Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Wednesday, January 16, 2013

Dear tuan kacamata.




Dear, Tuan kacamata.

Hai, sudah lama ya, kita tidak saling menyapa.  Tapi aku ingin menyapamu lewat surat ini. Aku tidak yakin kamu mengingatku, bahkan untuk sekedar mengingat namaku.
Tuan, saat aku menulis surat ini, udara sedang berada di 24 derajat celcius. Dingin, diringi buih hujan yang tak kunjung reda dari semalam. Kamu ingat? Hujan yang menunda pertemuan kita hingga dua jam, dan aku nekat hujan-hujanan demi bertemu denganmu.
Aku ingin menanyakan apa kabar? Selama dua tahun ini kamu menghilang seperti orang yang tertelan bumi. Seperti yang sudah kamu ketahui, aku masih sering berkunjung ke daerah lapang di lantai lima sebuah gedung, untuk sekedar mengingatmu. Atau mengungkap rindu? Entahlah, apa namanya. Tapi seperti itu yang aku lakukan, sejak kamu pergi dan meninggalkan bekas ciuman di pipi.
Tuan kacamata, aku tidak lupa dengan mu, kamu selalu terlihat lucu bila tanpa kacamata, karena itu aku sering menyebutmu hidung besar, hehe.
Kamu itu, seseorang bertubuh tinggi yang membuatku terlihat seperti kurcaci bila berjalan disisimu, tapi kamu tidak pernah perduli dengan itu.
Disini, semua sudah di laminating, di bawah syaraf sensorikku, untuk mengingatmu seperti ketika kamu mengelap es krim yang belepotan di bibirku, kamu yang selalu mengambil brokoli waktu kita makan capcai, kamu yang selalu mengambil satu ayamku, karena kamu tau aku tidak akan sanggup makan dua ayam di paket AW, atau kamu yang selalu membodoh-bodohi aku, jika aku masih saja lupa membawa payung padahal saat itu sedang musim hujan.
Oh iya, kamu ingat sippo? Sudah lama ya, kita tidak membahas dia. Boneka beruang kecil yang kamu berikan sebagai hadiah ulangtahunku, tapi kamu tau? Aku sangat takut dengan boneka? Ya, aku ini aneh tuan, aku takut dengan boneka-boneka. Kali ini kamu boleh mengatai aku gila karena aku masih syock nonton film chucky.
Tuan, kamu tau perasaanku? Seharusnya kamu lebih baik tidak tau, atau pura-pura tidak tau, itu jauh lebih baik dari pada kamu mengungkapkannya tapi kamu tidak bisa bersamaku. Aku bukan sedang mengungkit-ungkit masalalu kita, aku hanya ingin bernostalgia lewat surat ini.
Mungkin segitu saja surat yang ku tulis ini, aku tidak pernah mengharap balasanmu.

Dengan hati yang lelah menanti,
Ovie.

2 comments:

  1. terkadang aku juga memakai kacamata, tapi aku tahu bahwa cerita ini bukan untuk ku, hemm, mungkin tuk seseorang disana, yg tidak boleh kusebutkan namanya.
    ah, aku sok tahu, mungkin saja bukan dia.

    ReplyDelete