Sebuah novel imut yang aku terima
dari penulisnya langsung. Aku berterimakasih sekali sama kak Eva yang berbaik
hati memberikan novelnya padaku.
Bintang pertama aku berikan untuk
desain covernya yang menarik, aku suka banget covernya rame, menggambarkan
suasana penuh bintang, dengan trisa yang menikmati hidupnya.
Bintang ke dua, aku suka banget sama
pribadi Trisa.
Rasanya setelah aku membaca buku ini,
Nama Trisa Kania tidak lagi terdengar tabu untukku. Namanya hangat, menarik,
simple, dan mudah di ingat. Sosok yang
tangguh, sok tau, Pede, to the point, gak munafik (Nah yang ini aku suka
banget) biasanya banyak cewek di novel2 aku baca, saat si tokoh utamanya bilang
gak suka, bilang benci tapi dia mau berciuman, tapi dia mau have sex.
Nah kalau si trisa ini beda, sekali
dia bilang enggak, tetep enggak. Seperti perasaannya pada Desta. Mungkin
kebaikan hati Desta membuatnya terpukau dan merasa tidak enak, tapi sekali
bilang enggak, ya enggak. Dia memang benar-benar seorang bintang meskipun hanya
di dalam buku. Tapi itu tidak membuat otakku berhenti, pikiranku malah
berkelana, ikut mengarus dengan cerita hidupnya, berilustrasi dalam setiap
lembarnya. Dengan konflik-konflik yang di ceritakan secara cerdas, memberi banyak
informasi kepada pembaca awam seperti aku.
Aku suka banget cara Kak Eva
menceritakan bagaimana seluk beluk kehidupan melalui sosok Trisa, yang
menghadapi konflik kehidupan. Antara anak dan orang tua, sahabat, patah hati, passion,
karier, gelar sarjana dan banyak peristiwa yang mendilema yang membuat aku
menebak-nebak cerita, tapi tetap di kemas secara teratur.
Buku ini banyak di sisipkan
lirik-lirik lagu yang membuat pembaca lebih terhanyut dalam cerita. Seperti
lirik lagunya Rod Steward For The First Time.
For The First Time. I am looking in your eyes.
For The First Time. I’m seeing who you are.
Cant belive how much I see.
Beberapa lirik lagu itu Membuat
(kalau tidak salah) tiga Typo itu tidak berarti! J
Semua tokoh di buku ini cukup logis,
karakternya aku suka, terutama Rhein, Ajeng Dan Desta, meskipun mereka hanya
pelengkap tapi buat pembaca tokoh tersebut adalah penguat. Oh iya, soal gak
suka, aku satu presepsi sama Trisa. Aku benci banget sama Raisha, kemudian
Bian. Setidak2nya tokoh antagonisnya gak seperti mista :p
Bintang ke tiga untuk setiap bab cerita yang mengejutkan,
membuat emosi ku juga naik turun, Meskipun di akhir cerita pas Rhein mau masuk
ruang operasi, udah ketebak ceritanya. Karena pesan terakhir Rhein itu membuat
pembaca bisa menebak cerita.
Endingnya cukup menarik, bertemu di
swalayan lagi. Sempat menahan-nahan diri untuk tidak membalik halaman belakang
karena penasaran sama ending. Tadinya aku menebak-nebak kalau pembaca akan di
hanyutkan dalam sebuah adegan Film kemudian setelah membuat pembaca kehilangan
seluruh harapannya pada si tokoh utama, terdengar bunyi “CUT” yang di teriakkan
dari sutradara. Hehehehe. Tapi ternyata tidak, menghilangnya Adam malah justru
menjadi konflik batin untuk trisa.
Overall, aku suka sama buku ini, recommended
banget buat yang mau tau soal dunia artis, mulai dari casting, membuat video
clip band, sampai proses pembuatan Film berserta behind scene nya, Bagaimana
perjuangan seorang artis dari level naik angkot sampe punya pavilium. Keren
bukan?
Bintang ke empat (wuiiihh, bonus nih)
untuk alurnya yang keren, aku rasa penulisnya menang benar-benar observasi
untuk menulis buku ini. Jadi, pertanyaan-pertanyaan dari pembaca yang bersifat
apa, siapa, dimana, kenapa, dan bagaimana sudah di jelaskan secara deskripsi
yang keren, jujur, membaca deskripsinya saja aku tertarik, tidak membuatku
bosan atau membaca memindai.
J