Aku meniti sebuah pigura, kuamati baik-baik.
Sebuah foto yang berhasil menyeretku pada kenang pilu. Yang berhasil ku rekam dalam potongan ingatan.
Kau tau waktu itu, senyum merkah di sudut bibirmu seraya menatapku. Berkali-kali tatapanmu menggodaku untuk bicara, entah apa yg ingin kubicarakan aku tidak peduli aku hanya ingin menatapmu lebih lama.
Aku ingat saat kita menggantungkan harapan-harapan itu dalam genggaman tangan. Atau saat aku menaruh lelahku pada bahumu, sebentar. Dan sepatumu selalu berjalan beriringan dengan sepatuku.
Hari itu aku sangat bahagia, aku mengerti bagaimana caranya berbagi. Aku mengerti bagaimana caranya memberi tanpa diminta. Aku mengerti, sungguh.
Namun..
Jika pada kenyataanya kamu terlalu rumit untuk di pikirkan. Maka, adakalanya aku berfikir untuk melepaskan.. Padaakhirnya, kita akan saling 'menemukan' entah siapa yang lebih dulu.
Apakah setelah ini kita akan berpisah? Tak saling kenal satu sama lain, menghabisi rindu dengan berpura-pura menjadi orang lain?
Apakah semua hal yang pernah kulakukan untukmu tidak pernah ada artinya?
Mungkin iya, sebab aku tidak pernah meminta kau mengasihi.
Aku tidak pernah hebat dalam hal apapun, aku yang tidak pernah pintar berpura-pura, dan aku yang tidak pernah berarti dimatamu ini sedang berusaha mengenyahkan segala pikiran tentangmu.
Tapi.. Pigura ingatan ini selalu membawaku kembali padamu.
Haruskah aku kembali?
No comments:
Post a Comment