Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Sunday, July 13, 2014

jawaban atas pertanyaanmu.

hai, mungkin seharusnya aku tidak berbuat hal ini denganmu. tapi kalau tidak kau mungkin seperti ini terus.
dari beberapa bulan yang lalu, aku selalu menghindarimu.
mungkin tanpa sebab.

atau justru sebaliknya, sebab aku tidak ingin lebih lama menyakitimu.

kamu tau?
dari perbincangan kita yang tidak pernah nyambung, dari sikapmu yang terlalu acuh, bagaimana aku bisa mencintaimu?

ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin kutanyakan denganmu. tapi tidak etis jika kutanyakan di sini.

aku kecewa denganmu, saat kau hampir tidak pernah mengangkat telponku, padahal kamu tau? saat itu aku berusaha ingin berbagi sepenggal kisahku denganmu. aku kecewa.

aku menanyakan soal matematika denganmu, waktu itu kuharap kamu jadi orang pertama yang membantuku, tapi isi balasan smsmu malah "Kamu butuh jawabannya kapan? nanti ya aku cari jawabannya,"
dan aku malah mendapatkan jawaban soal matematika itu dari temanku yang lain, yang kutau dia sangat sibuk. aku juga kecewa.

waktu kau menanyakan "kamu inget gak sebentar lagi hari apa?"
jujur, aku tidak tahu. tapi mungkin jika sekiranya salah, aku minta maaf, jadi kubalas smsmu dengan, "tanggal jadian kita,"
lalu kamu menertawakan aku. akukan sudah minta maaf.
pada saat hari H, aku berusaha menghubungimu lewat telepon. kukira itu adalah satu-satunya cara paling efektif mengucapkan kata "selamat ulang tahun" tapi kamu malah tidak mengangkat teleponku yang pertama, yang kedua, yang ketiga, dan aku lupa sudah menelponmu berapa banyak. tapi kamu tau? aku kecewa.

sebetulnya, aku bukan tipikal orang yang harus kau ingatkan, aku akan mencari tau segala apapun hal yang berkaitan dengan orang yang kucintai, tanpa sepengetahuannya. dan aku lebih suka memberi kejutan dari pada mengumbar-umbar janji.

aku mencoba meninggalkan seluruhnya, apapun, semua hal tentang itu. termasuk kekecewaanku. di tengah kau sering kali mengirimiku pesan singkat yang berisi kata-kata entahlah, aku sendiri tidak bisa menjelaskannya, menurutku kata-katamu terlalu di awang-awang. buaian kata-katamu tidak berlaku.

 kemudian, yang paling membuatku sedih suatu hari, setelah sekian lama kau tidak menghubungiku, kau menanyakan "bagaimana tentang perasaanku?"

perasaan yang bagaimana menurutmu? aku baik-baik saja.

aku tidak langsung menjawab, dan kau menanyakannya lagi. dengan pertanyaan yang sama.

aku harus jawab apa? apa yang ingin kau dengar?

dan saat itu kamu malah ngajak ribut soal kesetiaanmu yang kau tanggung sendiri itu. aku sangat kecewa.

Tuan, maaf jika ini terlalu menyakitkan, maafkan aku yaa.

kamu terlalu abu-abu, terlalu menggantung dengan ketidakpastian yang terlalu lama.

dan yang paling membuatku kecewa berlebih-lebih, kau menyebuutku "sudah pindah ke lain hati sekian kali" sadar tidak, kau mengecewakanku lagi.

kalau memang kamu bersungguh-sungguh, tidak seharusnya kau berkata seperti itu, kesannya aku perempuan yang mudah jatuh cinta, padahal, kenyataannya, mengucapkan sebuah kata cinta itu hal yang sangat sakral yang akan mengubah perasaan yang biasa menjadi tidak biasa, perasaan yang berlarut-larut sayang.

bertemu dengan laki-laki, kenal baik, akrab, enak diajak ngobrol, perhatian, apa kita tidak jatuh cinta pada orang itu? perempuan akan merasa terlindungi jika ia mempunyai seorang teman yang bisa berbagi, bercerita dengan nyaman tanpa kepentingan apapun.

beberapa hari yang lalu, kau mengirim pesan lagi. kau bilang, bahwa ibumu menanyaiku?
aku sempat tidak mengerti dengan isi pesan singkatmu, maaf bukannya tidak percaya, tapi orang yang belum pernah bertemu denganku, seumur hidup bagaimana tiba-tiba bisa menanyakan kabar? aku yakin ibumu jauh lebih dewasa dari aku yang nyaris masih tergolong remaja labil yang bisa seenak jidatnya menyapa orang walaupun orang itu tidak kukenal.

jadi haruskah aku percaya padamu? kalau kenyataannya dalam hidupku kau tidak pernah benar-benar hadir, kau juga tidak pernah ada, aku tau kau sibuk, aku sangat mengerti, itu penyebab kita putus kan waktu itu? dan aku masih kecewa dengan itu. entah sudah berapakali kutuliskan kata kecewa dalam surat ini. dan apakah semua kesibukanmu menyita seluruh waktumu? jika iya, silakan bersenang-senang dengan kesibukanmu, aku tidak pernah berkomentar, apalagi menuntut, itu mustahil.

jika iya, kau memang benar-benar serius, aku selalu berada di pamulang, setiap akhir pekan. dan kenapa kau sama sekali tidak menanggapinya? setidaknya mengajak bertemu, bicara serius soal hubungan kita (jika kau masih mau) tapi jika tidak aku juga tidak peduli. aku sedang bahagia dan fokus dengan kehidupanku yang sekarang.

untuk itu, aku tidak pernah melarangmu untuk mencari wanita lain yang jauh lebih baik dariku, carilah, masih banyak perempuan di luar sana yang cantik. sementara aku tidak. bahkan jauh dari kata cantik. dan jangan pernah kau katakan sebuah pernyataan bahwa kamu tidak pernah pindah ke lain hati setelah putus denganku. aku tidak pernah memintamu melakukan hal itu, sungguh.

tuan, kamu masih muda, bersenang-senanglah dengan pilihanmu. aku tidak ingin kau berjanji lagi. mungkin, jika dikategorikan, aku termasuk perempuan yang mudah kecewa dan tidak peduli dengan orang yang sudah mengecewakannya. mungkin begitu.

mungkin ini jawaban, beserta alasanku kenapa aku menghindarimu.

aku tidak ingin jauh lebih lama menyakitimu. karena aku tidak pernah berniat sedikitpun.

sekali lagi aku minta maaf.

nona sagitarius.

No comments:

Post a Comment