Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.

Saturday, December 28, 2013

menyapa seseorang.





Dear agen neptunus.
Hai, agen. Apa kabar? Tentunya lama sekali kita tidak bertemu. Aku juga tidak yakin bisa bertemu denganmu lagi atau tidak. Karena suatu keadaan, kita tidak bisa bertemu seleluasa dulu. Terakhir kali kudengar kabarmu, kamu sedang berada di pantai pangandaran, rumah kita, rumah neptunus, rumah yang selalu kujadikan tempatku membuang segala keluh-kesahku tentang bumi. Tapi, kamu menghilang lagi. Seperti terseret ombak dan tenggelam ke dasar laut, hingga tak terlihat.
Aku selalu berharap kamu baik-baik saja.
Ini sudah berada di penghujung tahun. Aku sudah menjalani tahun ini dengan menjadi orang yang sesederhana mungkin, sesederhana pijar matamu yang menatapku waktu itu. Banyak hal gila yang aku temui, banyak hal yang menghampiriku secara tiba-tiba, mendadak dan langsung terkonfirmasi begitu saja. Seperti halnya kamu.
Aku sudah menemukan tempatku, tempat orang-orang yang penuh kasih sayang, tempat berbagi ilmu, rumah kedua bagiku. Aku bahagia sekali bisa menjadi orang yang lebih baik untuk saat ini. Tapi, aku belum menemukan tempat yang tepat untuk sandaran hatiku, untuk berbagi sisa-sisa perasaan yang ada.
Aku harap, kita masih bisa berbagi soal kehidupan kita masing-masing, seperti halnya, kita dahulu yang berbagi apapun tanpa sungkan. Saat ini, aku kesulitan bercerita denganmu, aku tahu, aku sudah tidak lagi bisa meminta waktumu, entah, rasanya aku yang harus banyak memendam, atau aku mencari orang yang sepertimu, tapi semuanya masih terasa abu-abu.
Tidak ada manusia yang sempurna, sama seperti aku, aku terlalu mudah percaya dengan orang baru,  mungkin karena kepolosanku, atau mungkin juga aku menyamaratakan bahwa semua orang berpredikat sama, orang baik. Tapi kadang aku ketinggian menilai seseorang. Orang yang awalnya kunilai baik, ternyata tidak sebaik yang aku pikirkan. Semuanya kembali kepada politik kepentingan.
Bicara soal cinta, mungkin aku sudah lelah dan menyerah. Pacaran bukan solusi terbaik saat ini, beberapa minggu yang lalu, aku menjalani suatu hubungan yang kubilang aneh, dan bodohnya, aku masih saja percaya dengan cinta yang kuanggap tidak nyata, dengan perasaan rindu yang sangat tolol. Padahal, tidak mudah bagiku menerima seseorang baru yang akan memegangi tanganku dalam setiap perjalanan hidup yang panjang ini. Dan tidak mudah juga bagiku, melupakan seseorang yang sudah masuk dalam hidupku. Seperti halnya kita.
Terlalu banyak kenangan, kesederhanaan, tangis, kangen, tawa yang sudah kita lewati bersama. Dan semuanya terlalu indah. Tapi mengapa seseorang masuk ke dalam hidupku secara tiba-tiba, menyatakan cinta, memintaku jadi orang lain, kemudian saat aku tidak bisa, ia pergi meninggalkanku begitu saja, semudah itu rupanya ia melupakan janji-janji manisnya. Sekali lagi, aku terlalu bodoh.
Seseorang mencintai pasangannya, karena yang dicintai adalah dia, bukan orang lain. Jadi kenapa harus jadi orang lain dulu agar kita dicintai? Kalau ternyata jadi diri sendiri itu terasa lebih nyaman. Biarkan perempuan lain cantik karena makeup yang dipakainya merek nomer satu, biarkan perempuan lain cantik karena stilettonya paling mahal, atau roknya di atas lutut. Tapi, aku hanya perempuan sederhana, yang biasa-biasa saja. Yang tidak begitu menyukai make up, stiletto atau rok mini. Aku sedang berusaha membasuh wajahku dengan air wudhu minimal sehari lima kali. Itu saja. Sudah cukup bagiku.
Agen sayang, jalan kita mungkin berputar, dan kita tidak harus melulu meminta Tuhan untuk memutar jalan untuk kita. Sekarang, kita punya kehidupan masing-masing yang lebih dewasa, yang lebih realistis dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Dan di penghujung tahun ini, resolusiku masih sama. Aku ingin menikmati hidup dengan sederhana, aku ingin banyak berbagi pada anak-anak, atau pada siapapun yang kurasa membutuhkan. Aku masih jadi Nona perindu seperti biasa, yang menanti datangnya pelukan dari lengan seseorang.
Segitu dulu ya surat dariku, agen. Semoga kita tetap menjadi orang yang terbaik di antara orang-orang baik.

salam kangen.

No comments:

Post a Comment