Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Saturday, June 6, 2015

Untukmu yang tak sanggup kusebut namanya




Dua dolar empat sen, dua cangkir kopi panas tersaji di depan kami. Saat orang-orang berlalu lalang sibuk dengan kepulangan. Kita menikmati sisa senja dengan duduk bedua menghadap jendela yang sama. Berbagi cerita sederhana.
Sebelum ada dirimu aku yakin aku baik-baik saja, namun setelah entah sengaja atau tidak kita bertemu dan membuat aku tidak baik-baik saja.
Dengan pertama kali kita bertegur sapa dan menyebut nama masing-masing dengan malu-malu, lalu kamu duduk di sebelahku, sesekali tertawa atau berceletuk riang. Mengenang obrolan pertama kita yang selalu berhasil membuatku tersenyum.
Diantara kita tak perlu ada pembicaraan berbelit-belit sebab hidup sudah hampir pelik, pembicaraan kita cukup sederhana saja, lalu setelah bingung harus membahas apa kamu menatapku dengan tatapan yang membuat dadaku meledak-ledak, sementara aku berusaha menutupi pipi merahku dengan memalingkan wajah. denganmu semua terasa mudah. aku baru merasakan kebahagiaan yang sederhana, yang tak selesai bila kutuliskan sekalipun di lautan.
Pernah suatu hari saat hujan lebat, di tengah jutaan manusia dengan keegoisan mereka masing-masing dan aku tidak bisa pulang ke rumah, menjadi satu-satunya orang yang menemuiku dengan jas hujan dan rambut basah lalu menanyaiku “Kamu baik-baik aja kan?” dan tanpa kuminta kamu melepas jas hujanmu untukku.
Kamu yang sering kali lupa dengan segala hal ketika sedang bermain game, Aku selalu menyukai keramahanmu, kepedulianmu mengulurkan tangan. kamu yang marah-marah ketika aku melupakan kunci, dompet atau handphone.
Di kala aku sedih, bahumu tersedia untukku. Saat aku lelah lenganmu selalu ada untukku.  kamu yang tidak pernah mengingatkanku untuk selalu berdoa, siapa yang tahu kalau diantara kita diam-diam saling mendoakan?
dari situ aku membandingkan kamu dengan lelaki lain. kamu baik.
Saat ini bukan lagi kata-kata cinta yang kuharapkan, tapi soal keberadaanmu yang pernah membuatku nyaman. Sungguh.. Aku terlalu nyaman hingga takut akan kehilangan.
Aku menghampiri waktu yang hampir tidak pernah kuinginkan. Waktu dimana aku dan kamu sudah tidak lagi bersama. Dan meneruskan kembali jalan kehidupan masing-masing.
Tapi sebaik apapun efek kamera, foto yang paling indah adalah pigura ingatan. Semua ingatan lampau tentangmu, kenangan yang tidak mungkin rela dilupakan begitu saja.
Seberapapun aku mencoba untuk tidak merindu adalah hal paling mustahil. Aku selalu melakukan hal yang sama, berkali kali menyeka perasaan yang ada. Berkali kali terjatuh dalam lubang yang sama; kenangan memilukan yang hanya bisa kupendam sendirian..
dua dolar empat sen, aku memesan cangkir kopi dan rasa yang sama. mengenang sebuah kebersamaan kita.
Aku yang bertahan dalam pijakan yang sama, dalam angan tak bersua, dalam lorong-lorong sempit yang mungkin pahit bernama penantian..
Untukmu, yang akan selalu ada dalam hatiku. Semoga kamu baik-baik saja, selalu.

Dari perempuan yang tak sanggup memendam rindunya sendirian..

12 comments:

  1. Rindunya dijadiin teh celup aja kak

    ReplyDelete
  2. Kak Ovie, rindunya boleh di sharing sama tante sini jika tak sanggup memendam sendiri...


    Tante Bije, komennya membuatku ingin minum teh celup

    ReplyDelete
  3. Kalo tidak sanggup sendirian, silakan ajak teman :))

    ReplyDelete
  4. Kalau minum jus kulit salak boleh?

    ReplyDelete
  5. Waaaah.... baca kisah ini jadi semakin rindu.
    Ternyata sendiri itu begitu sepi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe. mari kita merenungkan rindu :) selamat merindu.

      Delete