Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Saturday, October 21, 2017

Surat terakhir untukmu

Dear kamu.

Aku perempuan malang yang penuh dengan kenang.

  Salah satu penyebab airmata perempuan jatuh adalah ia tidak bisa menghapus kenangan kecil masalalu.

  Aku menuliskan ini mungkin adalah pamit. Cerita yang terakhir kutulis tentangmu. Cerita yang semula selalu menjadi impian-impian kita sebagaimana kamu adalah imajinasi indah yang berhasil kurangkai dalam kata. Dan kamu selalu menghiraukannya.

   Mungkin aku tidak seberuntung perempuan lain. Yang berhasil memadu kisahnya. Aku tak seperti peremupuan-perempuan pengagum dirimu,  yang terang-terangan mengungkap suka. Yang terang terangan memaksa hatimu. Aku yang hanya bisa memendam lalu diam-diam pergi karna tak lagi kuat memendam rindu sendirian. Aku tidak akan memaksa apapun.  Meminta apapun. Ya,  aku tidak mudah mengatakan cinta. Aku tidak piawai mengungkapkan perasaan. Rasanya lidahku terlalu kelu untuk mengatakannya.

   Tapi aku piawai merangkai kata-kata kiasan yang jika kau tau itu adalah aku sebenarnya. Tapi selalu ku kilah. Dan salahku. Aku hanya bisa diam.  Mengagumimu dari jauh. Memuji rupamu dan mengadu pada Tuhan. Mengapa perasaan ini Tuhan berikan padaku? Jika memang pada akhirnya kau adalah tempatku berlabuh. Aku ikhlas.

    Sebelum aku pergi dari hidupmu,  aku akan menyelesaikan satu-persatu masalah hatiku. Agar mereka tak lagi bertengkar.  Ada degup yang berdebar tiap kali kamu tersenyum dan itu menjadi masalahku. Mengapa Tuhan membiarkan aku bertemu denganmu secara tidak sengaja jika hanya untuk memuji Tuhan.  Bahwa Ia menciptakan sesuatu yang rupawan bernama kamu. Bahwa Ia adalah Zat yang tidak di ragukan lagi untuk mencipta.

   Kamu,  jika memang pertemuan kita tidak ada artinya dimatamu,  jika memang aku yang selalu ada di sisimu selama ini tidak berarti di matamu,  aku akan ikhlas. Dan diam-diam kepergian menghapus harapku yang kutaruh pada pelupuk matamu.

   Aku hanya bisa mendoakanmu dari jauh. Dari hal yang selama ini tidak kau tau. Dari pertemuan-pertemuan yang disengaja ataupun tidak. Aku yang selalu memikirkan dirimu entah sadar atau tidak nyatanya seperti itu.

  Aku akan sedikit menceritakan hak yg kualami. Entah kebetulan atau tidak. Beberapa tahun lalu, kamu pernah memutuskan untuk pergi dariku dengan alasan yang bisa kumengerti.  Tapi,  ada bagian kecil dalam dadaku yang selalu mengusih. Ia tidak mau mengerti.  Hingga aku berdoa. Aku tidak ingin kamu pergi dariku. Aku berdoa setiap aku mengingatmu.  Dan akhirnya. Tuhan seperti mengabulkan doaku. Kamu kembali dan tetap bersamaku. Rasa bahagia mana lagi yg bisa kupungkiri? Rasanya aku sangat-sangat bahagia.

   Sebelum nantinya tidak adalagi orang yang mendengar keluhmu,  sebelum nantinya kita tak saling kenal satu sama lain,  sebelum akhirnya aku tak punya keberanian lagi untuk menemuimu-karena tak sanggup lagi melihatmu,  sebelum nantinya aku benar-benar tidak ada dalam hidupmu: aku akan berterimakasih,  kamu pernah ada dan mengajari aku yg bodoh ini banyak hal.

  Kini,  aku tidak lagi bercerita tentangmu.banyak surat-suratku yang tak terbalas. Banyak hal yang belum kau jawab hingga...  Mungkin aku lelah. Aku sudah berusaha selalu ada di sisimu,  aku selalu berusaha mengerti setiap maksudmu. Aku selalu berusaha menerima dengan ikhlas bahwa kamu teman dalam kehidupan gelapku. Beberapa hal hanya bisa kubagi denganmu dan tidak dengan yg lain.

   Jika saat ini aku lelah..
Adakah bahumu? Bahumu yg selalu kucari?
 
   Jika saat ini aku lelah..  Adakah senyummu yang menyemangatiku? Adakah cemasmu mengkhawatirkanku? Adakah pedulimu?

  Jika tidak. Haruskah aku mencari yg lain?

  Sekali lagi,  aku perempuan yang hanya bisa memendam perasaan. Aku janji perlahan.  Setelah ini aku akan pergi dari hidupmu jika memang aku tak pernah lagi berarti..

No comments:

Post a Comment