Menemukan orang yang ikhlas, itu sulit. Entah bagaimana
definisi ikhlas itu sendiri kalau yang baik masih saja dinilai kurang baik,
yang sepenuh hati di anggap gak punya hati. Padahal niat dan etikat sudah
bulat. Tapi mungkin cara kita yang salah. Terlepas dari apapun, cara kita belum
tentu berharga bagi mereka.
Ini adalah catatan terakhir untukmu, dengan menghilangnya
aku dari hidupmu mungkin akan membuat semuanya berubah, berharap, kita akan menjadi
orang yang lebih baik.
Ini bukan inginku, aku tau ini juga bukan inginmu. Tapi hidup adalah pilihan, saying. Sebagaimana
dalam realita kamu memilihnya tapi hatimu untukku, dan dalam kehidupanku, aku
memilih orang lain, yang akan menghapus air mataku, menyemangatiku, bahkan
menjadi sandaran untukku dan mencintaiku seumur hidupnya—seperti yang kau
lakukan waktu itu.
Sayang, ini takdir kita. Kita sudah tidak bisa lagi terlalu
lama bermain-main dengan hati. Akut takut jika ini
akan menyakiti hati yang
lain.
Aku sudah kalah, dan pasrah—meskipun dalam hidup untuk
menyerah adalah perbuatan paling bodoh. Tapi untuk hal ini, itu yang kulakukan.
Sayang, sekarang, aku sudah tumbuh menjadi seorang gadis
yang lebih dewasa dari sebelumnya, aku selalu membandingkan hal yang harus
kulakukan dan tidak kulakukan, dan melupakanmu adalah hal yang wajib kulakukan.
Melupakan kita.
Anggap saja, kita adalah sebuah doa untuk masa depan, yang
mana dalam pencarian panjang ini, aku bisa menemukan lelaki yang sama baiknya,
lembutnya, dewasanya, dan sayangnya sepertimu.
Sayangku, kadang aku harus menjadi orang lain untuk membuat
orang lain bahagia. Kau pernah mengatakan padaku, bahwa kau harus jadi badut
untuk membuat kekasihmu tersenyum. Dan hal itu yang paling kubenci. Karna kau
berpura-pura.
Sedangkan saat kita bertemu, kita selalu bagga menjadi diri
kita masing-masing. Tidak ada yang ditutup-tutupin, tidak ada yang di
sembunyikan, ngomong semaunya, sesukanya, nyanyi seenak jidat, ngoceh, ngocol
bareng-bareng, ketawa, teriak-teriak kayak orang gila, bilang cinta di depan
orang banyak—dan aku bahagia atas semua itu. Walau tidak ada orang yang tau
bahwa kita saling mencintaipun, aku tetap mencintaimu.
Tapi sekarang, aku mengerti kenapa kau melakukan hal itu
pada kekasihmu. Seperti halnya yang kulakukan padamu saat ini. Sebisa mungkin
aku tidak peduli denganmu, aku bukan menjadi diriku yang dulu saat dihadapanmu,
aku tidak mengenalmu, aku tidak menginginkan bertemu, bahkan untuk mengenalmu.
Aku ingin kau membenciku. Agar kau sakit, dan tidak ingin
mengenalku lagi.
Sayangku yang selalu kusayangi, maaf jika ini terlalu
menyakitkan. Tapi jalan kita. Anggaplah aku munafik—jahat atau apalah namanya,
aku ingin kau bahagia bersamanya. Tolong jangan hubungi aku lagi, sayang. Kumohon..
No comments:
Post a Comment