Dear Capricon,
Surat cinta ini sengaja
ku tulis untuk seorang teman yang jauh disana.
Hai Capricon, apa kabarmu?
Semoga selalu baik-baik saja disana. Hari ini aku berkerja dengan cukup baik,
anak-anak muridku itu sangat menginspirasi, mungkin mereka adalah objek yang
membuatku tersenyum di setiap pagi, dan aku benci hari minggu, di mana saat
orang-orang pergi dengan schedule mereka masing-masing, aku malah sibuk dengan
dosenku yang superbawel. Ya, bagaimana lagi. Aku harus mendapat gelar sarjana
secepatnya. Padahal otakku yang koslet ini, sering kali berkayal fantasi saat
pelajaran kalkulus.
Rasanya aku ingin
membuyarkan semua rumus-rumus itu dengan; Cupi alase nambrelalion, itu sejenis
sihir yang baru saja ku pelajari. Untuk mengubah rumus-rumus menyebalkan di
layar komputerku dengan gambar-gambar Disney, oh alangkah indahnya hidup ini,
jika bisa imigrasi ke dunia Disney. Aku akan mendaftar jadi pacar ke tiganya
donal bebek, atau mickey mouse juga tidak apa-apa. Aku rindu Hogwarts.
Atau mau tau jenis sihir yang
lain? Segeralah minta padaku.
Capricon melankolis, aku
mengenalmu dengan baik, aku bahagia sekali saat kamu mau menjadi patnerku untuk
menulis. Sebuah cerpen yang kita tulis di sela-sela skirpsimu. Yang pada
akhirnya kita menamakan “Coretan cinta.” Hal bodoh seperti apa yang dua anak
SMA melakukannya setiap hari? Selain mencoret-coret meja dengan tipe x. kalo
boleh jujur, aku pernah membuat contekan di atas meja saat ujian tengah smester.
Hehehe. Kamu selalu mendapatkan banyak ocehanku mengenai cerpen kita, dan
akhirnya kamu menerima cerpen itu dengan cerita yang hampir 90 persen, ku
rubah. Walaupun cerpen itu tidak masuk kategori, aku tetap senang, kita bisa
bekerja sama, menyatukan dua ego kita (maksudku egoku) yang selangit itu.
Aku suka saat kamu
mengoceh di telepon, bercerita tentang kehidupanmu, pacarmu, atau siapa saja
lah. Aku juga suka saat kamu ikut andil sewaktu aku kesulitan menghubungi dia. Setidaknya
kamu membantuku walau pada saat itu, aku tidak berhasil menghubungi dia sampai
detik ini.
Dan yang lebih aku suka
caramu menulis dengan unsur kebebasan di setiap paragrafnya, secara tidak
langsung tulisanmu selalu memberi aku pelajaran bahwa hidup ini tidak selalu
terpaku pada satu tema.
Aku sudah memutar otakku,
jungkir balik, untuk terpaku pada proses kehidupan, pekerjaan, sekolah, dan
tetekbengek sertifikat lomba yang tiada artinya, tapi di saat aku menulis,
seluruh imajinasi itu keluar, mulai dari perasaan, rindu, pangeran, sampai aku
terjun ke galaksi Andromeda di luar sana. Sangat jauh bukan? Tentu saja. Butuh
berapa juta tahun untuk menuju Andromeda? Tapi dengan menulis, sambil sesekali
memejamkan mata, kemudian melepaskan seluruhnya di alam bawah sadar tentang
imajinasi, mimpi, sihir, dan miliaran hal yang tidak bisa terungkap dengan
fakta, aku bisa menulisnya selama jemariku masih mampu menari-nari di atas
keyboard.
Capricon, kamu yang
menenangkan aku sewaktu draft tulisanku hilang karena laptopku rusak, ya,
setidaknya melalui kata-kata itu aku harus mengambil hikmahnya. Kamu tau? Setelah
tulisan itu hilang begitu saja, aku berhasil menuliskan satu naskah yang
sekarang sudah masuk ke meja redaksi. sekali lagi, itu karena sihir. ku bilang apa, Cupi alase nambrelalion itu sihir yang ampuh bukan? :))
Atau pembicaraan kita
soal entahlah apa namanya, di chat YM kita selalu membahas berbagai hal yang
kita mau bicarakan. Ngoceh ngalor-ngidul tidak jelas, bahkan soal si dia, si
anu, dan dia anu.
Tuan Capricon yang baik
hati, ada yang aku tidak suka dari kamu. Beberapa hari lalu aku membaca blogmu.
Oh iya, aku lupa. Kita sama-sama suka menulis blog. Ku baca postingan
terakhirmu yang kamu tuliskan pada tanggal 14 january, tepatnya satu hari
setelah ulang tahunmu.
Aku selalu suka kamu
bercerita dengan menulis, itu adalah hal yang baik. Tapi tolong jangan
ceritakan tentang tiga teman istimewamu. Kalo tidak salah sibulat kecil
maintate, phenoxymethyl yang berbadan bulat besar, dan yang satu lagi aku lupa
siapa namanya. atau mungkin sengaja ku lupakan? Yang jelas aku tidak ingin
berhadapan dengan mereka.
Entah kenapa saat kamu
menceritakan itu, aku ingin sekali menonjokmu. Biar kamu sadar kalau hidup mati
seseorang ada di tangan tuhan, bukan karena ketiga teman kecil bodohmu itu.
Capricon, Kamu tau, aku
cemburu dengan mereka? Kenapa mereka bisa menenangkanmu? Padahal mereka tidak
bernapas, tidak bernyawa, dan tidak bisa memelukmu dengan baik. Coba buka mata
kamu, masih banyak orang di sekeliling kamu yang selalu bisa memberimu nyawa,
lebih dari itu. Ketergantungan kamu pada mereka boleh saja, aku tidak melarang.
Tapi ku mohon, entah, bagaimana caranya jangan membuatmu berpikir seolah mereka
akan killing you slowly.
Capricon melankolis, Tuhan
itu ada disini, di hati kamu, jadi jangan takut kalau organ dengan empat lubang
yang memacu aliran darah ke seluruh tubuh itu akan berhenti secara perlahan. Aku
juga akan merasakan itu suatu saat nanti. Tapi hidup hanya sekali, tersenyumlah
untuk dirimu. Aku ingin kamu mencintai, dirimu.
cheers,
Nona Sagitarius.
No comments:
Post a Comment