Sebelum menjadi kita, aku dan kamu adalah dua buah tanda tanya yang berusaha mencari jawaban dengan ke-mengertian, sampai pada akhirnya kita lelah, menyerah dan berhenti di sebuah titik, untuk saling berpegangan agar bisa meneruskan perjalanan.
Sunday, April 9, 2017
Tuesday, April 4, 2017
Harap pada matamu
Ketika kita bertemu. Dan aku menemukan tatapan itu. Harapan kembali muncul. Aku merasa bahagia. Aku merasa bahwa aku adalah bagian darimu. Dari hidupmu.
Tapi ketika aku tak melihat sorot mata itu.
Semua yg awalnya kupikirkan. Hilang.
Tidak pernah ada aku, dalam hidupmu.
Tapi ketika aku tak melihat sorot mata itu.
Semua yg awalnya kupikirkan. Hilang.
Tidak pernah ada aku, dalam hidupmu.
Saturday, April 1, 2017
Kepada kamu yang sudah lama meninggalkanku..
Gambar diambil dari webtoon |
Dear alsero cheri.
Kupikir, dengan menghilangnya aku dari hidupmu. Aku akan semakin cepat melupakanmu. Tapi nyatanya tidak.
Aku tidak peduli postingan ini kau baca atau tidak. Sungguh aku tidak peduli.
Sudah banyak hari yang kulewati tanpamu. Dan aku selalu berpura-pura kita tak pernah ada. Atau mungkin kau juga melakukan hal yang sama? Setelah kau goreskan kenang pada masalalu kita. Saat aku baru saja jatuh cinta, aku harus kehilangan.
Sebagaimana, pelukan yang kau sudahi kemarin belum selesai tawar menawar dengan rindu.
Waktu itu, hujan turun di hari minggu pagi.
Aku menunggumu di persimpangan jalan. Berharap hujan mereda dan kau segera menjemputku.
Waktu itu aku masih terlalu muda untuk percaya kita akan bertemu lagi.
Waktu itu juga, aku masih terlalu bodoh untuk mengiyakan semua hal yang kau katakan padaku.
Tentang janji kita. Janji dua orang yang berseragam putih abu-abu.
Memang itu hal yang paling indah kurasa. Tak ada tempat yang saat ini kubilang nyaman selain bahumu.
Alsero cheri, kukira melupakanmu hanya akan memerlukan waktu yg tidak begitu lama.
Tapi luka yg belum sembuh itu-yang kupendam dalam-dalam kini mulai terasa pedih. Kupikir aku masih baik-baik saja.
Malam sebelum perpisahan denganmu, aku mencoba berkali-kali menghubungimu. Lalu yg kudapat bukan kepastian.
Dan di sana, aku mulai belajar merelakan. Merelakanmu.. Namun itu tidak mudah.
Kau benar, saat hujan berhenti. Payung biru tua menghampiriku. Aku melihat sekilas senyummu.
Senyum kamu yang kusayang dahulu dan (mungkin) hingga sekarang.
Sudah banyak waktu yg kulewati tanpamu. Aku akan tetap bilang bahwa aku baik-baik saja. Kini aku beranjak dewasa. Dan banyak hal yang tidak kamu ketahui.
Kita akan baik-baik saja. Meski tidak bersama.
Aku bahagia mengetahui kabarmu.
Dan itu yang membuatku menuliskan surat ini.
Sekali lagi, aku tidak pernah berharap kamu membaca ini.
Cheers,
Mademoiselle.
Subscribe to:
Posts (Atom)