Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Thursday, June 14, 2012

lossed


“Kadang jika aku merindukan mereka aku hanya bisa mengingat betapa indahnya keluarga kecil itu.”

  Hidup itu tidak selalu berjalan sesuai yang kita harapkan. Aku terlahir di tengah keluarga kecil 18 tahun yang lalu, dimana aku menikmati begitu bearnya kasih saying kedua orangtuaku sejak tangisan pertamaku.
  Ibu. Pahlawan yang tidak akan tergantikan. Ia adalah satu satunya wanita yang rela di robek perutnya demi aku. Demi kelahiranku. Ia tidak rela aku disakiti siapapun. Bahkan ia tidak akan rela seekor nyamuk pun menggigitku.
  Bapak. Seperti superhero tanpa kostum. Ia adalah sosok yang kritis, namun berhati lembut. Sampai detik inipun aku tidak pernah di marahi olehnya. Mungkin jika aku salah aku akan selalu di ingatkan oleh beliau.
  Aku dan adik-adikku merasa anak2 yang paling beruntung. Hidup di tengah keluarga amat bahagia. Sampai cobaan menerpa keluarga kami. Masalah melanda memecah belah kami. Dan hal yang paling aku takutkan terjadi. Ibu dan bapak akhirnya bercerai. Aku menatap mereka dengan penuh linangan air mata.
  Apakah harus seperti ini? Perpisahan? Kehilangan? Perceraian? Tuhan, tahu kah kau. Aku sangat mencintai mereka?
  Aku harus jauh dari ibu dan adik perempuanku. Saat itu, aku benar2 butuh sosok ibu untuk berkembang dewasa. Bu. Aku ingin ibu disini. Yang setiap hari memasak untuk u. yang setiap hari menemaniku makan siang dan menjadi teman curhat jika aku punya masalah atau lelah habis sekolah. Sekarang sosok yang selalu aku rindukan itu jauh aku hanya bisa menelponnya sesekali untuk menanyakan kabar beliau.
  Aku berada di titik dimana aku benar2 terjatuh ke jurang. Aku butuh ibu, aku butuh keluarga yang utuh.
Suatu hari aku bertanya pada bapak.
  “Pak kapan ya ibu bisa satu rumah lagi sama kita?”
Bapak hanya tersenyum. “semoga saja. Semua sudah di atur allah ndok” kata bapak membuatku pilu. Lelaki yang selalu membuatku ingin bergelayut manja di lengan kokohnya setiap kali aku bertemu dengannya kini menatapu penuh kepastian.
  Banyak orang bilang. Perpecahan keluarga itu menjadi suatu factor yang bikin anak2nya gak bener. Buat aku. Perpecahan ini memang menjadi duka. Tapi sekaligus pemacu. Agar di masa depan kelak, akan menjaga keluarga kecilku tetap utuh.
  Bapak bilang “kita sudah sama-sama terluka. Maka jangan menambah luka lagi di keluarga ini” dan itu membuatku haru.
  Aku. Detik ini. Tidak pernah sedikitpun kekurangan kasih sayang dari orangtuaku. Mereka tetap menjadi superhero untuku.

No comments:

Post a Comment