Jikalau menyerah adalah sebuah hal lazim yang pakai setiap pemain, aku
akan melakukan hal yang sama. Aku sudah berkali-kali menyerah.
“Udah mau pulang ya shafira?” tanya Ken dengan kaus bulutangkis
favoritnya. Aku baru saja menyelesaikan kelas biola. Ken kira-kira masih akan
latihan dua jam kedepan.
Aku mengangguk.
“Mau menungguku? Nanti kita bisa pulang bersama,” tawar Ken. Aku memberanikan
diri menatapnya setelah bersikukuh bertengkar dengan perasaanku.
Bukankah Ken selalu bersikap manis pada setiap wanita? Bahkan ia memberikan
Karin hadiah saat ulang tahun. Jadi, kalau hari ini ia mengajakku pulang
bareng, tidak ada yang istimewa.
Tapi entah kenapa, aku selalu terkagum dengan keindahan hadirmu, disetiap
hariku.
Aku masih menenteng tas biolaku, lalu menggeleng.
“Maaf aku tidak bisa,”
Hal yang kurasakan, seluruhnya hanya sebuah angan yang kusimpan apik
dalam mimpi. Aku harus belajar untuk melepas sesuatu yang bukan milikku.
“Kenapa, Sha?” wajahnya terlihat bingung, ini pertama kali aku menolak
tawarannya. Biasanya aku mau-mau saja kalau ia mengajakku menonton konser atau
pergi ke pameran seni. Ia Hafal betul aku menggilai art. Ia selalu menemaniku
kemanapun aku mau, kapanpun kondisinya. Ia selalu ada. Kadang aku tidak habis
pikir, mengapa ada orang sebaik Ken.
Lalu aku sadar, Ken adalah pacar Karina, sahabatku sendiri. Aku berusaha
senormal mungkin untuk tidak jatuh cinta pada Ken, Karena aku menghargai Karin.
Tapi rasanya mustahil kulakukan, kalau Ken selalu berbuat baik padaku. Bahkan ia
laki-laki pertama yang mengkhawatirkanku saat aku pulang kehujanan tanpa
mantel. Ia jauh-jauh menjemputku saat Ibu sedang sakit.
Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada Ken kalau caranya seperti ini.
“Aku, aku sudah ada janji dengan pria lain,” kataku akhirnya.
Ia menatapku tidak percaya, alisnya bertaut, “kau yakin?” tanya Ken.
Aku mengangguk. Tapi tentu saja tidak.
Ken membalasnya dengan senyum, “Kalau nanti laki-laki itu menyakitimu,
kau katakan padaku. Besoknya dia sudah tidak ada,” kata ken, nadanya
seolah-olah sungguhan.
Sejujurnya aku tidak ingin lebih lama berkecamuk dengan perasaan ini, aku
sudah mencintainya dan berkali-kali jatuh cinta pada orang yang sama. ia
keindahan bagi banyak mata yang sayang kalau dilewatkan.
Ken mengusap rambutku dengan gemas, ia mengumbar senyum yang bisa
membuatku kembali jatuh cinta. “Hati-hati ya, Shafiraa,” katanya. Lalu aku
melihat punggungnya mulai menjauhiku.
Andai kau pilih aku.
Andai kau sadar, bahwa ada cinta yang kupendam sendirian.
Andai kau mengerti, apa yang berkali-kali mencegahku untuk tidak
menyakiti hati.
Aku menatapmu sekali lagi—secara diam-diam dan tanpa
sepengetahuanmu. Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan, lalu berkali-kali mengucap
hal yang sama. Biar kupendam rasa ini sendiri.
#Terinspirasi dari lagu Maudy Ayunda -Biar kusimpan dalam
mimpi.