Dua dolar
empat sen, dua cangkir kopi panas tersaji di depan kami. Saat orang-orang
berlalu lalang sibuk dengan kepulangan. Kita menikmati sisa senja dengan duduk
bedua menghadap jendela yang sama. Berbagi cerita sederhana.
Sebelum ada
dirimu aku yakin aku baik-baik saja, namun setelah entah sengaja atau tidak
kita bertemu dan membuat aku tidak baik-baik saja.
Dengan
pertama kali kita bertegur sapa dan menyebut nama masing-masing dengan
malu-malu, lalu kamu duduk di sebelahku, sesekali tertawa atau berceletuk
riang. Mengenang obrolan pertama kita yang selalu berhasil membuatku tersenyum.
Diantara kita
tak perlu ada pembicaraan berbelit-belit sebab hidup sudah hampir pelik,
pembicaraan kita cukup sederhana saja, lalu setelah bingung harus membahas apa
kamu menatapku dengan tatapan yang membuat dadaku meledak-ledak, sementara aku
berusaha menutupi pipi merahku dengan memalingkan wajah. denganmu semua terasa
mudah. aku baru merasakan kebahagiaan yang sederhana, yang tak selesai bila
kutuliskan sekalipun di lautan.
Pernah suatu
hari saat hujan lebat, di tengah jutaan manusia dengan keegoisan mereka
masing-masing dan aku tidak bisa pulang ke rumah, menjadi satu-satunya orang
yang menemuiku dengan jas hujan dan rambut basah lalu menanyaiku “Kamu
baik-baik aja kan?” dan tanpa kuminta kamu melepas jas hujanmu untukku.
Kamu yang
sering kali lupa dengan segala hal ketika sedang bermain game, Aku selalu
menyukai keramahanmu, kepedulianmu mengulurkan tangan. kamu yang marah-marah
ketika aku melupakan kunci, dompet atau handphone.
Di kala aku
sedih, bahumu tersedia untukku. Saat aku lelah lenganmu selalu ada untukku. kamu
yang tidak pernah mengingatkanku untuk selalu berdoa, siapa yang tahu kalau
diantara kita diam-diam saling mendoakan?
dari situ aku membandingkan kamu dengan lelaki lain. kamu baik.
dari situ aku membandingkan kamu dengan lelaki lain. kamu baik.
Saat ini
bukan lagi kata-kata cinta yang kuharapkan, tapi soal keberadaanmu yang pernah
membuatku nyaman. Sungguh.. Aku terlalu nyaman hingga takut akan kehilangan.
Aku
menghampiri waktu yang hampir tidak pernah kuinginkan. Waktu dimana aku dan
kamu sudah tidak lagi bersama. Dan meneruskan kembali jalan kehidupan
masing-masing.
Tapi sebaik
apapun efek kamera, foto yang paling indah adalah pigura ingatan. Semua ingatan
lampau tentangmu, kenangan yang tidak mungkin rela dilupakan begitu saja.
Seberapapun
aku mencoba untuk tidak merindu adalah hal paling mustahil. Aku selalu
melakukan hal yang sama, berkali kali menyeka perasaan yang ada. Berkali kali
terjatuh dalam lubang yang sama; kenangan memilukan yang hanya bisa kupendam
sendirian..
dua dolar empat sen, aku memesan cangkir kopi dan rasa yang sama. mengenang sebuah kebersamaan kita.
Aku yang bertahan dalam pijakan yang sama, dalam angan tak bersua, dalam lorong-lorong sempit yang mungkin pahit bernama penantian..
dua dolar empat sen, aku memesan cangkir kopi dan rasa yang sama. mengenang sebuah kebersamaan kita.
Aku yang bertahan dalam pijakan yang sama, dalam angan tak bersua, dalam lorong-lorong sempit yang mungkin pahit bernama penantian..
Untukmu, yang
akan selalu ada dalam hatiku. Semoga kamu baik-baik saja, selalu.
Dari
perempuan yang tak sanggup memendam rindunya sendirian..
Rindunya dijadiin teh celup aja kak
ReplyDeletekalo bisa aku jadiin es campur ka
DeleteKak Ovie, rindunya boleh di sharing sama tante sini jika tak sanggup memendam sendiri...
ReplyDeleteTante Bije, komennya membuatku ingin minum teh celup
aku jual rindu deh. biar cepet kaya hehehe
DeleteKalo tidak sanggup sendirian, silakan ajak teman :))
ReplyDeleteka ntiw nih buat kaka rindunya ;p
DeleteKalau minum jus kulit salak boleh?
ReplyDeleteSini sini aku temani merindu~
ReplyDeleteSini sini aku temani merindu~
ReplyDeleteSini sini aku temani merindu~
ReplyDeleteWaaaah.... baca kisah ini jadi semakin rindu.
ReplyDeleteTernyata sendiri itu begitu sepi.
hehehe. mari kita merenungkan rindu :) selamat merindu.
Delete