan yang sekiranya membosankan.

Menuliskan surat ini memang membuatku mengulum senyum, aku ingin menemui lagi laki-laki bertubuh tinggi dengan gaya casual dan yang punya selera membaca jenis buku fiksi ilmiah, atau sejenis diksi yang kritis agaknya.

Tuan, segitu dulu ya surat dariku..
Aku senang jika kau mau membacanya.
Terlebih, aku senang, jika kau mau menulis lagi..

Cheers, Nona Sagitarius.

1 comment:

  1. Maaf jika aku hanya bisa membalas suratmu kali ini melaluikolom komentar.
    Lama sudah aku tak menulis, terlebih fiksi dan puisi yang sekadarnya. Entah, ada yang berkecamuk dalam pikiran dan hati yang begitu besar sekarang, hingga membuat kebahagiaan yang dulu memudar. Aku seperti linglung, terjebak diantara kesukaan dan keterpaksaan. Dan mari kita lewatkan sejenak tentang kebbobrokan diriku saat ini.
    Terima kasih kuucapkan. Semoga ketiga peri yang kau kenalkan kepadaku mulai kembali membangkitkan gairah yang telah padam. Dan senyum kebahagiaan, merona pada wajahku yang kusam.
    Suatu saat nanti, aku ingin dan akan kembali. Mungkin kau bisa membantuku melalui doa dan rasa kau tularkan dalam tulisanmu. Amin.

    ReplyDelete