Haii Tuan Capricorn, Aku juga kembali lagi.
Balasan suratmu kali ini ketika aku sudah berada di rumah ibuku, bertemu dengannya. ah, senang sekali rasanya Tuan.
Aku suka tulisan meracaumu, yang penting masih satu presepsi dan nyambung denganku. hehehe. Bukan, maksudku emm, aku hanya tidak ingin ia (hanya dia) membaca suratku sebelumnya kemudian ia mengetahui perasaanku. Itu gawat. kalau tulisanku yang lain, aku sama sepertimu; berharap banyak yang menyukainya.
Belakangan ini juga aku muak dengan kampanye hitam yang terlaru berlarut-larut itu, kurasa itu menghancurkan jiwa nasionalisme kita, terlalu frontal dan anarkis. aku bahkan tidak peduli yang bakal menang yang mana. dan akhirnya kita tau yang mana yang pecundang yang mana yang pemenang. Konyol kan?
Aku selalu berusaha mengerti dirimu Tuan, terkadang aku berpikir, bagaimana jadinya ketika aku berada di posisimu. Aku yakin tidak akan sekuat dirimu. Aku ingin kau tetap baik-baik saja. tetap dengan perumpamaan-perumpamaan anehmu, tetap dengan gaya bicaramu yang terkesan sok dewasa itu (ini serius kuadrat). tapi aku menyukainya.
jadi, intinya aku tidak akan mengatakan apapun padanya. sebab ia adalah karibku. aku tidak ingin sesuatu berubah setelah ini. penyelesaiannya; aku akan rehabilitasi Hati. hahhaahaha. mungkin itu adalah hal yang tepat.
aku ingin menyampaikan sesuatu yang sederhana; Jatuh cinta itu seperti kita menaruh sebuah cupcake ke piring kecil. cupcake itu kuibaratkan seperti hatiku. meski cupcakeku sudah tidak lagi berbentuk cupcake, karena ketika ditaruh di sebuah piring kadang sering kali tersenggol hingga terjatuh, kadang di piringnya sudah ada cupcake lain, hingga tidak ada tempat lagi untuk cupcake milikku. dan kali ini ketika aku mengetahui tidak ada cupcake lain di piring itu, aku tidak yakin apakah piring itu tersedia untuk cupcakeku yang sudah tidak berbentuk ini. begitu gambarannya Tuan.
kebahagiaan itu terdiri atas hal-hal yang paling sederhana di sekeliling kita, seringkali kita tidak menyadarinya. Jangan terlalu berharap apa yang tidak kau miliki tapi mensyukuri apa yang kau miliki saat ini. aku berkata seperti ini karena aku tengah berada dalam keluargaku. hingga aku sadar bahwa mereka adalah hal paling penting dalam hidupku melebihi apapun. kadang kita tidak berpikir logis untuk orang-orang yang terlalu kita cintai. uang, harta, dan tahta tidak lagi ada harganya ketika aku lebih membutuhkan mereka.
terimakasih telah menjadi teman pena yang baik Tuan.
semoga kau selalu baik-baik saja.
salam hangatku.
Nona Sagitarius.
Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.
Wednesday, July 23, 2014
Wednesday, July 16, 2014
Menghargai Hati.
Hai Tuan Capricorn.
Aku sangat antusias membaca suratmu di sini kemarin, iya memang aku bingung ingin menuliskan apa, terlalu banyak ide menulis yang carut marut di otakku, hingga aku bingung yang mana yang akan kutuliskan, tapi sebetulnya lebih kepada rasa takutku kalau surat-menyurat kita di baca orang lain dan nantinya dia tau semua tentang hal itu (hal ini tidak perlu kuperpanjang lagi), tapi kuharap surat ini hanya kamu saja yang membacanya. Oke, aku tidak suka paparazi. hehe.
tidak apa-apa Tuan, aku mengerti. Kadang, akupun merasakan hal yang sama sepertimu. Aku ingin menjauh dari seluruh kehidupan sosial media, sms, telpon, facebook, atau apapun jenisnya. seringkali aku jengah dengan hal-hal yang bersifat demikian. Aku sadar, semakin lama aku berada di jejaring sosial, kegalauanku meningkat atau galau kuadrat. Entah penyebabnya apa, yang jelas perasaanku begitu. Tapi masalahnya, aku tidak bisa meninggalkan ponselku terkait kerjaan.
Tuan, kau pernah merasakan jengah yang berlebihan? oke, kalau gitu aku akan bercerita lagi. Sering kali Moodku berubah begitu cepat. Hingga aku seperti seseorang yang Moody. ketika aku merasakan hal itu, aku akan berjalan sendirian (tidak peduli jam berapa dan di mana) pergi kemana kakiku menuntunku. seperti itu biasanya aku Tuan. Kau pernah seperti itu?
jatuh cinta diam-diam itu menyakitkan ya? aku hanya menjaga perasaanku dan perasaannya saja, agar sebuah hubungan yang selama ini kita bangun tidak janggal jika kukatakan yang sebenarnya. aku hanya menganguminya tapi aku sendiri tidak tau apa yang kukagumi dari dirinya. di mana letak memulai rasa kagum itu? atau mungkin aku hanya merasa nyaman saja. tidak lebih. yang jelas aku menghargainya, Tuan.
aku baru saja menyelesaikan Novel yang kubeli minggu lalu. judulnya surat untuk ruth. ini rekomendasi bacaan galau sedunia. hehehe. oh iya aku sempat kecewa dengan seorang penulis. aku tidak akan menyebutkan namanya di sini, apalagi karyanya. aku ingin sekali mempunyai novel barunya (sebetulnya lebih ke penghormatan sesama penulis dengan cara membeli satu ex novelnya selebihnya aku tidak terlalu tertarik) dan, ketika aku meminta satu ex dia bilang silakan mencarinya di lt 3. waktu itu kami bertemu di gramedia. dia bilang dia akan menungguku di tempat kami bertemu untuk memberikan tanda tangan. aku langsung jawab Oke dan bergegas ke lt3 mencari buku yang dimaksud. setelah ketemu dan membawanya ke kasir, aku kembali ke tempat semula. dan ternyata dia tidak ada di tempatnya. di situ aku hanya berpikiran mungkin dia ada urusan lain. ya, mungkin seperti itu.
saat aku on facebook, aku menuliskan pesan padanya. ku bilang aku sudah menemukan bukunya dan aku mencarinya di tempat tadi. tapi aku tidak menemukan dia.
kau tau? ia hanya me-read pesanku tanpa membalasnya.
aku sempat menggerutu. dan tidak lagi tertarik dengan bukunya.
itu yang di namakan penulis?
se-tidak peduli itu dengan pembacanya? haha, kau pernah membaca buku The fault in our stars? yang sekarang filmnya sedang tayang di bioskop. buku itu menceritakan Hazel yang sangat penasaran dengan kisah di balik kemalangan luar biasa yang di tuliskan seorang pria tua bernama Peter Van Houten, dan ia bela-belain jauh jauh datang ke amsterdam, ketika bertemu dengan penulisnya, si penulis malah tidak tahu diri dengan menyebut bahwa hazel bodoh karena begitu percaya dengan tokoh fiksi buatannya itu. penulis gila.
untungnya nasibku tidak seperti hazel :p hehehe
oh iya, kesimpulannya, aku tetap menghargai perasaannya. aku takut segala kenyamanan ini akan berakhir. aku membutuhkannya, Tuan. ia sejenis candu untukku.
well, sesekali aku ingin membaca ceritamu, sejauh ini aku terus yang bercerita.
Tuan yang selalu baik hati, selamat menunaikan ibadah puasa juga. mohon maaf lahir batin.
sampai bertemu lagi.
salam hangat,
Nona Sagitarius.
Aku sangat antusias membaca suratmu di sini kemarin, iya memang aku bingung ingin menuliskan apa, terlalu banyak ide menulis yang carut marut di otakku, hingga aku bingung yang mana yang akan kutuliskan, tapi sebetulnya lebih kepada rasa takutku kalau surat-menyurat kita di baca orang lain dan nantinya dia tau semua tentang hal itu (hal ini tidak perlu kuperpanjang lagi), tapi kuharap surat ini hanya kamu saja yang membacanya. Oke, aku tidak suka paparazi. hehe.
tidak apa-apa Tuan, aku mengerti. Kadang, akupun merasakan hal yang sama sepertimu. Aku ingin menjauh dari seluruh kehidupan sosial media, sms, telpon, facebook, atau apapun jenisnya. seringkali aku jengah dengan hal-hal yang bersifat demikian. Aku sadar, semakin lama aku berada di jejaring sosial, kegalauanku meningkat atau galau kuadrat. Entah penyebabnya apa, yang jelas perasaanku begitu. Tapi masalahnya, aku tidak bisa meninggalkan ponselku terkait kerjaan.
Tuan, kau pernah merasakan jengah yang berlebihan? oke, kalau gitu aku akan bercerita lagi. Sering kali Moodku berubah begitu cepat. Hingga aku seperti seseorang yang Moody. ketika aku merasakan hal itu, aku akan berjalan sendirian (tidak peduli jam berapa dan di mana) pergi kemana kakiku menuntunku. seperti itu biasanya aku Tuan. Kau pernah seperti itu?
jatuh cinta diam-diam itu menyakitkan ya? aku hanya menjaga perasaanku dan perasaannya saja, agar sebuah hubungan yang selama ini kita bangun tidak janggal jika kukatakan yang sebenarnya. aku hanya menganguminya tapi aku sendiri tidak tau apa yang kukagumi dari dirinya. di mana letak memulai rasa kagum itu? atau mungkin aku hanya merasa nyaman saja. tidak lebih. yang jelas aku menghargainya, Tuan.
aku baru saja menyelesaikan Novel yang kubeli minggu lalu. judulnya surat untuk ruth. ini rekomendasi bacaan galau sedunia. hehehe. oh iya aku sempat kecewa dengan seorang penulis. aku tidak akan menyebutkan namanya di sini, apalagi karyanya. aku ingin sekali mempunyai novel barunya (sebetulnya lebih ke penghormatan sesama penulis dengan cara membeli satu ex novelnya selebihnya aku tidak terlalu tertarik) dan, ketika aku meminta satu ex dia bilang silakan mencarinya di lt 3. waktu itu kami bertemu di gramedia. dia bilang dia akan menungguku di tempat kami bertemu untuk memberikan tanda tangan. aku langsung jawab Oke dan bergegas ke lt3 mencari buku yang dimaksud. setelah ketemu dan membawanya ke kasir, aku kembali ke tempat semula. dan ternyata dia tidak ada di tempatnya. di situ aku hanya berpikiran mungkin dia ada urusan lain. ya, mungkin seperti itu.
saat aku on facebook, aku menuliskan pesan padanya. ku bilang aku sudah menemukan bukunya dan aku mencarinya di tempat tadi. tapi aku tidak menemukan dia.
kau tau? ia hanya me-read pesanku tanpa membalasnya.
aku sempat menggerutu. dan tidak lagi tertarik dengan bukunya.
itu yang di namakan penulis?
se-tidak peduli itu dengan pembacanya? haha, kau pernah membaca buku The fault in our stars? yang sekarang filmnya sedang tayang di bioskop. buku itu menceritakan Hazel yang sangat penasaran dengan kisah di balik kemalangan luar biasa yang di tuliskan seorang pria tua bernama Peter Van Houten, dan ia bela-belain jauh jauh datang ke amsterdam, ketika bertemu dengan penulisnya, si penulis malah tidak tahu diri dengan menyebut bahwa hazel bodoh karena begitu percaya dengan tokoh fiksi buatannya itu. penulis gila.
untungnya nasibku tidak seperti hazel :p hehehe
oh iya, kesimpulannya, aku tetap menghargai perasaannya. aku takut segala kenyamanan ini akan berakhir. aku membutuhkannya, Tuan. ia sejenis candu untukku.
well, sesekali aku ingin membaca ceritamu, sejauh ini aku terus yang bercerita.
Tuan yang selalu baik hati, selamat menunaikan ibadah puasa juga. mohon maaf lahir batin.
sampai bertemu lagi.
salam hangat,
Nona Sagitarius.
Sunday, July 13, 2014
Jatuh cinta diam-diam.
Dear Tuan Capriorn,
Aku janji untuk menuliskan surat balasan untukmu. sepertinya dengan surat-menyurat kita seperti ini obrolan kita semakin sakral dibandingkan aku mengirimimu pesan singkat yang ujung-ujungnya obrolan kita tidak jelas atau kau sedang tidak ingin dekat dengan handphonemu itu.
tidak apa-apa Tuan, kegalauanmu membuahkan hasil yaitu; tulisan.
lupakan soal orang kedua atau ke tiga sekalipun, sebab aku sudah melupakannya. Ia hanya sebuah masalalu. Kau benar Tuan, orang kedua dan ketiga adalah orang tua dan sahabat. seharusnya aku memfokuskan diriku pada mereka. sejauh ini, aku bahagia dengan kesendirianku.
Tuan, memangnya aku bawel ya? huft. Akugak bawel-bawel amat kok, maksudku dalam frekuensi tertentu. dalam perbincangan panjang kita di telepon, kau selalu memberiku masukan. entah apapun bentuknya. kau selalu berfilosofi, atau menyederhanakan filosofi-filosofi hidup yang terlalu sulit kuterjemahkan dengan sensorikku.
ada banyak hal di dunia ini yang membuat manusia berubah, entah apapun itu faktornya. tapi kukira perubahan sikap adalah sesuatu yang diwakilkan oleh rasa dan sering kali kita mengumpati rasa itu demi hubungan baik yang telah terjalin. Tuan, bagaimana kalau seseorang jatuh cinta diam-diam? seperti buku yang pernah di tulis seorang perepuan supergalau, ya, kau bisa menebaknya sendiri lah. apakah cinta itu bisa diucapkan seperti keinginan hati kita, Tuan? bagaimana kalau semua keadaan berubah dalam waktu yang relatif singkat?
Tuan, aku sudah membaca web barumu. aku suka tampilannya. hehe. emm, terimakasih telah menjadi teman pena yang menye-bal-kan. juga menyenangkan.
cheers, Nona Sagitarius.
Aku janji untuk menuliskan surat balasan untukmu. sepertinya dengan surat-menyurat kita seperti ini obrolan kita semakin sakral dibandingkan aku mengirimimu pesan singkat yang ujung-ujungnya obrolan kita tidak jelas atau kau sedang tidak ingin dekat dengan handphonemu itu.
tidak apa-apa Tuan, kegalauanmu membuahkan hasil yaitu; tulisan.
lupakan soal orang kedua atau ke tiga sekalipun, sebab aku sudah melupakannya. Ia hanya sebuah masalalu. Kau benar Tuan, orang kedua dan ketiga adalah orang tua dan sahabat. seharusnya aku memfokuskan diriku pada mereka. sejauh ini, aku bahagia dengan kesendirianku.
Tuan, memangnya aku bawel ya? huft. Akugak bawel-bawel amat kok, maksudku dalam frekuensi tertentu. dalam perbincangan panjang kita di telepon, kau selalu memberiku masukan. entah apapun bentuknya. kau selalu berfilosofi, atau menyederhanakan filosofi-filosofi hidup yang terlalu sulit kuterjemahkan dengan sensorikku.
ada banyak hal di dunia ini yang membuat manusia berubah, entah apapun itu faktornya. tapi kukira perubahan sikap adalah sesuatu yang diwakilkan oleh rasa dan sering kali kita mengumpati rasa itu demi hubungan baik yang telah terjalin. Tuan, bagaimana kalau seseorang jatuh cinta diam-diam? seperti buku yang pernah di tulis seorang perepuan supergalau, ya, kau bisa menebaknya sendiri lah. apakah cinta itu bisa diucapkan seperti keinginan hati kita, Tuan? bagaimana kalau semua keadaan berubah dalam waktu yang relatif singkat?
Tuan, aku sudah membaca web barumu. aku suka tampilannya. hehe. emm, terimakasih telah menjadi teman pena yang menye-bal-kan. juga menyenangkan.
cheers, Nona Sagitarius.
jawaban atas pertanyaanmu.
hai, mungkin seharusnya aku tidak berbuat hal ini denganmu. tapi kalau tidak kau mungkin seperti ini terus.
dari beberapa bulan yang lalu, aku selalu menghindarimu.
mungkin tanpa sebab.
atau justru sebaliknya, sebab aku tidak ingin lebih lama menyakitimu.
kamu tau?
dari perbincangan kita yang tidak pernah nyambung, dari sikapmu yang terlalu acuh, bagaimana aku bisa mencintaimu?
ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin kutanyakan denganmu. tapi tidak etis jika kutanyakan di sini.
aku kecewa denganmu, saat kau hampir tidak pernah mengangkat telponku, padahal kamu tau? saat itu aku berusaha ingin berbagi sepenggal kisahku denganmu. aku kecewa.
aku menanyakan soal matematika denganmu, waktu itu kuharap kamu jadi orang pertama yang membantuku, tapi isi balasan smsmu malah "Kamu butuh jawabannya kapan? nanti ya aku cari jawabannya,"
dan aku malah mendapatkan jawaban soal matematika itu dari temanku yang lain, yang kutau dia sangat sibuk. aku juga kecewa.
waktu kau menanyakan "kamu inget gak sebentar lagi hari apa?"
jujur, aku tidak tahu. tapi mungkin jika sekiranya salah, aku minta maaf, jadi kubalas smsmu dengan, "tanggal jadian kita,"
lalu kamu menertawakan aku. akukan sudah minta maaf.
pada saat hari H, aku berusaha menghubungimu lewat telepon. kukira itu adalah satu-satunya cara paling efektif mengucapkan kata "selamat ulang tahun" tapi kamu malah tidak mengangkat teleponku yang pertama, yang kedua, yang ketiga, dan aku lupa sudah menelponmu berapa banyak. tapi kamu tau? aku kecewa.
sebetulnya, aku bukan tipikal orang yang harus kau ingatkan, aku akan mencari tau segala apapun hal yang berkaitan dengan orang yang kucintai, tanpa sepengetahuannya. dan aku lebih suka memberi kejutan dari pada mengumbar-umbar janji.
aku mencoba meninggalkan seluruhnya, apapun, semua hal tentang itu. termasuk kekecewaanku. di tengah kau sering kali mengirimiku pesan singkat yang berisi kata-kata entahlah, aku sendiri tidak bisa menjelaskannya, menurutku kata-katamu terlalu di awang-awang. buaian kata-katamu tidak berlaku.
kemudian, yang paling membuatku sedih suatu hari, setelah sekian lama kau tidak menghubungiku, kau menanyakan "bagaimana tentang perasaanku?"
perasaan yang bagaimana menurutmu? aku baik-baik saja.
aku tidak langsung menjawab, dan kau menanyakannya lagi. dengan pertanyaan yang sama.
aku harus jawab apa? apa yang ingin kau dengar?
dan saat itu kamu malah ngajak ribut soal kesetiaanmu yang kau tanggung sendiri itu. aku sangat kecewa.
Tuan, maaf jika ini terlalu menyakitkan, maafkan aku yaa.
kamu terlalu abu-abu, terlalu menggantung dengan ketidakpastian yang terlalu lama.
dan yang paling membuatku kecewa berlebih-lebih, kau menyebuutku "sudah pindah ke lain hati sekian kali" sadar tidak, kau mengecewakanku lagi.
kalau memang kamu bersungguh-sungguh, tidak seharusnya kau berkata seperti itu, kesannya aku perempuan yang mudah jatuh cinta, padahal, kenyataannya, mengucapkan sebuah kata cinta itu hal yang sangat sakral yang akan mengubah perasaan yang biasa menjadi tidak biasa, perasaan yang berlarut-larut sayang.
bertemu dengan laki-laki, kenal baik, akrab, enak diajak ngobrol, perhatian, apa kita tidak jatuh cinta pada orang itu? perempuan akan merasa terlindungi jika ia mempunyai seorang teman yang bisa berbagi, bercerita dengan nyaman tanpa kepentingan apapun.
beberapa hari yang lalu, kau mengirim pesan lagi. kau bilang, bahwa ibumu menanyaiku?
aku sempat tidak mengerti dengan isi pesan singkatmu, maaf bukannya tidak percaya, tapi orang yang belum pernah bertemu denganku, seumur hidup bagaimana tiba-tiba bisa menanyakan kabar? aku yakin ibumu jauh lebih dewasa dari aku yang nyaris masih tergolong remaja labil yang bisa seenak jidatnya menyapa orang walaupun orang itu tidak kukenal.
jadi haruskah aku percaya padamu? kalau kenyataannya dalam hidupku kau tidak pernah benar-benar hadir, kau juga tidak pernah ada, aku tau kau sibuk, aku sangat mengerti, itu penyebab kita putus kan waktu itu? dan aku masih kecewa dengan itu. entah sudah berapakali kutuliskan kata kecewa dalam surat ini. dan apakah semua kesibukanmu menyita seluruh waktumu? jika iya, silakan bersenang-senang dengan kesibukanmu, aku tidak pernah berkomentar, apalagi menuntut, itu mustahil.
jika iya, kau memang benar-benar serius, aku selalu berada di pamulang, setiap akhir pekan. dan kenapa kau sama sekali tidak menanggapinya? setidaknya mengajak bertemu, bicara serius soal hubungan kita (jika kau masih mau) tapi jika tidak aku juga tidak peduli. aku sedang bahagia dan fokus dengan kehidupanku yang sekarang.
untuk itu, aku tidak pernah melarangmu untuk mencari wanita lain yang jauh lebih baik dariku, carilah, masih banyak perempuan di luar sana yang cantik. sementara aku tidak. bahkan jauh dari kata cantik. dan jangan pernah kau katakan sebuah pernyataan bahwa kamu tidak pernah pindah ke lain hati setelah putus denganku. aku tidak pernah memintamu melakukan hal itu, sungguh.
tuan, kamu masih muda, bersenang-senanglah dengan pilihanmu. aku tidak ingin kau berjanji lagi. mungkin, jika dikategorikan, aku termasuk perempuan yang mudah kecewa dan tidak peduli dengan orang yang sudah mengecewakannya. mungkin begitu.
mungkin ini jawaban, beserta alasanku kenapa aku menghindarimu.
aku tidak ingin jauh lebih lama menyakitimu. karena aku tidak pernah berniat sedikitpun.
sekali lagi aku minta maaf.
nona sagitarius.
dari beberapa bulan yang lalu, aku selalu menghindarimu.
mungkin tanpa sebab.
atau justru sebaliknya, sebab aku tidak ingin lebih lama menyakitimu.
kamu tau?
dari perbincangan kita yang tidak pernah nyambung, dari sikapmu yang terlalu acuh, bagaimana aku bisa mencintaimu?
ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin kutanyakan denganmu. tapi tidak etis jika kutanyakan di sini.
aku kecewa denganmu, saat kau hampir tidak pernah mengangkat telponku, padahal kamu tau? saat itu aku berusaha ingin berbagi sepenggal kisahku denganmu. aku kecewa.
aku menanyakan soal matematika denganmu, waktu itu kuharap kamu jadi orang pertama yang membantuku, tapi isi balasan smsmu malah "Kamu butuh jawabannya kapan? nanti ya aku cari jawabannya,"
dan aku malah mendapatkan jawaban soal matematika itu dari temanku yang lain, yang kutau dia sangat sibuk. aku juga kecewa.
waktu kau menanyakan "kamu inget gak sebentar lagi hari apa?"
jujur, aku tidak tahu. tapi mungkin jika sekiranya salah, aku minta maaf, jadi kubalas smsmu dengan, "tanggal jadian kita,"
lalu kamu menertawakan aku. akukan sudah minta maaf.
pada saat hari H, aku berusaha menghubungimu lewat telepon. kukira itu adalah satu-satunya cara paling efektif mengucapkan kata "selamat ulang tahun" tapi kamu malah tidak mengangkat teleponku yang pertama, yang kedua, yang ketiga, dan aku lupa sudah menelponmu berapa banyak. tapi kamu tau? aku kecewa.
sebetulnya, aku bukan tipikal orang yang harus kau ingatkan, aku akan mencari tau segala apapun hal yang berkaitan dengan orang yang kucintai, tanpa sepengetahuannya. dan aku lebih suka memberi kejutan dari pada mengumbar-umbar janji.
aku mencoba meninggalkan seluruhnya, apapun, semua hal tentang itu. termasuk kekecewaanku. di tengah kau sering kali mengirimiku pesan singkat yang berisi kata-kata entahlah, aku sendiri tidak bisa menjelaskannya, menurutku kata-katamu terlalu di awang-awang. buaian kata-katamu tidak berlaku.
kemudian, yang paling membuatku sedih suatu hari, setelah sekian lama kau tidak menghubungiku, kau menanyakan "bagaimana tentang perasaanku?"
perasaan yang bagaimana menurutmu? aku baik-baik saja.
aku tidak langsung menjawab, dan kau menanyakannya lagi. dengan pertanyaan yang sama.
aku harus jawab apa? apa yang ingin kau dengar?
dan saat itu kamu malah ngajak ribut soal kesetiaanmu yang kau tanggung sendiri itu. aku sangat kecewa.
Tuan, maaf jika ini terlalu menyakitkan, maafkan aku yaa.
kamu terlalu abu-abu, terlalu menggantung dengan ketidakpastian yang terlalu lama.
dan yang paling membuatku kecewa berlebih-lebih, kau menyebuutku "sudah pindah ke lain hati sekian kali" sadar tidak, kau mengecewakanku lagi.
kalau memang kamu bersungguh-sungguh, tidak seharusnya kau berkata seperti itu, kesannya aku perempuan yang mudah jatuh cinta, padahal, kenyataannya, mengucapkan sebuah kata cinta itu hal yang sangat sakral yang akan mengubah perasaan yang biasa menjadi tidak biasa, perasaan yang berlarut-larut sayang.
bertemu dengan laki-laki, kenal baik, akrab, enak diajak ngobrol, perhatian, apa kita tidak jatuh cinta pada orang itu? perempuan akan merasa terlindungi jika ia mempunyai seorang teman yang bisa berbagi, bercerita dengan nyaman tanpa kepentingan apapun.
beberapa hari yang lalu, kau mengirim pesan lagi. kau bilang, bahwa ibumu menanyaiku?
aku sempat tidak mengerti dengan isi pesan singkatmu, maaf bukannya tidak percaya, tapi orang yang belum pernah bertemu denganku, seumur hidup bagaimana tiba-tiba bisa menanyakan kabar? aku yakin ibumu jauh lebih dewasa dari aku yang nyaris masih tergolong remaja labil yang bisa seenak jidatnya menyapa orang walaupun orang itu tidak kukenal.
jadi haruskah aku percaya padamu? kalau kenyataannya dalam hidupku kau tidak pernah benar-benar hadir, kau juga tidak pernah ada, aku tau kau sibuk, aku sangat mengerti, itu penyebab kita putus kan waktu itu? dan aku masih kecewa dengan itu. entah sudah berapakali kutuliskan kata kecewa dalam surat ini. dan apakah semua kesibukanmu menyita seluruh waktumu? jika iya, silakan bersenang-senang dengan kesibukanmu, aku tidak pernah berkomentar, apalagi menuntut, itu mustahil.
jika iya, kau memang benar-benar serius, aku selalu berada di pamulang, setiap akhir pekan. dan kenapa kau sama sekali tidak menanggapinya? setidaknya mengajak bertemu, bicara serius soal hubungan kita (jika kau masih mau) tapi jika tidak aku juga tidak peduli. aku sedang bahagia dan fokus dengan kehidupanku yang sekarang.
untuk itu, aku tidak pernah melarangmu untuk mencari wanita lain yang jauh lebih baik dariku, carilah, masih banyak perempuan di luar sana yang cantik. sementara aku tidak. bahkan jauh dari kata cantik. dan jangan pernah kau katakan sebuah pernyataan bahwa kamu tidak pernah pindah ke lain hati setelah putus denganku. aku tidak pernah memintamu melakukan hal itu, sungguh.
tuan, kamu masih muda, bersenang-senanglah dengan pilihanmu. aku tidak ingin kau berjanji lagi. mungkin, jika dikategorikan, aku termasuk perempuan yang mudah kecewa dan tidak peduli dengan orang yang sudah mengecewakannya. mungkin begitu.
mungkin ini jawaban, beserta alasanku kenapa aku menghindarimu.
aku tidak ingin jauh lebih lama menyakitimu. karena aku tidak pernah berniat sedikitpun.
sekali lagi aku minta maaf.
nona sagitarius.
Subscribe to:
Posts (Atom)