Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Wednesday, July 16, 2014

Menghargai Hati.

Hai Tuan Capricorn.

Aku sangat antusias membaca suratmu di sini kemarin, iya memang aku bingung ingin menuliskan apa, terlalu banyak ide menulis yang carut marut di otakku, hingga aku bingung yang mana yang akan kutuliskan, tapi sebetulnya lebih kepada rasa takutku kalau surat-menyurat kita di baca orang lain dan nantinya dia tau semua tentang hal itu (hal ini tidak perlu kuperpanjang lagi), tapi kuharap surat ini hanya kamu saja yang membacanya. Oke, aku tidak suka paparazi. hehe.

tidak apa-apa Tuan, aku mengerti. Kadang, akupun merasakan hal yang sama sepertimu. Aku ingin menjauh dari seluruh kehidupan sosial media, sms, telpon, facebook, atau apapun jenisnya. seringkali aku jengah dengan hal-hal yang bersifat demikian. Aku sadar, semakin lama aku berada di jejaring sosial, kegalauanku meningkat atau galau kuadrat. Entah penyebabnya apa, yang jelas perasaanku begitu. Tapi masalahnya, aku tidak bisa meninggalkan ponselku terkait kerjaan.

Tuan, kau pernah merasakan jengah yang berlebihan? oke, kalau gitu aku akan bercerita lagi. Sering kali Moodku berubah begitu cepat. Hingga aku seperti seseorang yang Moody. ketika aku merasakan hal itu, aku akan berjalan sendirian (tidak peduli jam berapa dan di mana) pergi kemana kakiku menuntunku. seperti itu biasanya aku Tuan. Kau pernah seperti itu?

jatuh cinta diam-diam itu menyakitkan ya? aku hanya menjaga perasaanku dan perasaannya saja, agar sebuah hubungan yang selama ini kita bangun tidak janggal jika kukatakan yang sebenarnya. aku hanya menganguminya tapi aku sendiri tidak tau apa yang kukagumi dari dirinya. di mana letak memulai rasa kagum itu? atau mungkin aku hanya merasa nyaman saja. tidak lebih. yang jelas aku menghargainya, Tuan.

aku baru saja menyelesaikan Novel yang kubeli minggu lalu. judulnya surat untuk ruth. ini rekomendasi bacaan galau sedunia. hehehe. oh iya aku sempat kecewa dengan seorang penulis. aku tidak akan menyebutkan namanya di sini, apalagi karyanya. aku ingin sekali mempunyai novel barunya (sebetulnya lebih ke penghormatan sesama penulis dengan cara membeli satu ex novelnya selebihnya aku tidak terlalu tertarik) dan, ketika aku meminta satu ex dia bilang silakan mencarinya di lt 3. waktu itu kami bertemu di gramedia. dia bilang dia akan menungguku di tempat kami bertemu untuk memberikan tanda tangan. aku langsung jawab Oke dan bergegas ke lt3 mencari buku yang dimaksud. setelah ketemu dan membawanya ke kasir, aku kembali ke tempat semula. dan ternyata dia tidak ada di tempatnya. di situ aku hanya berpikiran mungkin dia ada urusan lain. ya, mungkin seperti itu.

saat aku on facebook, aku menuliskan pesan padanya. ku bilang aku sudah menemukan bukunya dan aku mencarinya di tempat tadi. tapi aku tidak menemukan dia.

kau tau? ia hanya me-read pesanku tanpa membalasnya.

aku sempat menggerutu. dan tidak lagi tertarik dengan bukunya.

itu yang di namakan penulis?

se-tidak peduli itu dengan pembacanya? haha, kau pernah membaca buku The fault in our stars? yang sekarang filmnya sedang tayang di bioskop. buku itu menceritakan Hazel yang sangat penasaran dengan kisah di balik kemalangan luar biasa yang di tuliskan seorang pria tua bernama Peter Van Houten, dan ia bela-belain jauh jauh datang ke amsterdam, ketika bertemu dengan penulisnya, si penulis malah tidak tahu diri dengan menyebut bahwa hazel bodoh karena begitu percaya dengan tokoh fiksi buatannya itu. penulis gila.

untungnya nasibku tidak seperti hazel :p hehehe

oh iya, kesimpulannya, aku tetap menghargai perasaannya. aku takut segala kenyamanan ini akan berakhir. aku membutuhkannya, Tuan. ia sejenis candu untukku.

well, sesekali aku ingin membaca ceritamu, sejauh ini aku terus yang bercerita.

Tuan yang selalu baik hati, selamat menunaikan ibadah puasa juga. mohon maaf lahir batin.

sampai bertemu lagi.

salam hangat,

Nona Sagitarius.

No comments:

Post a Comment