Dear De ulin.
Masa kecil kita mungkin tak jauh beda. Kenapa seperti itu? Karena kita tidak dibesarkan dari keluarga yang berada.
Scorpio kecil, banyak hal yang perlu kita syukuri. Mungkin saat ini kamu belum mengerti bagaimana kehidupan. Yang kutahu rutinitasmu hanya bangun pagi (menemani ibu memetik jamur) mandi, sarapan, lalu berangkat kesekolah.
Dek, mungkin suatu hari saat kamu sudah dewasa jika kamu membaca tulisan ini kamu akan mengerti betapa aku menyayangimu. Betapa hal-hal yang kamu inginkan selalu terngiang dibenakku. Betapa setiap kali aku melihat anak kecil aku akan teringat pada adikku yang bergigi tanggal.
Dek jika kamu merasa hingga detik ini ibu sangat amat menyayangimu, kamu jangan senang dulu, sebab akupun merasakan hal yang sama. Dan anak-anak ibu yang lain merasakan hal yang serupa. Bagaimana tidak, jika enam anak ibu ditanya siapa yang paling disayang? Aku yakin kita akan berebut dan menyerukan "aku" aku tersenyum ketika menuliskan ini. Dan sungguh tidak tahu bagaimana cara ibu membagi-bagi kasih sayangnya secara adil (walau sering tak bijak karena ibu perempuan) kepada semua anaknya.
Dek ulin, kita wajib bersyukur dengan semua yang telah Tuhan berikan. Meski saat ini kita berada dalam jarak ratusan kilometer, percayalah ratusan kilometer itu tak mengurangi sedikitpun rasa sayangku padamu.
Adek kesayangan, meski kamu yang paling kecil menurutku kamu yang justru paling berharga untuk ibu. Sekarang, kamu satu-satunya yang ibu miliki di rumah. Setelah satu-persatu dari kami pergi. Mencari kehidupan masing-masing.
Mungkin kamu tidak akan ingat, waktu kamu kecil aku yang selalu menenangkanmu malam-malam menggendongmu dalam pelukanku lalu membacakan surat-surat pendek hingga kamu tertidur. Waktu itu ibu sudah lelah. Karena malam mulai larut. Atau ketika kamu menangis karena sesuatu, aku buru-buru menggendongmu lalu mengajakmu keluar melihat kumpulan bintang dari depan rumah. Aku yang mengajarimu bernyanyi bintang kecil. Aku yang mengajarimu bernyanyi twingkle-twingkle. Hingga lagi-lagi kamu terlelap di bahuku. Waktu itu usiamu belum genap setahun. Dan belum bisa berjalan. Aku mengajarkanmu berjalan dengan cara "titah" aku mengajarkanmu berdiri dari jatuh. Hingga setahun kemudian aku harus pergi lagi meninggalkan rumah.
Dek, waktu kamu kecil ibu bilang mirip dengan aku waktu kecil. Cengeng, takut sama orang baru, dan sulit sekali menghadapi perpisahan. Kamu pasti menangis saat aku pergi ke jakarta dan selalu melarangku untuk pergi. Tapi saat mendengar kabarku pulang, kata ibu kamu yang tidak bisa tidur menungguku. Hingga saat aku tiba di rumah pukul dini hari kamu selalu ikut membukakan pintu meski hanya bersembunyi di balik punggung ibu. Lalu memelukku. Dan saat aku pulang kamu akan berceloteh tentang teman barumu, mengajakku bermain masak-masakan, membeli eskrim, atau pergi ke pasar malam dan membawa pulang gulali. Hanya seperti itu saja, kamu bahagia sekali. Lalu kamu memelukku berkali-kali.
Dek, aku selalu menyuapimu makan (hingga sekarang jika aku pulang) aku selalu ingin membelikanmu mainan atau pakaian baru. Aku selalu ingin menguncir rambut panjangmu. Namun kamu tau? Sebelum ada kamu di dunia ini, aku melakukan hal yang sama dengan kakakmu.
Dek, rasanya aku ingin bermain denganmu lebih lama. Aku sangat terenyuh ketika kamu bilang "kenapa mba sayang banget sama aku?" dan aku tidak bisa menjelaskannya bagaimana rasa sayang ini.
Atau saat kamu bilang "mba aku mau ikut ke jakarta"
Yeah, sometimes you can come, tapi untuk saat ini aku yang berharap padamu. Tolong jaga ibu baik-baik. Sebab tinggal kamu satu-satunya harapanku untuk menjaga ibu. Karna aku menjaga ibu dengan cara yang lain yaitu: doa.
Dek, jadi anak tukang bambu sama tukang jamur ibu harus bangga. Sebab ibu menghidupimu dengan dua cara itu. Sebab tak adalagi yang bisa ibu lakukan untuk membesarkan anak-anaknya.
Dek, mungkin saat ini kamu belum mengerti apa yang kutulis. Saat ini juga kamu belum mengerti mengapa kamu ada di dunia ini. Sebab kamu masih 6 tahun. Tapi kamu mengerti saat ibu pergi keluar rumah tanpa kamu tahu. Kamu akan menangis. Waktu itu ibu sakit, kamu yang mengambilkan air hangat dari meja. Kamu yang memijit tangan lelah ibu. Kamu juga yang berbisik "ibu cepet sembuh ya" kamu tau dek? Rasanya aku ingin memutar waktuku sekali lagi aku ingin melakukan apa yang kamu lakukan. Tapi saat aku kecil, aku tidak ingat apapun.
Dek, air mataku saat ini tumpah. Kumohon jadilah anak yang berbakti kepada ibu. Maaf aku tak bisa hadir di ulang tahunmu bulan lalu. Tapi aku mengirimimu hadiah.
Dek, selamat ulang tahun yang ke 6. Tetap jadi adek kesayangan dan selalu sederhana.
No comments:
Post a Comment